webnovel

BAB 3. Zaelani Bergabung dengan Militer

Keesokan paginya Zaelani bersiap untuk pergi ke markas besar angkatan laut di Natuna tempat Brigadir Jendral Setyan Arifin bertugas , ia mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam , tidak lupa juga dengan dasi hitam panjang sampai ke ikat pinggang , ia juga mengenakan wewangian untuk menambah daya tarik dan menambah nilai keindahan.

Iapun keluar dan pergi menuju meja makan , disana ibunya sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua , Zaelanipun menyapa ibunya yang tengah sibuk merapikan piring-piring yang akan digunakan untuk makan nanti.

"pagi bu , sarapan apa kita pagi ini?"tanyanya sambil menengok ke dalam panci berisi sayur kangkung yang masih panas , uap panas yang keluar langsung mengenai wajahnya , sontak ia langsung menutup panci itu lagi karena wajahnya kepanasan.

"pagi ini kita sarapan Tempe goreng sama sayur kangkung" Jawab ibunya sambil menyendok nasi putih dari panci berisi nasi dan menaruhnya di 2 piring yang berbeda , saru piring terbuat dari plastik berwarna biru tua di berikan kepada Zaelani dan satu lagi terbuat dari keramik dan memiliki gambar bunga yang indah di bagian samping sampingnya.

Setelah piring berisi nasi siap untuk di santap mereka berdua kemudian duduk dan memulai sarapan , sarapan pagi itu sangat tenang dan senyap , maklum keluarga mereka merupakan keluarga militer dan adab makan seperti itu sudah biasa di lakukan setiap makan baik sarapan , makan siang , atau makan sore , bahkan ketika bulan puasa saur dan sarapan juga menggunakan adab makan yang sama , saranpan itu berlangsung kurang lebih 30 menit , cukup lama untuk adab makan ala militer yang biasanay hanya sebentar.

Setelah sarapan Zaelani bearnjak dari meja makan dan bersiap untuk meninggalkan ibunya untuk waktu yang tidak diketahuinya , namun sebelum ia pergi ada permintaan terakhir yang ingin ia pinta dari ibunya.

"bu sebelum zaelani pergi boleh gak zaelani minta sesuatu sama ibu?" tanyanya dengan senyum kecil yang misterius.

"mau minta apa nak ?"tanya ibunya yang tengah merapikan kerah kemeja lengan panjang anaknya itu.

Ia kemudian mengambil topi pet ayahnya yang ada di dalam koper yang sudah di siapkan ibunya malam sebelumnya , ternyata permintaan terakhirnya ialah ia ingin ibunya memakaikan topi pet ayahnya di kepalanya.

"Zaelani mau ibu pasangin topi pet ayah di kepala Zaelani sebelum Zaelani pergi" pintanya dengan penuh perasaan , matanya menatap dalam-dalam topi pet itu , seakan ia tengah melihat mahkota ratu inggris yang dipenuhi dengan batu mulia dan perhiasan.

"apa ini topi pet ayahmu ? , dulu ayahmu sangat menyayangi topi pet ini , ketika ia pertama kali mendapatkan topi pet itu ia menggunakannya dimana saja , bahkan ketika ia tidur , topi pet ini selalu ada di sampingnya" ucap ibunya sambil memegang topi pet itu dengan lembut seakan tengah mengelus kepala mendiang suaminya.

"baiklah , ibu akan pasangin topi pet ini di kepalamu , tapi janji sama ibu , kamu harus jaga topi pet ini baik-baik , mengerti" ucapnya dengan nada tegas kepada Zaelani , Zaelani hanya mengangguk dan tersenyum menjawab permintaan ibunya itu.

Ibunya kemudian mengarahkan topi itu ke atas kepalanya yang berambut pendek dan hampir botak itu , alasan mengapa rambutnya botak adalah karena ia baru seminggu selesai dari pendidikan wajib militernya , selama di pendidikan wajib militer peserta wajib militer wajib memiliki rambut pendek atau bahkan botak sehingga sampai hari itu rambutnya masih belum tumbuh juga.

