webnovel

Lady's Choice

Lily, seorang gadis yang cantik, ceria dan terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan membuat orang-orang iri akan kehidupannya yang sangat indah tapi di balik semua itu kehidupan Lily sangat menyedihkan. Hingga dimana dia merasa putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri, dengan cara meminum racun. Aneh tapi nyata, Lily reincarnasi sebagai tokoh utama dari novel kesukaannya. Sebagai Lilybeth Calesta yang akan mati di tangan ketujuh pangeran berdarah dingin di kerajaan itu. Apakah Lily bisa menyesuaikan diri sebagai Lilybeth Calesta? Apakah dia bisa merubah takdir agar tidak terbunuh? "ingat kau hanya milikku!, siapapun yang berani menyentumu, nyawa mereka taruhannya" -Jhon. "aku akan menyimpanmu hanya untuku seorang" -Tedh. "ingat kata-kataku jangan berdekatan dengan pria manapun, perkataanku adalah muthlak!" -Jimmy. "jika aku sudah mengklaim sesuatu itu adalah milikku maka akan selalu jadi milikku, begitupun juga dengan dirimu!" -Radolf. "jangan tunjukkan senyum itu di depan pria lain selain diriku!, itu hanya untukku" -Hobert. "kau harus bertanggung jawab karena sudah menggangu pikiranku setiap malam, jadilah milikku selamanya" -Maxen. "aku akan membuatmu menjadi ratuku selamanya, kau tidak tergantikan. Jangan menolaknya!, karena itu semua percuma" - Jeron. "aku bisa gila jika mereka seperti ini" -Lily.

K0414 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

Chapter 11.

Beberapa bulan kemudian sejak kejadian di kediaman Grand duke Arcana.

"Lady ini laporan keuangan yang kemarin Anda minta."

Seperti biasa Jovan selalu memberikan laporan keuangan setiap seminggu sekali kepada Lily.

Lily membaca dengan teliti laporan itu. "Semuanya tidak ada yang melebihi anggaran, pengeluaran masih tetap stabil dan pemasukan bertambah karena dampak dari perdagangan berlian dan mutiara." jelas Jovan.

Setelah mendengar penjelasan Jovan, Lily menaruh kertas itu di mejanya.

"Ternyata Duke Caldwell sangat bisa di andalakan dalam masalah perdagangan." kata Lily.

Lily menyerahkan semua urusan perdagangan kepada duke Caldwell karena Lily dapat melihat potensi berbisnisnya.

"Lady, Barren Cristopher tahu kalau semua ini adalah rencana Lady dan dia berencana untuk mengundang Lady ke Kerajaan Delton."

Lily menaikkan sebelah alisnya, "Apa alasan dia mengundangku kesana?"

"Menurut informasi yang saya dapat, Barren Cristopher ingin bekerja sama dengan Kerajaan Grissham."

Lily sudah memprediksi kalau Putra Mahkota dari Kerajaan Delton itu pasti akan menggunakan rencana itu, teapi dia hanya tidak menyangka kalau akan terjadi secepat ini.

"Jovan, terus awasi pergerakan mereka dan jika ada yang mencurigakan langsung beritahu kepadaku. Selagi mereka belum mengirimkan undangan resmi aku harus mengetahui tujuan sebenarnya."

Lily segera keluar dari ruang kerjanya untuk mencari Ben. "Aku akan pergi untuk mencari Ben. Bisakah kamu urus sisanya? "

"Tentu saja Lady, serahkan kepada saya."

Karena di kerajaan ini Ben adalah mata-mata yang di utus oleh Jimmy untuk mengumpulkan informasi tentang Kerajaan Delton.

Lily pergi ke tempat pelatihan militer untuk memcari Ben, sesampai disana dia melihat para prajurit sedang berlatih, mereka menyadari Lily datang langsung membungku hormat dan memberi salam kepadanya.

"Salam kepada Yang Mulia Penasihat Kerajaan, semoga kebahagiaan selalu bersama Anda."

"Terima kasih, aku kesini untuk mencari Ben. Apakah dia ada disini?"

"Maaf Yang Mulia kami sejak pagi tidak melihat keberadaan Tuan Ben disini."

"Baiklah terima kasih, maaf telah mengganggu waktu latihan kalian."

Ternyata mencari Ben sangatlah sulit, dia selalu berada di luar istana untuk menjalankan misi yang di berikan Pangeran, biasanya misi yang di berikan berupa penyelidikan di pasar gelap yang masih tersembunyi di beberapa daerah atau mencari informasi tentang hal-hal penting.

