Bab 26 Menahan Sesuatu
Tangisan yang tidak terbendung telah mengaris deras dipelukkan seorang pembantu rumah tangga.
Menghadapi masalah yang tidak kunjung habis membuat Eleora berusaha mencari ketenangan sendiri.
"Bi, kita langsung pulang saja ya? Lagian sudah ada yang menemani mama kok."
"Ya sudah jika itu kemauan non Eleora, bibi mah bisa apa?"
Rasa kecewa yang begitu dalam telah membuat Eleora hanya berdiam.
Mengarahkan rasa kekecewa yang tidak akan ada habisnya dia pun lebih memilihkan untuk sengaja mengalihkan walau nampak sulit.
"Non, apa enggak sebaiknya non Eleora menceritakan ke nyonya perihal pengambilan maupun penjelasan hasil tadi?"
"Sudah enggak usah, bi. Aku sama sekali tidak mau merusak kebahagiaan orang lain. Ah sudah, habis ini nanti buatkan ya nasi goreng sama telur setengah matang."
"Siap, non. Nanti kalau sudah sampai langsung bibi buatkan."
Kembali melakukan perjalanan telah mengantarkan kekesalan sejatinya. Dia yang berusaha tenang dan malah menjadi sedikit sesak.
Nafas yang tidak begitu mengenakan itu malah diketahui oleh bi Atun.
Pembantu rumah tangganya begitu sigap akan hal ini, tetapi yang ada Eleora tetap membulatkan tekad enggan dirawat di rumah sakit.
Perjalanan yang tetap dilanjut dan tiba di rumah dengan segera Eleora memilih untuk menuju ke kamar lalu mengambil air minum lalu diteguknya.
"Non, kalau saran bibi semuanya lebih baik terbuka. Oh iya, jika mengenai penjelasan hasil tadi lebih baik besok non Eleora sama tuan Argadana sama nyonya. Ya itu hanya saran bibi saja."
"Masalah besok biar besok saja, sekarang yang jelas bibi buatkan ya akan apa aku minta tadi. Aku mau mengerjakan tugas."
"Baik, non Eleora. Permisi."
Di meja belajar Eleora ingin segera memulai maupun menyelesaikan tugas.
Namun dengan apa yang ada justru mengantarkan dia malah menerima sebuah pesan.
Kak Gerry : Halo peri cantik, kamu kok enggak bilang kalau di luar rumah?
Kak Gerry : Hey, kok enggak balas. Kamu kenapa?
Eleora : Maaf habis selesai mandi, iya maaf tadi ada kepentingan sebentar
Eleora : Memang kakak mau apa ke sini?
Kak Gerry : Oh begitu. Iya enggak papa, em aku hanya ingin memberikan catatan ya meskipun juga kita beda kelas tapi setidaknya sama nantinya
Eleora : Oh maaf kalau begitu, kak. Ini aku mau mengerjakan tugas PR
Kak Gerry : PR? PR Apa ini, halaman berapa? Ya barang kali sama, besok kita menegrjakan bersama ya? Ya di perpustakaan
Pesan memang sudah terbaca namun yang ada Eleoa malah tidak mau membalasnya.
Dia justru terkesan teringat akan sebuah keterangan mengenai penyakit yang diderita, terlepas dari itu juga dia masih takut jika diberikan rasa kecewa yang dalam sama seperti mama Merry berikan kepada dirinya sendiri.
"Aku benar-benar tidak begitu ingin jika semuanya malah menjadi kecewa, ya terlebih lagi jika mengenai ini."
Menghadapi ini seorang diri telah dipilihkan Eleora untuk mencoba mengerjakan tugas PR.
Beberapa tugas yang sudah begitu dikerjakan dengan cepat ada diantaranya masih dirasa cukup kesulitan.
Mengantarkan ini dia telah mencari bahan di internet, namun apa yang ada bukannya tugas sekolah malah hal lain.
Beberapa artikel mengenai leukimia telah dibacanya dan bahkan ia terkejut ketika mendapati jika kanker itu bisa berujung kematian.