Setelah topi itu berada di atas kepalanya ibunya kemudian menurunkan topi itu ke kepalanya , awalnya ibunya ragu jika topi itu akan muat dikepalanya karena kepalanya sedikit lebih kecil dari kepala ayahnya , namun keraguan itu hilang ketikan topi itu masuk ke kepalanya dan tenyata pas di kepala Zaelani , setelah topi itu masuk seluruhnya ibunya memperhatikan anaknya itu selama beberapa detik.

"kenapa bu?" tanya Zaelani bingung melihat ibunya memperhatikannya untuk beberapa detik , ibunya bahkan tidak berkedip ketika memperhatikan anak tunggalnya itu.

"kamu terlihat seperti ayahmu , persis sekali" jawab ibunya dengan senyum kecil , ketika Zaelani mengenakan topi pet ayahnya ia terlihat mirip sekali dengan ayahnya , bentuk wajahnya yang sama dan juga bentuk alisnya benar benar sulit untuk di bedakan , yang membedakan hanya janggut halus yang tumbuh di sekitar dagunya pada akhir masa tugasnya.

"Zaelani berangkat ya bu" ucapnya sebelum keluar dari pintu , ia kemudian mengangkat koper yang ada di samping kananya.

"iya , hati-hati ya nak" jawab ibunya dengan melambaikan tangan kepada zaelani yang akan meninggalkannya untuk waktu yang tidak diketahui.

"Asalamualaikum" ucapnya di kejauhan setelah keluar dari rumah dinas ayahnya dan sudah menaiki mobil ayahnya yang sudah terparkir di depan rumahnya.

"Waalaikumsalam" sahut ibunya dari dalam rumah , setelah mendengar sahutan salam dari ibunya iapun segera bergerak menuju markas besar staf angkatan laut divisi 76 kepulauan natuna , perjalanan menuju markas memakan waktu 5 menit , cukup lama untuk perjalanan dari rumah dinas ke markas besar , itu tidak mengherankan karena rumah dinas Agus Firman Zaelani memang terletak paling ujung di kompleks perumahan militer di Natuna.

Setelah 5 menit berkendara ia sampai di pintu masuk markas besar staf angkatan laut divisi 76 Natuna , ia kemudian di hentikan oleh 2 orang tentara yang menjaga mintu masuk ke markas besar.

"selamat siang pak" ucap seorang penjaga sambil memberi hormat kepada Zaelani yang berada di dalam mobil dengan kaca yang tidak di tutup , penjaga itu menanyakan tujuan Zaelani datang ke markas besar saat itu.

"boleh saya tau apa tujuan bapak kemari"tanyanya sambil melihat-lihat kedalam mobil yang di naiki Zaelani untuk mencegah adanya barang barang berbahaya yang masuk ke dalam markas besar.

"saya mau bertemu dengan Brigadir Jendral Setyan Arifin , apa beliau sudah datang?" ucapnya dengan tenang , kehadiran Zaelani di markas besar hari itu sangat asing bagi mereka , apalagi Zaelani menggunakan topi pet ketika datang kesana untuk yang pertama kalinya.

"Beliau sudahdatang , anda sudah membuat janji dengan beliau sebelumnya?" tanya penjaga itu lagi seakan tengah mengintrogasi seorang penyelundup , wajahnya terlihat tidak terlalu ramah kepada Zaelani , tidak ada senyum apalagi tawa , namun hal itu tidak menyulutkan mental Zaelani untuk masuk ke markas besar.

"sudah tadi malam" jawabnya singkat.

"maaf , kalau boleh tau anda ini siapa ya?"tanya penjaga itu lagi , kali ini Zaelani merasa bahwa ia harus memberitahukan identitas aslinya.