Kamampuan Ben sebagai mata-mata sangat baik dan dia juga ahli dalam bela diri. Tentu saja karena yang melatih Ben adalah Jhon sendiri.

Menurut di novel. Ben di temukan Jimmy ketika mereka sedang memperebutkan daerah kekuasaan di sebelah timur, bukannya hanya Ben, tetapi Sabastian, Daniel, Hugo, dan Terry di temukan oleh para Pangeran di daerah bekas perang.

Para Pangeran membawa mereka dan melatih mereka untuk menjadi tangan kanan mereka, itu semua adalah ide dari Jhon karena dia bisa melihat potensi seseorang hanya dari tubuhnya saja.

Lalu yang memberikan mereka semua nama adalah Radolf.

"Lady?"

Mendengar ada yang memanggilnya Lily pun menoleh dan ternyata Ben. "Ben!"

Ben terlihat bingung mendengar respon dari Lily. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Aku hanya ingin bertanya beberapa hal tentang Kerajaan Delton kepadamu."

Ben sedikit bingung karena tidak biasanya Lily bertanya tentang Kerajaan Delton. "Apa yang ingin Lady ketahui?"

"Jovan memberitahuku kalau Barron Cristopher ingin bekerja sama dengan kerajaan ini."

Lily melihat Ben tidak sama sekali terkejut mendengar ucapannya yang artinya dia telah mengetahui informasi itu.

"Itu benar Lady hanya saja rencana itu belum di putuskan karena mereka masih mempertimbangkan rencana itu, karena melihat hubungan kerajaan kita dan Kerajaan Delton tidak baik."

"Apa kamu tahu alasannya Barren ingin bekerja sama dengan kerajaan ini?"

Ben menggelengkan kepalanya. "Untuk alasan sebenarnya saya tidak tahu tapi menurut pendapat saya dia sangat tertarik dengan kecerdasan Lady."

"Jadi dia memata-mataiku dari jauh."

Lily menghela nafas kasar, semakin lama dia semakin jengah dengan sifat Barren Cristopher.

"Lady sebaiknya jika ingin pergi keluar ditemani oleh Jovan atau Marie." saran Ben.

"Aku tidak ingin merepotkan Jovan dan Marie, mereka sibuk mengerjakan tugas masing-masing."

Ben menatap khawatir kepada Nona di hadapannya.

"Baiklah Lady, jika butuh sesuatu bisa panggil saya atau yang lain."

"Terima kasih Ben."

Setelah itu Ben pamit untuk segera melanjutkan misi yang diberikan Tedh kepadanya, sedangkan Lily kembali ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk.

***

"Pangeran ini adalah laporan yang Anda minta."

Sabastian menyerahkan beberapa kertas ke Jeron.

"Jadi seperti dugaanku, dia menanamkan sihir terlarang secara acak kepada orang-orang."

Setelah pulang dari kediaman Grand Duke Arcana, Hobert dan Jimmy langsung menceritakan apa yang terjadi disana.

Raja dan para Pangeran lainnya terkejut mengetahui ada sihir terlarang didalam tubuh istri Grand Duke Arcana.

Akhirnya Raja menyuruh para Pangeran untuk menyelidiki lebih lanjut tentang sihir terlarang itu, kemungkinan di Kerajaan Grissham sudah ada orang yang terkena sihir terlarang.

"Ck! Menyebalkan, kenapa selalu saja ada masalah baru yang terjadi?" gerutu Tedh tiba-tiba.

"Kau ini dari tadi hanya bisa menggerutu saja, coba gunakan otakmu untuk memecahkan masalah ini." balas Maxen tajam.

Tedh mendengus kesal ke arah Maxen.

"Jhon apa kau pernah ke hutan terlarang?" tanya Jeron.

"Aku pernah memasuki hutan itu sekali dan aku merasakan energi sihir yang kuat didalam sana, tetapi ketika aku ingin memasuki hutan itu lebih dalam dengan cepat energi sihir itu langsung melemparku keluar dari hutan itu." jawab Jhon sambil memakan kue di piringnya.

"Energi sihir?" gumam Hobert.

Hobert melihat peta yang ada di belakangnya dan dia menatap titik lokasi hutan terlarang itu berada.

"Jangan-jangan itu energi dari Penyihir Agung?"

Pernyataan Hobert membuat Pangeran yang lain menoleh ke arahnya.

"Pikirkan baik-baik jika energi itu bisa membuat seorang Jhon terlempar jauh bukannya itu hanya bisa terjadi ketika seseorang mempunyai energi yang sangat kuat bahkan melebihi Raja." jelas Hobert.

