Leo tidak bisa bangkit, kakinya tertindih sebuah lemari yang jatuh di atasnya, buku-buku tebal yang biasanya menjadi barang yang selalu ia butuhkan kini tidak ada artinya lagi, kecuali menjadi beban berat di punggungnya.
Leo berharap Renee tidak melakukan sesuatu yang konyol. Tapi dari suaranya ia jelas mendengar kalau wanita itu tengah menantang Ivana.
Ivana tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat, hingga Renee semakin menggerakkan pedang Leo untuk maju, barulah Ivana mengangkat tangannya, menggenggam pedang itu dan berusaha merebut dari tangan Renee.
"Ukh!"
Renee mengertakkan giginya, tidak menyangka kalau senjatanya akan direbut, Ivana di depannya menatap Renee dengan sorot mata yang mengerikan.
"Sudah cukup, aku tidak peduli lagi siapa dirimu."
BRAKH!
Monster yang berada di sekitar secara bersamaan melompat, menyerang Renee. Wanita itu mengayunkan pedangnya dengan paksa, ia terhempas ke atas lantai dengan keras.
Ivana meliriknya dengan dingin, mungkin ia sudah terlalu muak untuk berurusan terus menerus dengan Renee. Ia tidak tahu sudah berapa kali ia mencoba menyingkirkan wanita ini, mulai dari menghasutnya dengan hal-hal buruk tentang sang Marquis, lalu ia juga mencoba membuat Renee ketakutan dengan para monster yang meneror.
Tapi hal itu sia-sia.
Wanita yang ada di depannya ini terlalu keras kepala.
"Argh!" Ivana berteriak dengan suara melengking, Renee langsung menutup telinga dengan kedua tangannya sambil meringkuk, para monster yang ada di sampingnya juga berteriak dan mengangkat tangannya dan memukul-mukul lantai.
KRAK!
Retakan di lantai terdengar, Renee mengayunkan pedangnya untuk menyerang Ivana, tapi gerakannya itu tertahan oleh salah satu monster di sampingnya.
"Aku tidak ingin membuang waktuku denganmu lagi." Ivana sepertinya terlalu malas mengoceh lebih banyak lagi, ia mengangkat tangannya dan menampar Renee.
Renee terhuyung, alih-alih ia memikirkan rasa sakit, yang ada amarahnya justru semakin bergejolak, lupakan saja soal monster saat ini, ini bukan pertarungan tentang siapa yang mengalahkan siapa, tapi ini adalah pertarungan antar wanita.
"Aku tidak main-main, aku akan menghancurkan kalian." Ivana mengulangi perkataan Renee, lalu ia terkekeh. "Itu adalah omong kosong yang paling menggelikan yang pernah aku dengar selama ini."
Ivana menarik pedang yang selama ini Rene gunakan untuk melawannya, ia lempar ke belakang hingga suaranya berdentang di atas lantai.
Wanita itu menangkap tangan Renee dan menindihnya.
Renee tersentak, sekarang pergerakannya dibatasi oleh Ivana. Ketika Renee mengira lehernya lagi-lagi akan dicengkeram oleh Ivana, sosok di atas tubuhnya itu didorong oleh Leo yang sedari tadi tertimbun tumpukan buku.
Para monster menjadi geram, mereka meraung.
Leo menarik Renee untuk bangkit, ia mengambil patahan kursi dan memukul salah satu kepala monster yang ada di depannya.
"Leo!"
"Aku sudah bilang, jangan menoleh ke belakang, apa yang kau lakukan?!" Leo mendorong Renee agar berlari keluar dari ruang kerja, monster-monster terus berlompatan dan Leo mulai kewalahan menghalau.
"Apa maksudmu?" Renee berlari, baru kali ini ia merasakan sakit di kedua kakinya. "Aku berinisiatif untuk menyelamatkanmu, kau seharusnya berterima kasih!"
Ivana yang terdorong tadi mulai berdiri, menatap kepergian Leo dan Renee yang keluar dari ruang kerja.
"Sekarang lihat, siapa yang menolong siapa?"
Kening Renee berkerut, ia tidak mengerti.
"Apa kau memiliki ingatan yang buruk? Kau dan yang lainnya memintaku untuk …."
BRAK!
