webnovel
#ROMANCE
#R18
#CEO

LAKUNA; ruang kosong, bagian yang hilang

Warning! +21 mengandung konten dewasa dan kekerasan, harap bijak dalam memilih bacaan. Liam Sadawira Prihadi Yang orang lain lihat dari dirinya: Seorang pengusaha muda dan sukses berusia 31 tahun yang ditakuti kawan maupun lawan bisnisnya. Yang orang lain tidak ketahui dari dirinya: Merupakan anak hasil perselingkuhan Ayahnya, Narendra dengan wanita dari club malam, menjadi penerus bisnis keluarga Prihadi karena istri sah Narendra tidak bisa memberikan keturunan. Naraya Neena Paradina Yang orang lain lihat dari dirinya: Seorang wanita muda berusia 17 tahun yang kehilangan penghlihatannya. Yang orang lain tidak ketahui dari dirinya: Naraya kehilangan penglihatannya bersamaan dengan ayah dan ibunya karena kecelakaan 10 tahun lalu. ************** Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang tidak diinginkan keduanya. Bagaimana Naraya menghadapi sikap dingin Liam pada dirinya? Belum lagi dengan kehadiran Gayatri, cinta pertama Liam, yang menambah rumit keadaan. Bagaimana sikap Liam saat ia mengetahui bahwa dirinyalah pelaku penabrakan yang telah membuat Naraya kehilangan penghlihatannya dan kedua orang tuanya? ************** “Pernikahan ini hanya akan berlangsung selama setahun, lalu kamu akan mendapatkan 15% saham dari perusahaan keluarga Prihadi.” Liam meletakkan MOU tersebut ke pangkuan Naraya. “Kamu bisa meminta Raka, assistant pribadiku untuk membacakannya.” Naraya terdiam, ia berusaha agar airmatanya tidak jatuh menanggapi sikap dingin Liam. “Tidak perlu.” Sergahnya. “Aku akan langsung menandatanganinya.” ************** Updated schedule: 2 chapters/hari. jam: 13.00 wib & 16.00 wib. ************** Meet me on instagram: Jikan_yo_tomare (let’s have a chat! ((^O^))

jikanyotomare · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
78 Chs
#ROMANCE
#R18
#CEO

AKIBATNYA AKAN JAUH LEBIH BURUK DARIPADA YANG BISA KAMU BAYANGKAN

Di dalam mobil Naraya tidak berkata sepatah katapun.

Suasana tenang dan lagu yang sama yang mengalun lembut memecah keheningan di antara Naraya dan Raka saat dia mengantarkannya pulang.

Naraya tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan, setelah perjanjian tersebut di buat. Dia tidak mempermasalahkan pernikahan kontrak di antara mereka, tapi setidaknya selama satu tahun pernikahan mereka, Naraya ingin merasakan menjadi isteri dari seseorang.

Mungkin itu adalah keinginan yang muluk dari anak kecil yang masih hidup di dalam hatinya. Gadis kecil berusia tujuh tahun yang membayangkan pernikahan impiannya saat dia melihat foto pernikahan ayah dan ibunya terpajang manis di ruang tamu keluarga mereka saat itu, 10 tahun yang lalu.

Saat dimana dunia Naraya masih penuh warna dan tidak hanya gelap dan terang seperti saat ini. Dan hal yang paling menyakitkan untuknya adalah kenyataan bahwa Naraya sudah tidak bisa mengingat lagi wajah ayah atau pun ibunya.

Dia terlalu kecil saat itu untuk memiliki memori yang kuat mengenai ciri fisik orang tuanya, satu- satunya hal yang Naraya ingat adalah suara lembut ibunya ketika memanggil namanya dan perasaan bahagia yang dia rasakan saat ayah mengangkatnya tinggi- tinggi ke udara sambil tertawa lepas.

Memori mengenai masa- masa manis tersebut mulai mengabur di dalam ingatan Naraya.

"… raya?"

Terdengar samar- samar suara seseorang memanggilnya dari balik kabut kenangan yang sedang Naraya putar ulang di benaknya.

"Naraya?"

Kali ini suara tersebut terdengar lebih jelas.

"Ah, ya?" Tanya Naraya member respon yang terlambat sambil menoleh ke arah Raka yang sedang mengendarai mobil. "Ada apa?"

"Anda tidur?" Tanya Raka tidak yakin, karena dia melihat dengan jelas mata Naraya terbuka, tidak mungkin dia tertidur dengan mata terbuka, bukan? "Saya memanggil nona Naraya daritadi."

"Ah, tidak. Maaf. Ada apa pak Raka?" Tanya Naraya gelagapan karena ketahuan sedang melamun.

"Apakah anda baik- baik saja?" Raka ada disana saat Liam dengan sadisnya berkata akan membawa perempuan ke rumah yang akan mereka tinggali dan merendahkan Naraya dengan berkata bahwa dia tidak akan menyentuhnya.

"Iya." Jawab Naraya singkat, dia tahu kearah mana maksud dari kata- kata Raka. Naraya sangat malu karena Raka mengetahui hal ini juga.

Mereka belum juga menikah, namun Liam sudah terang- terangan mengatakan hal- hal yang tidak pantas di dengar oleh orang lain.

"Baguslah." Raka masih tidak yakin kalau Naraya benar- benar baik- baik saja, tapi dia tidak ingin menanyakan hal tersebut lebih jauh karena dia melihat Naraya merasa tidak nyaman dengan topik mereka ini. "Saya hanya ingin menanyakan, sekolah apa yang Nona Naraya ingin masuki nanti?"