"Kau benar. Jhon tidak mungkin terlempar hanya karena energi sihir, tapi itu akan terjadi jika energi itu setara dengan energi yang dimiliki Penyihir Agung." kata Jimmy.

"Jadi kesimpulannya penyihir agung masih hidup." sahut Radolf.

"Semua jawaban itu ada di dalam hutan yang bisa mengkonfirmasi dia masih hidup atau tidak." kata Jeron.

"Tapi ini akan sangat sulit karena hutan terlarang itu di beri sihir yang kuat jadi kita tidak bisa sembarangan masuk." lanjut Radolf.

Semuanya terdiam, tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Kita tidak perlu memikirkan penyihir itu, jika saatnya sudah tiba dia akan muncul dengan sendirinya." kata Jhon yang terlihat jengah dengan pembahasan itu.

"Jhon benar. Sebaiknya kita fokus membereskan sihir terlarang ini dan mencari siapa pelaku sebenarnya".

Jeron setuju dengan pendapat Jhon dan akhirnya mereka disibukkan dengan mencari informasi tentang sihir terlarang, sementara untuk tugas istana di serahkan ke Lily, Jovan dan kelima tangan kanan para Pangeran.

Mereka sepakat untuk membagi tugas karena untuk masalah sihir terlarang hanya bisa di atasi oleh pedang Raja dan para Pangeran yang telah di turunkan dari generasi ke generasi.

Karena tidak mungkin bagi Raja Damarion untuk turun tangan langsung maka yang harus menanganinya adalah para Pangeran sendiri.

Pedang mereka adalah pedang khusus yang terbuat dari batu permata yang telah diisi oleh energi sihir yang kuat dan masing-masing pedang memiliki batu permata dengan warna yang berbeda.

Seperti milik Jeron yang berwana merah muda, Maxen berwarna putih, Hobert berwarna hijau, Radolf berwarna ungu, Jimmy berwarna biru, Tedh berwarna abu-abu dan Jhon berwarna merah.

Sedang Raja Damarion memiliki batu berwarna hitam.

Kekuatan dari pedang mereka bisa membuat sihir terlarang keluar dari tubuh seseorang tanpa menyakiti tubuh orang itu.

Mereka harus segera menangkap orang yang menyebarkan sihir terlarang itu, karena akan menjadi ancaman bagi kerajaan mereka.

"Ini hanya dugaanku, tapi aku rasa orang itu mengincar Lilybeth Calesta."

Dugaan Maxen membuat Jhon mengepalkan tangan.

"Jika mereka menyentuh Lilybeth Calesta ku pastikan tubuh orang itu hancur." marah Jhon.

"Sabastian apa ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Jeron.

Sabastian menganggukan kepalanya. "Ben berkata kalau Barren Cristopher berencana untuk berdamai dengan kerajaan ini."

Hobert menyeritkan dahinya. "Tiba-tiba? Apa dia gila? "

"Alasan lainnya adalah karena ketertarikkan Barren Cristopher terhadap kecerdasan Yang Mulia Penasihat."

Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca jendela yang sangat kencang membuat Sabastian menundukkan kepalanya, ia tahu pasti para Pangeran didepannya akan marah mendengar ini.

Melihat aura yang keluar dari tubuh mereka hingga memecahkan kaca jendala adalah bukti kemarahan mereka.

"Hm...Dia berani juga." gumam Maxen yang telihat marah.

"Jadi harus kita apakan orang yang bernama Barren Cristopher itu?" tanya Jimmy yang masih memperlihat aura kemarahannya.

"Untuk sekarang aku rasa biarkan saja dulu, dia sepertinya membuat semacam jebakan." jawab Radolf.

"Daniel pastikan ada yang melindungi Lilybeth tanpa sepengetahuan dia." perintah Jhon.

"Baik Pangeran." balas Daniel.

***

"Ada apa Nona?" tanya Marie.

"Sepertinya ada yang mengikutiku beberapa hari ini," jawabku sambil melihat kebelakang.

"Mungkin hanya perasaan Nona saja."

"Kamu benar. Mungkin hanya perasaanku saja."

Kita kembali berjalan menuju keperpustakaan, sesampai disana petugas perpustakaan yang bernama Jude menyapaku dengan ramah.

"Selamat datang Yang Mulia."

"Tuan Jude, apa kamu menemukan buku yang aku minta?"

Jude menganggukan kepalanya lalu dia menunjukan buku yang aku minta.

"Saya hanya bisa menemukan tiga buku ini di ruang rahasia."

Aku menyerit bingung. "Ruang rahasia?"

