webnovel

ULANG TAHUN PERNIKAHAN

Raline tengah termenung di ruang kerjanya, ia masih memikirkan tentang lingerie yang ia temukan di adalam koper suaminya. Pikiran Raline terus menerka-nerka, sebenarnya siapa wanita yang berani mendekati suaminya.

Raline mencoba berpikir dan mengingat teman seprofesi suaminya yang kemungkinan menjadi selingkuhan suaminya. Raline dapat menangkap nama Adel yang ia pikir jika Adel cukup dekat dengan suaminya, mengingat Adel berhasil menjadi pramugari berkat bantuan Evan.

Tapi apa mungkin Adel setega itu dengan dirinya, padahal jelas-jelas Raline lah yang terus membujuk Evan untuk membantu Adel. Rasanya tidak mungkin, namun untuk saat ini rasa curiga Raline terhadap Adel sangatlah kuat. Mungkin itu yang membuat Raline semakin yakin jika Adel lah yang menjadi perusak rumah tangganya dengan Evan.

Lamunan Raline buyar saat asisten rumah tangganya datang menghampirinya dan memberitahu Raline jika sudah banyak tamu yang datang. Raline bergegas menuju halaman belakang dan menemui para tamu undangan yang datang, ya hari ini adalah pesta ulang tahun pernikahannya dengan Evan yang ke 10 tahun.

Raline dan Evan selalu mengadakan acara saat perayaan hari jadi ulang tahun pernikahan mereka. Mereka biasanya hanya mengundang kerabat dan teman dekat untuk datang memeriahkan pesta yang mereka buat.

"Hai Raline, happy anniversary ya. Ya ampun, kamu itu cantik banget deh hari ini." gumam Nara yang langsung memeluk Raline.

"Thank you, Ra. Kok kamu datangnya sendirian aja? Radit mana?" tanya Raline penasaran.

"Kebetulan hari ini Radit lagi ada acara kantor, makanya bentrok jadi gak bisa ikut ke sini. Tapi Radit gak lupa titip kado buat kamu loh, ini kado dari aku dan Radit."

"Ya ampun, makasih ya. Kalian berdua so sweet banget deh." Ujar Raline antusias yang langsung meraih paper bag dari tangan Nara.

"Happy Anniversary, Raline. Ya ampun aku gak nyangka udah 10 tahun aja ya pernikahan kamu dan Evan, aku doakan semoga pernikahan kalian langgeng terus."

"Thank you, Elsa. Kapan dong kamu juga nyusul? Aku sama Nara kan juga pengen dapat ponakan dari kamu." Seru Raline menggerling Elsa.

"Ya doain aja, semoga jodohku datang secepatnya."

"Pilih-pilih mulu sih dia, emang gak takut kalau kamu nanti jadi perawan tua." Seru Nara.

Elsa mendengus pelan. "Ya, kamu jangan begitu dong, Ra doanya."

Nara tertawa kecil. "Bercanda sayang, bercanda."

"Sudah-sudah, kita makan yuk. Aku nyediain makanan kesukaan kalian juga loh." Seru Raline antusias.

Mereka bertiga langsung menuju meja prasmanan untuk menikmati makanan yang tersedia di meja, Nara dan Elsa begitu antusias menikmati makanan yang tersedia. Tak lama kemudian datang seorang wanita cantik menggunakan gaun merah darah, Evan langsung menyambut kedatangan wanita tersebut.

"Hai Adel, selamat datang. Aku kira kamu gak datang." Ucap Evan yang langsung mengecup pipi kanan dan kiri.

"Gak mungkin dong aku gak datang ke acara sakral sahabat aku sendiri, by the way happy anniversary ya Evan. Semoga pernikahan kamu dan Raline langgeng sampai akhir hayat." Ucap Adel antusias.

"Aamiin, terima kasih Adel. Yuk aku antar ketemu sama Raline." Ajak Evan dan langsung mencari Raline.

Evan bergegas menghampiri Raline yang tengah berada di area prasmanan bersama kedua temannya.

"Raline, lihat siapa yang datang." Ujar Evan lirih.

Raline dan kedua temannya langsung membalikkan tubuhnya ke arah suara Evan, di lihatnya Adel yang sudah ada di hadapannya terlihat sangat cantik. Tak ada rasa senang bagi Raline saat melihat kehadiran Adel, rasanya ia ingin marah dan melampiaskannya ke Adel karena sudah berani merusak rumah tangganya.