Raka mencoba untuk merubah topik pembicaraan mereka.

"Aku ingin kembali ke sekolahku yang lama saja…" Gumam Naraya, dia sudah nyaman berada disana dan tidak berpikir kalau dia ingin pindah kesekolah lain.

"Baiklah, akan saya atur untuk itu. Nona Naraya tinggal menunggu saja dirumah, nanti akan saya kabari." Ucap Raka.

Naraya meringis setiap kali Raka mengucapkan kata panggilan 'nona' di depan namanya. "Pak Raka bisa panggil saya Naraya saja, tidak perlu menggunakan Nona… saya tidak terbiasa mendengarnya." Keluh Naraya merasa tidak nyaman.

Raka melirik Naraya yang memberengut mendengar bagaimana dia memanggil dirinya dan tersenyum tipis. "Baiklah, kalau memang Naraya tidak nyaman." Ucap Raka dengan ringan. "Tapi, kalau di depan pak Liam, saya akan tetap memanggil Naraya dengan sebuta Nona."

Naraya mengangguk setuju, setidaknya dengan begini, dia tidak merasa terlalu sungkan pada Raka.

"Boleh aku bertanya berapa umur pak Raka?" Tanya Naraya dengan hati- hati.

"Saya 29 tahun." Jawab Raka tanpa merasa keberatan dengan pertanyaan Naraya. "Naraya itu seumur adik bungsu saya masih berusia 17 tahun." Mungkin karena itu juga Raka merasa prihatin dengan kondisi Naraya dan mencoba untuk menghiburnya.

Naraya tersenyum manis saat Raka mengatakan kalau dia seusia adiknya, untuk sesaat, walaupun semu, Naraya berpikir akan sangat menyenangkan kalau dia memiliki kakak seperti Raka.

Kemudian Naraya bertanya kembali, pertanyaan yang memang ingin dia tanyakan sejak awal. "Kalau… pak Liam…?" Suara Naraya yang seperti bisikan hampir tidak terdengar.

"Usia pak Liam 31 tahun, 2 bulan yang lalu." Jawab Raka sambil mengulum senyum melihat ekspresi terkejut Naraya.

14 Tahun! Selisih usia mereka 14 tahun! Usia Naraya hampir setengah dari usianya!

Naraya tidak pernah tahu berita- berita terbaru dan tidak juga bisa mencari berita tersebut di search engine karena dia tidak akan mungkin dapat menggunakan alat elektronik tersebut dengan keterbatasannya.

Tapi, tidak berarti Naraya keberatan dengan perbedaan usia mereka yang mencolok ini, Naraya hanya terkejut. Itu saja.

"Tapi, Naraya tidak perlu khawatir, dengan penampilan fisiknya, Pak Liam masih seperti remaja berusia di awal 20 tahunan." Raka salah mengartikan sikap terkejut Naraya sebagai bentuk penolakan terhadap kesenjangan usia mereka.

Namun, sekali lagi, Naraya tidak keberatan. "Walaupun pak Liam terlihat seperti pria 60 tahun sekalipu, tidak ada bedanya untukku." Kemudian Naraya mengibaskan tanganny di depan matany. "Aku tetap tidak bisa melihat dia."

Naraya terkekeh mendengar leluconnya sendiri dan Raka tidak bisa untuk tidak ikut tertawa bersamanya tanpa merasa hal itu akan menyakiti gadis di sebelahnya ini.

Tanpa diduga, kepribadian Naraya sebenarnya sangatlah menarik. Seandainya Liam berhenti menyakiti Naraya dan menekannya, dia dapat melihat bahwa Naraya merupakan sosok yang positif, sayangnya Liam belum melihat calon isterinya ini seperti itu.

"Naraya, ini memang bukan tempat saya untuk berkata seperti ini apalagi mengeluarkan pendapat." Ujar Raka setelah tawa mereka mereda.

"Iya, tidak apa- apa, katakan saja pak." Jawab Naraya, sepertinya dia sudah bisa menebak kearah mana pembicaraan ini akan menuju.

"Apakah kamu yakin untuk menikahi pak Liam?" Tanya Raka sedikit khawatir melihat kepolosan Naraya dan usianya yang sangat muda.

Apabila Naraya dan Liam dapat disandingkan, maka mereka adalah kelinci dan serigala buas. Serigala yang dapat menerkam si kelinci kapan saja dan menghabisinya tanpa sisa.

Dugaan Naraya benar. "Saya sudah menandatangi kontrak yang di buat dengan pak Liam dan pak Liam juga sudah membantu saya untuk kembali bersekolah, lagipula kontrak tersebut tidak merugikan saya sama sekali…" Jawab Naraya dengan tenang, walaupun hatinya tidak setenang pembawaannya saat ini.

Raka menghela nafas dalam. "Saya hanya ingin mengingatkan padamu untuk berhati- hati dengan Pak Liam." Raka memperingatkan Naraya. Dia sudah mengikuti Liam selama bertahun- tahun, jadi dia hapal betul watak bosnya tersebut.

"Terimakasih…" Ucap Naraya, bahkan tanpa peringatan dari Raka, Naraya akan selalu berhati- hati di dekat Liam.

"Aku hanya ingin memberitahumu supaya kamu tidak terlalu terkejut saat menghadapinya." Raka menasehati kemudian menambahkan. "Kalau bisa jangan memancing kemarahannya, karena akibatnya akan jauh lebih buruk daripada yang bisa kamu bayangkan."