"Benar Yang Mulia. Ruangan itu hanya boleh dimasuki oleh Raja dan hanya orang yang izinkan oleh Raja."

"Apa tuan mendapatkan izin dari Raja untuk memasuki ruangan itu?"

"Kebetulan saat itu Raja mengajak saya untuk memasuki ruangan itu dengan alasan membuang buku-buku kuno yang tidak dipakai atau tidak berguna. Saat itu saya terkejut melihat ruangan yang dipenuhi oleh buku dan dokumen penting yang hanya diketahui Raja."

"Lalu dimana Tuan menemukan ketiga buku ini?"

"Saya menemukannya di bawah meja, buku ini terlihat sudah berdebu dan terlihat tidak terurus. Saya cukup terkejut ketika melihat sampul buku ini dan ternyata buku ini yang dicari oleh Yang Mulia."

"Apa Raja tahu Tuan mengambil buku ini?"

"Tidak yang mulia, saya mengambilnya diam-diam."

Aku terkejut dengan tindakan Tuan Jude yang begitu berani. Tapi sebenarnya ketiga buku ini harus dibaca oleh Raja karena menyangkut masa lalu Kerajaan Grissham, bagaimanapun juga aku harus berterima kasih dengan tuan Jude yang berhasil menemukan buku ini.

Walaupun tanpa sengaja menemukannya.

"Tuan terima kasih telah menemukan buku ini, tapi aku ingin Tuan berjanji satu hal kepadaku."

Tuan Jude menatapku sambil memiringkan sedikit kepalanya.

"Rahasiakan keberadaan ketiga buku ini dan jika ada orang yang mencari buku ini katakan padaku siapa orangnya."

"Baik Yang Mulia saya berjanji."

Aku tersenyum puas dengan jawaban Tuan Jude.

Lalu setelah itu aku menghabiskan waktukku untuk membaca ketiga buku itu di kantorku.

"Apa-apaan ini?"

Aku mencoba melihat kembali apa yang aku baca.

Ternyata Kerajaan Grissham memilih seorang penyihir sebagai pelatih sihir bagi Putra Mahkota yang akan menjadi Raja.

Dahulu Raja pertama Kerajaaan Grissham terlahir miliki kekuatan sihir yang besar dan kekuatannya setara dengan Penyihir Agung lalu mereka menjadi teman baik karena memiliki kemampuan yang setara.

Akhirnya sang Penyihir Agung memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada Kerajaan Grissham, dia juga bersedia mengajari ilmu sihir kepada putra mahkota dan pangeran lainnya.

Seingatku, Kerajaan Grissham hampir tidak pernah memiliki seorang Putri, lalu dibuku itu tertulis bahwa dia memikili seorang putri atau anak haram yang dia nikahkan dengan Putra Mahkota Kerajaan Delton.

Licik sekali dia hingga mamalsukan identitas anak haram nya itu.

Ketika Raja Kerajaan Delton mengetahui kalau putranya menikahi seorang anak haram, ia menjadi murka dan marah kepada Raja ketiga.

Tapi Raja ketiga menentang tuduhan itu dan merasa kalau Raja Kerajaan Delton menuduhkan tanpa bukti dan disitulah mulai terjadi konflik antara Kerajaan Grissham dan Kerajaan Delton.

Padahal masalah sebenarnya hanya kebusukan Raja ketiga dan berdampak ke anak dan cucunya.

"Siapa penulis ketiga buku ini? Kenapa dia mengetahui hingga terperici itu?"

Lalu setelah perpecahan itu Penyihir Agung menghilang dan tidak pernah terlihat lagi hingga saat ini, ia hanya menulis surat yang berisi.

"Aku kecewa kepadamu Raja."

Orang yang menulis ketiga buku ini sangat mencurigakan karena dia bisa mengetahui sedalam itu, mungkin saja buku ini sengaja dia letakkan ditempat yang tidak semua duga, supaya tidak dibaca oleh sembarangan orang.

Tapi jika Raja ketiga sendiri yang menulisnya, aku rasa tidak mungkin.

Astaga! Jangan-jangan yang menulis adalah tangan kanan Raja ketiga?!

Karena ruangan yang dibilang oleh Tuan Jade adalah ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh Raja dan orang yang diizinkan olehnya.

Aku memijat kepalaku yang terasa pusing.

Masalah ini semakin rumit.

Suara ketukan pintu membuatku terkejut dan langsung menyembunyikan ketiga buku itu. "Masuk."

Ternyata Marie yang membawa teh dan kue.

"Terima kasih Marie."

"Dengan senang hati Nona."

Sambil meminum teh buatan Marie, aku berpikir untuk menyelidiki siapa yang menulis buku ini.