"Hai Raline, happy anniversary. Semoga pernikahan kalian berdua tambah rukun dan semakin harmonis, ini aku bawakan hadiah untukmu." gumam Adel yang langsung menyerahkan paper bag untuk Raline.

Adel langsung memeluk Raline dan berbisik di telinganya memberitahu isi kado yang ia berikan. "Semoga kau suka seragam dinas yang aku berikan, jangan lupa di pakai nanti malam." bisik Adel antusias.

Raline tertegun mendengar ucapan Adel seperti itu, ia terpaksa memasang senyum palsu di hadapan Adel. "Terima kasih, Adel. Silahkan menikmati hidangan yang ada."

"Terima kasih Raline." ujar Adel tersenyum.

"Ayo Adel, aku temani. Sayang, aku temani Adel dulu ya pilih-pilih makanan." seru Evan.

Raline tersenyum. "Iya sayang." ucap Raline lirih.

Evan bergegas menemani Adel untuk mencicipi semua makanan yang tersedia, sementara Elsa bertanya pada Raline tentang siapa Adel sebenarnya.

"Raline, siapa perempuan itu? Cantik banget, kamu harus hati-hati loh kelihatannya mereka sangat dekat." gumam Elsa penasaran.

"Hush.. Jangan sembarangan bicara kamu, Elsa. Bisa saja itu teman kerjanya Evan." seru Nara menenangkan Raline.

Raline tersenyum. "Sudah, kalian kenapa berdebat. Adel itu teman seprofesinya Mas Evan, kalian tenang saja aku kenal dekat dan siapa Adel sebenarnya." ujar Adel lirih.

"Tapi tetap saja kamu harus hati-hati, karena cinta diam-diam tidak ada yang tau." gerling Elsa tertawa terbahak-bahak.

Nara langsung mencubit lengan Elsa karena kesal temannya terus memojokan Raline. Raline jadi semakin cemas dengan semua ucapan Elsa, apalagi saat ini ia sedang curiga dengan hubungan Evan dan Adel. Namun tidak mungkin kalau ia mengatakan hal yang sebenarnya pada kedua temannya.

***

Malam harinya, Raline dan Evan sedang menikmati acara favorit mereka di TV. Raline datang membawa secangkir kopi untuk Evan dan meletakkannya di atas meja, kemudian Evan menarik Raline ke dalam pelukannya.

Raline pun menuruti apa yang di inginkan oleh Evan, dulu jika berada di pelukan Evan seperti ini rasanya ia sangat bahagia. Karena Raline merasa ia menjadi seorang wanita sempurna yang begitu di cintai oleh suaminya.

Namun berbanding terbalik dengan keadaan saat ini, Raline justru merasa pelukan Evan tidak sehangat dulu. Rasa curiga di kepala Raline telah mengalahkan semuanya dan membuat Raline merasa tidak nyaman.

"Sayang, happy anniversary. Sampai detik ini cintaku padamu semakin hari semaki bertambah besar, aku merasa sangat bahagia memiliki istri cerdas dan secantik kamu." gumam Evan sambil menyeruput kopinya.

"Gombal, ada apa nih memuji aku seperti ini?" tanya Raline penasaran.

"Kok gombal sih, ini serius loh. Aku itu cinta banget sama kamu, sayang kalau bisa malam ini kita mengulang masa bulan madu dulu. Aku sangat merindukan moment seperti itu." seru Evan antusias.

"Malam ini?"

"No, tidak malam ini! Aku akan ajak kamu ke sesuatu tempat, karena ini acara bulan madu kita. Jadi aku tidak akan mengajak anak-anak, bagaimana kalau anak-anak kita titipkan di rumah Mama."

"Rumah Mama ku?"

"Ya, tepat sekali. Di sana ada kolam renang dan itu membuat mereka sangat betah berada di sana, besok kita akan pergi sebelum subuh. Aku mau menikmati moment bulan madu kita tanpa ada gangguan dari siapapun alias gadget free." tegas Evan tersenyum.

"Oke! Setuju." sahut Raline antusias.

Tak lama kemudian ponsel Evan berdering, Evan langsung meminta izin untuk menjawab teleponnya di luar. Raline pun mengiyakan ucapan Evan, sementara Evan bergegas menuju halaman belakang untuk menjawab telepon.

Raline sangat yakin jika telepon tersebut merupakan dari Adel, saat ini yang bisa Raline lakukan hanyalah pasrah dan mencoba untuk menahan diri untuk tidak menanyakan semua ini pada Evan.