"saya Ahmed Zaelani , putra dari Agus Firman Zaelani" jawabnya dengan penuh percaya diri kepada penjaga itu , penjaga itu terkejut dengan jawabanZaelani tadi , ia tidak percaya bahwa di hadapannya ada seorang anak dari komandan yang paling di hormati dan paling di kagumi di seluruh Natuna.

"silahkan masuk pak" ucapnya sambil memberikan hormat kepada jaelani , penjaga lainnya membukakan gerbang untuk membiarkan Zaelani lewat , Zaelani membalas hormat salah satu penjaga itu kemudian masuk ke dalam markas besar.

Setelah memarkirkan mobilnya ia kemudian menuju pusat informasi untuk menanyakan dimana ruang Brigadir Jendral Setyan Aifin berada.

"permisi pak saya mau tanya , dimana ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin ?" tanya Zaelani kepada petugas Informasi yang tengah duduk membaca koran.

"sudah buat janji sebelumnya?" tanyanya tanpa menurunkan koran yang menutupi wajahnya.

"sudah pak , semalam" jawabnya dengan tersenyum.

"boleh saya tahu anda ini siapa ?" tanyanya lagi tanpa menurunkan koran yang menutupi wajahnya.

"saya Ahmed Zaelani , anak dari Agus Firman Zaelani" jawab zaelani singkat , jawaban singkat Zaelani menghentikan aktifitas membaca korang petugas Informasi itu , ia kemudian berdiri dari kursinya dan menghantarkan Zaelani ke ruang tugas Brigadir Jendral Setyan Arifin.

"Mari pak saya antarkan" ucapnya setelah berdiri dari kursi yang ia duduki tadi ketika membaca koran.

"terimakasih pak" jawab Zaelani dengan tersenyum , mereka kemudian berjalan melewati lorong sempit yang sempit dan ramai , saat itu merupakan saat genting bagi TNI baik AL , AD , dan AU , mereka tengah sibuk merapikan arsip arsip penting yang perlu di selamatkan guna kepentingan di masa mendatang , setelah 2 menit berkumul dengan orang orang yang sibuk membawa berkas berkas Zaelani dan petugas pusat informasi itupun sampai di ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin.

"maaf pak saya hanya bisa menghantar sampai sini saja , saya permisi" ucap petugas pusat informasi itu.

"tidak apa apa , terimakasih bantuannya" jawab Zaelani dengan senyum kecil , kemudian petugas pusat informasi itu pergi meninggalkan Zaelani di depan pintu masuk ke ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin , ia mengetuk pintu tiga kali sebelum masuk.

Tok Tok Tok ! , tak berapa lama suara orang dari dalam ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin.

"Masuk !" sahut seorang pria dari dalam ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin , Zaelani kemudian masuk ke dalam ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin , di dalam Brigadir Jendral Setyan Arifin tengah menulis sebuah surat pernyataan di atas meja kayu yang terbuat dari kayu jati , di sebelah kirinya terdapat miniatur bendera merah putih yang berukuran 3 kali 5 cm.

"saya sudah menduga kamu akan datang" ucap Brigadir Jendral Setyan Arifin sambil terus menulis surat pernyataan di depannya menggunakan pulpen yang terbuat dari besi dan kuningan.

"saya memilih tawaran kedua" jawab Zaelani dengan penuh percaya diri kepada Brigadir Jendral Setyan Arifin , ia menyetujui tawaran untuk menjadi perwira angkatan laut tanpa tes fisik , dan ia akan mengomandani kapalnya sendiri dalam waktu dekat.

"baiklah" ucapnya sambil melipat surat pernyataan yang ia tulis tadi.

"tolong hantarkan surat ini ke bagian bela negara , ini mandat pertamamu" ucap Brigadir Jendral Setyan Arifin kepada Zaelani dengan memberikan surat pernyataan yang sudah dilipatnya.

