webnovel

RINDU YANG TAK BERARTI

Raline tengah sibuk menyapukan blush on berwarna merah jambu di kedua pipinya. Malam ini ia sudah sangat tidak sabar ingin menyambut kedatangan suaminya. Satu bulan sudah mereka berpisah karena Evan harus terbang ke Spanyol, namun ada hal yang tidak Raline ketahui.

Sejak awal berangkat, Evan mengatakan pada Raline jika dirinya akan bertugas ke Spanyol. Padahal kenyataan yang sebenarnya, Evan bertugas ke China.

Setelah memakai blush on, di raihnya lipstick kesukaan nya. Dengan lincah tangan Raline memoles bibirnya yang sebenarnya sudah berwarna merah tanpa bantuan lipstick.

"Sudah selesai! Aku harus mengganti pakaianku sekarang, karena sebentar lagi Evan akan segera sampai." gumam Raline sumringah.

Raline bergegas menuju lemari pakaiannya, malam ini ia akan menyambut kedatangan Evan dengan antusias. Biasanya malam seperti ini mereka berdua jadikan sebagai malam bulan madu, Raline juga sudah menitipkan kedua anaknya di rumah orang tuanya.

Setelah selesai mengenakan pakaian nya, Raline kembali meraih ponselnya yang ia letakkan di atas meja. Kemudian kembali melihat tracking keberadaan Evan melalui aplikasi tracking lokasi yang telah di kirimkan oleh Evan.

Ia terbelalak karena titik keberadaan Evan sudah tepat berada di depan rumahnya, dengan cepat ia meletakkan ponselnya dan bergegas menyusul Evan. Tak lama kemudian suara bel terdengar, Raline membuka knop pintu dan membukanya.

"Sayang" teriak Evan antusias.

Raline tersenyum lebar dan langsung memeluk suaminya. "Aku kangen banget sama kamu"

"Sama! Aku juga kangen banget sama kamu, kira-kira malam ini kamu masak apa ya? Aku sudah lapar banget."

Raline melepaskan pelukannya, karena tidak biasanya Evan ingin segera makan. Karena hal yang sering mereka lakukan adalah bersenda gurau terlebih dahulu sambil minum kopi. Namun Raline memahami keadaan suaminya yang mungkin saja telah lapar karena menempuh perjalanan jauh.

"Aku sudah masak makanan kesukaan kamu."

"Biar aku tebak, kamu pasti masak cumi saos padang." seru Evan antusias.

Raline mengerutkan keningnya. "Apa? Kok kamu bisa tau sih, gimana coba? Aku masih penasaran."

"Karena radarku bisa mendeteksi itu." Seru Evan sambil menunjuk ke arah atas kepalanya.

Raline mengerutkan keningnya dan tertawa terbahak-bahak, ia sangat beruntung memiliki suami dengan selera humor yang baik. Raline segera meraih koper milik Evan, mereka berdua bergegas menuju ruang makan untuk makan malam bersama.

Raline segera menyiapkan makanan untuk Evan, sementara Evan mencuci tangannya sebelum makan. Raline sangat menyukai moment seperti ini, yang mana ia selalu mendapatkan kesan romantis dari Evan.

Raline begitu penasaran, kali ini apa yang akan Evan berikan padanya. Setelah selesai mencuci tangan, Evan kembali ke kursinya. Sementara Raline meletakkan kembali piring saji milik Evan.

"Ini aku akan berikan potongan cumi yang banyak untuk mu." Raline tersenyum sumringah sambil menyendokkan potongan cumi tersebut ke dalam piring, Evan.

"Terima kasih, sayang." seru Evan singkat tanpa basa-basi.

Evan mulai menyendok makanannya, Raline terbelalak ketika melihat Evan sudah lebih dulu memulai makan. Raline meminta Evan untuk berhenti, karena biasanya mereka berdua selalu berdoa bersama sebelum makan.

"Apa kau memulainya tanpa aku?" seru Raline bingung.

Evan berhenti mengunyah, ia tampak bingung dengan ucapan Raline. "Memangnya kenapa?"

Ucapan Evan membuat Raline shock seketika, ia tidak menyangka jika Evan akan mengeluarkan kata-kata tersebut dari mulutnya.