"Separah itu ya kanker? Astaga sampai berkaitan dengan kematian. Aku tahu jika kematian akan dialami banyak orang, tetapi jika mengenai tugas jika belum selesai aku sama sekali belum bisa tenang."
'Tok, tok, tok.'
Terdengar suara ketukkan pintu yang jelas pembantu rumah tangganya tentu membuat Eleora seketika menutup laptop.
"Maaf non Eleora, ini makanan yang diminta non. Nasi goreng dengan telur setengah matang."
"Makasih ya, bi. Bibi enggak makan?"
"Bentar lagi, non. Ya bibi mau melanjutkan bersih-bersih dulu."
Situasi ini tentu saja membuat Eleora semakin yakin bahwa dia berada di lingkupan seorang diri.
Bersikap dingin seolah tidak terjadi apa-apa tentu saja dirasa lebih baik.
Usai makan Eleora sengaja menuju ke arah dapur untuk mencuci piring maupun gelas yang ia pakai.
Dia yang sedikit membuat jus minuman verbal tentu saja telah mengantarkan Eleora berusaha sendiri.
"Kalau bisa aku harus bergerak sendiri, aku sama sekali tidak mau merepotkan siapapun. Ya diketahui jika mengenai pengobatan pastinya tidak murah."
Minuman berwarna coklat kehitaman itu pun telah selesai dibuat, tetapi yang ada Eleora berusaha semaksimal mungkin untuk meneguk meski terlihat menyeramkan.
Perlahan-lahan minuman selesai diteguk meski sekarang yang ada cukup pahit pangkal lidahnya.
Bi Atun yang sedikit menyelesaikan pekerjaan itu telah melihat wajah Eleora begitu menahan sesuatu.
"Bibi lihat non Eleora kayak menahan sesuatu, memang non Eleora menahan apa?"
"Bi, air lagi bi...."
"Iya, non."
Sudah tiga gelas air diteguknya cukup habis dan bahkan juga diantaranya membuat Eleora menjulurkan lidah.
Rasa pahit yang tak tanggung-tanggung membuat Eleora belum juga bisa mencari penawarnya.
"Non Eleora ini kenapa sebenarnya? Non Eleora menahan apa, terus kok minum banyak begitu?"
"Bukan apa sih bi? Tadi itu bibi buat nasi gorengnya terlalu pedas banget dan serius buat Eleora enggak tahan."
"Beneran, non? Padahal tadi cabainya cuman tiga biji."
"Aduh, itu kebanyakan bi. Huh pedas ini."
"Coba ini pakai minum air hangat, sebentar bibi buatkan pakai gula."
Kebohongan ini telah membuat Eleora merasa sedih, akan tetapi dia sendiri harus melakukan apa.
"Gimana masih kerasa pedas enggak, non Eleora?"
"Huh, sedikit berkurang sih bi. Terima kasih ya sudah mau membantu."
"Sama-sama, non Eleora. Maafkan bibi jika buatnya sembaragan, bibi enggak tahu kalau cabainya segitu. Ya biasanya bikin sambal juga segitu pas dengan buat nasi padang."
"Iya enggak papa, tapi lain kali kalau buat nasi goreng cabainya satu saja ya? Soalnya lebih dari itu pedas banget, ya apalagi porsinya cuman buat aku."
Dia yang masih menahan rasa itu memilih untuk masuk ke dalam kamar dan membawa makanan kecil.
Pintu kamar ditutup cukup rapat telah dipilihkan segera memakan roti kecil maupun juga minum banyak-banyak.
"Astaga, jusnya itu pahit banget sampai sekarang. Mana sudah aku coba minum ini itu malah tambah kacau lagi ini di mulut, sumpah enggak enak banget."
'Clunting'
Grace : Eleora, aku barusan dapat kabar dari wali kelas kita. Katanya orang tua dari Fitri meninggal
Eleora : Astaga, ya besok kita melayat bareng ya?
Grace : Oke, nanti aku bawa motor ya besok aku jemput kamu. Bisakan?
Grace : Eleora
Grace : Eleora, ih kok enggak dibalas
Eleora : Maaf aku baru nahan anu ini
Grace : Nahan apa sih?
Grace : Hey, nahan apa kamu?
Eleora : Menahan sesuatu