"siap pak !" jawab Zaelani dengan nada tegas di sertai dengan hormat kepada Brigadir Jendral Setyan Arifin , ia kemudian keluar dari ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin dan segera pergi mencari ruang bela negara dengan caranya sendiri , sekali lagi Zaelani berkumul dengan orang orang yang tengah sibuk merapikan dokumen dokumen mereka , beberapa kali bahunya tersenggol oleh orang yang lewat di sebelahnya , setiap pintu ruangan ia perhatikan dengan teliti agar ia tidak salah masuk ruangan , beberapa ruangan sudah ia lewati namun ia belum juga menemukan ruangan bertuliskan "Bela Negara" , ia terus mencari dan mencari , keringat sudah bercucuran dari lehernya , hingga akhirnya setelah 15 menit mencari , ia menemukan ruangan bertuliskan "Bela Negara" , ketika ia melangkah maju menuju pintu masuk ruang "Bela Negara" tiba tiba ia ditabrak oleh seorang pegawai yang membawa tumpukan map berisi berkas berkas penting , map map itu sangat banyak hingga menutupi wajah pegawai itu , Zaelani terjatuh dan surat yang ia pegang tadi terlepas dari tangannya , surat itu menyatu dengan map map tadi.

"maaf saya tidak melihat anda tadi" ucap pria berkacamata yang membawa map map itu tadi.

"tidak apa apa" jawab Zaelani dengan senyum kecil.

Ia kemudian mengambil surat pernyataan Brigadir Jendral Setyan Arifin yang terjatuh tadi , setelah itu ia masuk dan menyerahkan surat itu ke bagian administrasi.

"pak ini saya membawakan surat pernyataan dari Brigadir Jendral Setyan Arifin" ucap Zaelani sambil menyerahkan surat pernyataan itu , petugas administrasi di ruang "Bela Negara" itu kemudian mengambilnya dan menyimpannya di laci mejanya.

"terimakasih , sekarang tugas anda sudah selesai anda bisa kembali ke tempat anda lagi" ucapnya sambil tersenyum kepada Zaelani.

"baik pak" ucapnya disertai dengan hormat , ketika Zaelani melangkah mendekati pintu dan akan keluar dari ruang "Bela Negara" petugas administrasi tadi mengatakan sesuatu yang tidak di mengerti oleh Zaelani.

"sepertinya ada satu orang lagi yang siap untuk mati" ucapan petugas administrasi di ruang "Bela Negara" tadi di dengar oleh Zaelani namun Zaelani tidak mengerti apa maksudnya , ia hanya melangkah keluara dan pergi untuk menghadap Brigadir Jendral Setyan Arifin.

Sersampainya di ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin ia mengetuk lagi pintu ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin sebanyak tiga kali sebelum masuk , setelah mendengar sahutan dari dalam ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin ia kemudian masuk ke dalam dan melaporkan tugasnya .

"Lapor pak , surat yang bapak suruh hantarkan sudah sampai pada tempatnya" ucapnya disertai dengan hormat kepada Brigadir Jendral Setyan Arifin.

"terimakasih Zaelani , kamu boleh beristirahat sekarang" ucap Brigadir Jendral Setyan Arifin dengan tersenyum misterius ke arah Zaelani , Zaelani kemudian keluar dari ruang kerja Brigadir Jendral Setyan Arifin dan menuju ke dermaga untuk melihat pemandangan laut Natuna

Sesampainya di dermaga ia melihat ke laut Natuna , begitu tenang , indah , dengan suara ombak dan burung camar , namun di tengah tengah lamunanya ia teringat dengan kata kata petugas administrasi di ruang "Bela Negara" tadi , ia tidak tahu apa maksudnya namun ia yakin itu bukan hal yang bagus , iapun melpakan hal itu dan melanjutkan renungannya melihat laut Natuna hingga panggilan tugas datang.