"Babe! Sebelum makan malam biasanya kita berdoa dulu, baru kita memulai makan bersama. Tapi kenapa kamu sudah memulainya duluan tanpa aku."

Evan menghela nafas panjang. "Raline! Aku ini baru saja melalui perjalanan jauh, memang apa salahnya kalau akan makan terlebih dahulu? Aku juga sudah berdoa dalam hati, masalah sepele seperti ini tidak perlu kamu besar-besarkan." tegas Evan kesal.

Raline membelalak kaget, ia tidak menyangka jika suaminya berani bicara keras seperti ini padanya.

"Evan, apa kau marah padaku? Maafkan aku, Evan! Aku tidak bermaksud melarangmu untuk memulai terlebih dahulu. Baik lah, aku minta maaf. Silahkan lanjutkan makan malam mu." ujar Raline lirih, sementara Evan kembali melanjutkan makan malamnya.

Raline kembali duduk di kursinya, lalu memulai makan malamnya. Pemandangan yang tidak biasa, melihat Evan makan dengan lahap tanpa memuji masakannya.

Padahal Evan selalu memuji setiap makanan yang ia masak, namun kali ini sangat lah berbeda. Evan benar-benar cuek dan tidak ada obrolan apapun yang di bahas oleh Evan.

20 menit berlalu, mereka berdua melewati makan malam yang terasa begitu hampa. Padahal Raline sangat merindukan Evan, tapi kali ini ia merasa jika rindu yang ia rasakan seperti tidak ada artinya.

"Aku sudah selesai makan, aku mau mandi. Gerah banget rasanya, aku minta tolong bawain koper aku ya." seru Evan lirih dan beranjak pergi dari hadapan Raline.

Raline menghela nafas panjang, ia menoleh ke arah suaminya yang kini sudah menghilang masuk ke dalam kamar. Raline sangat sedih, ia tidak mengerti mengapa Evan bersikap seperti ini padanya.

Raline bergegas untuk merapikan piring kotor, kemudian mencucinya. Merapikan meja makan yang sedikit berantakan, setelah semuanya selesai. Raline bergegas menuju kamarnya sambil membawa koper milik suaminya.

Sesampainya di dalam kamar, Raline meletakkan koper milik Evan di sudut ruangan. Tak lama kemudian Evan keluar dari dalam kamar mandi. Evan tersenyum pada Raline yang sudah menyiapkan pakaian untuknya.

"Terima kasih, sayang." seru Evan lirih.

"Sama-sama, sayang. Oh ya sayang, aku sudah menyiapkan semua keperluan untuk pesta anniversary kita." seru Raline antusias.

"Bagus deh, kalau masih ada yang kurang kamu kasih tau aku ya." Evan memberikan handuk basah pada Raline, kemudian ia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Lagi-lagi Raline merasakan ada yang aneh dengan Evan, ia terlihat tidak begitu antusias dengan topik pembicaraan nya. Raline bergegas untuk menjemur handuk milik Evan, kemudian ia menghampiri Evan di tempat tidur.

Raline mencoba untuk menggoda Evan, namun reaksi Evan tetaplah dingin. Evan hanya memberikan satu kecupan, ketika tangan Raline mulai turun ke arah bagian pusat tubuh Evan. Evan menghentikan tangan Raline untuk tidak melanjutkannya.

"Sayang, jangan malam ini! Aku sangat lelah. Semoga kamu mengerti aku." ujar Evan sambil memegang tangan Raline.

Perasaan Raline langsung kalut, ia tidak menyangka akan mendapat penolakan seperti ini dari suaminya. Tidak biasanya Evan bersikap seperti ini, bahkan biasanya Evan yang selalu suka jika Raline memulainya terlebih dahulu.

"Baik lah sayang, maafkan aku! Mungkin aku terlalu bersemangat." gumam Raline lirih.

Evan tersenyum. "Tidak apa-apa sayang, terima kasih karena kamu sudah mengerti aku."

Evan melepaskan genggamannya, kemudian kembali merebahkan tubuhnya dan membelakangi Raline. Perasaan Raline sangat hancur, tanpa terasa air matanya pun langsung membasahi kedua pipinya.

Raline merebahkan tubuhnya dan menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya, Raline berharap ini hanyalah mimpi.