Setelah pamitan, Rombongan pak Mahmud dan Angga pulang kembali ke rumah, dalam perjalanan yang cukup panjang, tidak ada yang membuka suara sama sekali.
"Aku berharap pak ustad tadi mau membantu kita, jika tidak, maka dukun itu akan terus menerus mengirimkan sosok gaibnya, yang ada aku yang sengsara melihat sosok itu, kalau mbak Imah mau bantu, ya nggak apa, ini dia kadang muncul kadang nggak, dan kalau muncul di setiap saat kita enak, sosok kiriman si dukun itu bisa dia yang sikat, kalau kita paling lari," celoteh Zuki yang wajahnya kusut karena memikirkan sosok kiriman dari dukun tersebut.
"Paling-paling, kita pingsan, pak Zuki," sambung Bono yang menyahut apa yang di katakan oleh Zuki.
"Nah, itu yang paling menyebalkannya, pingsan dan kalian meninggalkan yang pingsan, kan tidak lucu jika yang pingsan di tinggalkan, yang ada kami yang sengsara, udah lah pingsan, di jadikan sandera pula tuh, nggak kebayang olehku saat ini," ucap Arya yang geleng kepala dan memijat keningnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com