Kemungkinan ada dua orang yang menulisnya. Pertama adalah tangan kanan Raja ketiga dan yang kedua adalah Penyihir Agung sendiri yang menulisnya.

"Marie tolong panggilkan Jovan."

"Baik Nona."

Marie segera keluar untuk mencari Jovan dan tidak lama Jovan datang.

"Apa ada yang bisa saya bantu Lady?"

"Jovan tolong cari tahu siapa nama orang yang menjadi tangan kanan Raja ketiga."

"Baik Lady akan segera saya carikan."

***

Keesokan harinya Lily bertemu dengan Pangeran Tedh di ruangan kerja Tedh.

"Apa penyelidikan berjalan lancar?" tanya Lily.

"Sedikit sulit, karena mendeteksi mereka mempunyai sihir terlarang adalah ketika emosi mereka memuncak." jawab Tedh.

"jadi Pangeran ada perlu apa hingga memanggilku kemari?"

Tedh menatap Lily. "Tidak ada. Aku hanya ingin ditemani olehmu saja."

Jawaban Tedh membuat Lily membuang nafas dengan kasar.

Setelah mengenal Tedh lebih lama ternyata dia memiliki sifat yang kanak-kanak dan manja, tetapi ketika marah atau dalam keadaan serius dia akan berubah menjadi sangat menyeramkam.

Mungkin melebihi Jeron dan jika sifat manjanya keluar dia akan memanggil Lily secara cuma-cuman hanya untuk menemaninya Atau mengikuti Lily seharian dan masih banyak lagi kelakuan anehnya.

"Pangeran, aku ingin menemanimu, tetapi pekerjaanku sangat banyak."

Lily berusaha untuk pergi karena pekerjaan dia sangat banyak, biasanya jika pekerjaan Lily sedikit, dia akan menemani Tedh hingga pekerjaan Tedh selesai.

Bahkan mereka juga tidak jarang bercanda dan tertawa, pembicaraan mereka tidak selalu serius jika sedang berdua dan juga mereka semakin akrab.

"Kerjakan saja disini, perintahkan Jovan mengambil pekerjaanmu kesini."

Jika Tedh sudah menjawab seperti itu mau tidak mau Lily harus menurutinya.

"Baiklah aku akan menemanimu."

Terlihat Tedh yang sedikit tersenyum karena berhasil membuat Lily bungkam.

Benar saja Jovan membawakan pekerjaan Lily ke ruangan Tedh.

"Lady, biarkan saya ikut membantu Anda." kata Jovan.

Belum sempat Lily menjawab suara dingin Tedh terdengar. "Jovan tinggalkan ruangan ini sekarang."

Dengan cepat Jovan meninggalkan ruangan kerja Tedh.

"Ck! Aku tidak suka dengannya." kesal Tedh.

"Apa Jovan melakukan kesalahan?" tanya Lily.

Seketika Tedh berjalan menghampiri Lily yang sedang duduk disofa.

"Dia melakukan kesalahan yang sangat fatal" jawab Tedh.

Lily terkejut, dia merasa tidak mungkin Jovan seceroboh itu.

Tanpa Lily sadari dengan cepat Tedh menarik dagunya hingga wajah mereka berhadapan.

"Karena dia selalu berada berada disampingmu dan aku muak melihatnya".

"A-apa maksud Pangeran?" tanya Lily yang gugup.

Karena wajah mereka sangat dekat dan tiba-tiba Tedh menyeringai sambil berkata. "Aku akan menyimpanmu hanya untuku seorang."

Lily terkejut bukan main, semakin lama ucapan para Pangeran kepadanya semakin aneh.

"Bagaimana? Bukankah itu akan menjadi hal bagus jika aku menyimpanmu ditempat yang hanya aku ketahui dan aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu seujung jaripun."

Lily tidak bisa berkata apa-apa, dia bingung harus berbuat apa, badannya seperti membeku karena terlalu gugup dan bingung.

Apa yang sebenarnya terjadi?. Hanya kalimat itu saja yang terlintas di kepalanya.

"Hahahahahaha wajahmu sangat lucu."

Tedh langsung tertawa ketika melihat wajah Lily yang pucat dan menurutnya itu sangat lucu.

"Jangan di pikirkan kata-kataku yang tadi, sebaiknnya kau selesai pekerjaanmu itu."

"Pangeran!!!" kesal Lily.

Sedangkan Tedh hanya tertawa kencang.

"Aku akan pastikan kau hanya untukku seorang" gumam Tedh.

To be continue...

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

K0414creators' thoughts