Leo langsung menarik Renee ke depan, monster-monster itu layaknya anjing gila, mereka meraung dan memperlihatkan gigi serta cakar mereka untuk menyerang, di belakang sana Ivana layaknya seorang pelatih, mengikuti dengan langkah pelan.
Leo tahu kalau mereka tertangkap lagi, Ivana tidak akan sungkan untuk melakukan sesuatu yang terburuk yang pernah mereka bayangkan. Ia tahu, ia adalah orang yang egois beberapa saat yang lalu, meminta Renee untuk mengalahkan Ivana, padahal ia tahu, wanita yang tengah berlari di depannya ini, tidak tahu apa-apa.
Renee bukan keluarganya, juga bukan orang dari kota Dorthive.
Meski ia akui, Renee sedikit menyebalkan dengan sikap keras kepalanya terhadap segala urusan dirinya, tapi Leo tidak bisa membiarkan Renee berakhir di tangan Ivana begitu saja.
Leo tidak bisa mengorbankan Renee.
Laki-laki itu tidak tahu mengapa, ia tidak mengenal Renee, mereka hanya bersama selama beberapa hari dengan segala keanehan yang terjadi di kota Dorthive.
Seharusnya Leo bisa mengorbankan Renee dengan mudah, tapi ia tidak bisa.
"Leo, kemana kita akan pergi?" Renee yang berlari di depan Leo berteriak, terlalu banyak lorong di Mansion ini dan mereka harus pandai memilih, sebelum mereka terjebak di jalan buntu.
"Lurus, tetap lurus." Leo mehyahut dengan bisikan lirih, kedua tangannya tidak berhenti bergerak dan ia menahan semua serangan pada monster. "Lebih cepat, Renee."
Renee menatap lorong panjang yang gelap, ia tidak tahu apakah di ujung lorong itu akan ada monster yang menghadang aatau ada jalan keluar di sana.
Para monster terus mengejar dan semakin lama semakin membuat langkah Leo yang ada di belakang Renee melambat, ia terluka di sana-sini dan tubuhnya tidak bisa lagi untuk terus berdiri.
"Leo …." Renee menoleh ke belakang lagi dan mau tak mau merasakan kengerian yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. "Leo …."
"Terus lari, Renee. Jangan pedulikan aku, cepat lari!"
Leo tidak punya banyak waktu untuk menghibur Renee, ia mendorong wanita itu untuk menjauh dari dirinya dan terus menghalau para monster, tak jauh dari sana, Ivana menyunggingkan senyuman miring dengan apa yang dilakukan sang Marquis.
"Cepat!"
Renee menelan ludah, ia tidak mau.
Ia sudah mengatakan dirinya akan menghancurkan para monster di depan Ivana, apa yang terjadi kalau ia melarikan diri?
Harga dirinya akan runtuh.
Wanita itu tidak beranjak dan meraih salah satu patahan kayu yang ada di bawah kakinya, Leo yang melihat kekeras kepalaan Renee berdecak.
Ketika Renee mengangkat patahan kayu itu untuk mmebantu Leo, laki-laki itu berbisik dengan suara rendah. "Dylan."
"Menyebalkan sekali," gerutu Dylan yang tiba-tiba muncul dari belakang, ia menarik pinggang Renee dan membawanya pergi ke dalam kegelapan.
"Dylan?!" Renee memekik, patahan kayu yang ia pegang terhempas, saking cepatnya Dylan berlari, Renee tidak dapat lagi melihat Leo dan para monster yang ada di depan lorong, ia memekik. "Apa yang kau lakukan?! Leo akan berhadapan dengan Ivana!"
Dylan menggertakkan gigi, ia berlari hingga ia mencapai pintu keluar dari Mansion, napasnya terengah-engah dan keningnya berkerut.
Dylan berdiri, memegang kenop pintu yang tertutup dan membukanya dengan perlahan, cahaya bulan meyeruak masuk ke dalam.
Renee menoleh ke lorong yang gelap, samar-samar ia masih bisa mendengar suara dentingan pedang dan teriakan para monster.
"Kita harus menyelamatkan Leo."
Dylan memegang tangan Renee dan menahan napas. "Aku bukan orang yang sabar seperti Leo, Renee … dan aku harap … aku tidak menyesali diriku karena melakukan ini padamu."
Terima kasih banyak atas power stone, komentar dan koleksinya pada Lady Renee (◍•ᴗ•◍)❤❤️❤️❤️