Ujung jari Luo Qinghan menyentuh lembut jimat itu. Di dalam benaknya muncul wajah Xiao Xixi yang sedang tersenyum cerah.
Dia meletakkan jimat itu ke dalam tas yang dibawanya.
"Apa yang dilakukan oleh Selir Xiao hari ini?"
Kakek Chang menjawab dengan jujur, "Pagi ini dia kembali ke Aula Qingge, lalu dia terus tinggal di dalam sana dan tidak keluar lagi. Oh ya, tadi sore Selir Bai mengutus orang untuk mengantarkan undangan kepada Selir Xiao. Dia ingin mengundangnya ke jamuan minum teh besok sore."
Raut wajah Luo Qinghan tampak termenung.
Kakek Chang mengira malam ini pangeran akan bermalam di Aula Qingge.
Tetapi Luo Qinghan tidak mengatakan apa-apa dan pergi ke ruang baca.
Keesokan sorenya, Xiao Xixi pergi ke paviliun Cuiming dengan membawa Bao Qin.
Di jalan, Bao Qin terus mengomel seperti seorang ibu yang mengantar anak gadisnya yang konyol ke sekolah.
"Nanti kalau bertemu dengan Selir Bai, sikap Anda harus lebih baik. Jangan sampai mengatakan apa pun yang tidak seharusnya dikatakan. Kalau perkataan orang lain membuat Anda tidak senang, Anda tersenyum saja, jangan membalas. Berpura-puralah menjadi orang bodoh saja. Bagaimana pun juga Selir Bai adalah selir senior, tingkatannya lebih tinggi daripada Anda. Ayahnya adalah guru pangeran. Pangeran sangat baik kepadanya. Kalaupun Anda tidak ingin menyenangkannya, cobalah untuk tidak menyinggung perasaannya."
Xiao Xixi menguap, "Aku tahu."
Di depan adalah paviliun Cuiming.
Bao Qin membantu Xiao Xixi merapikan rok dan rambutnya dan memastikan kalau sepertinya tidak ada sedikit pun kekurangan pada penampilannya. Setelah itu barulah dia memberikan gestur 'oke'.
Dulu Xiao Xixi pernah melakukan gestur itu kepada Bao Qin. Bao Qin menganggapnya menarik sehingga dia pun menirunya.
Sudah ada banyak orang yang duduk di dalam paviliun Cuiming.
Bukan hanya selir senior Bai, tetapi selir senior Li, selir Xu, selir Chen, Nona Zhao, dan lainnya juga sudah datang.
Belasan selir di halaman belakang Istana Timur telah tiba.
Mereka duduk berlutut di bantalan empuk sesuai dengan tingkatannya. Meja pendek di depan mereka penuh dengan berbagai macam buah-buahan, teh, dan camilan.
Xiao Xixi membawa Bao Qin maju ke depan dan berlutut untuk memberi hormat.
Selir Bai berasal dari keluarga yang terpelajar dan lahir dengan kecantikan dan keanggunan alami. Sayangnya tubuhnya kurang sehat. Dia sering sakit-sakitan, bahkan sampai tubuhnya pun terlihat memiliki semacam pembawaan yang lemah dan rapuh.
Kelemahan dan ketidakberdayaannya itu juga yang dengan mudahnya membangkitkan hasrat melindungi dari para pejantan.
Selir Bai tersenyum kepada Xiao Xixi.
"Duduklah, Adik."
Xiao Xixi berjalan ke kursi kosong di samping, matanya langsung tertuju kepada buah-buahan dan kue-kue di depannya.
Semua ini kelihatannya sangat enak.
Glek…
Diam-diam dia menelan air liurnya.
Melihatnya yang menatap buah dan kue-kue di depannya, Selir Bai pun berkata sambil tersenyum, "Ini semua adalah makanan kecil yang kusiapkan untuk kakak dan adik semua. Silakan dicicipi, enak atau tidak?"
Xiao Xixi segera mengambil sepotong kue dan memakannya.
Dia pun memuji dengan tulus, "Enak!"
Bao Qin yang melayani di sampingnya pun mendesah.
Adakah yang menurut Anda tidak enak?
Yang lainnya juga memuji makanan-makanan itu. Kemudian pembicaraan pun keluar dan mengalir ke tempat lainnya.
Selir Li adalah satu-satunya wanita di sini yang bisa duduk sejajar dengan Selir Bai. Bicaranya juga jauh lebih tenang daripada yang lain, postur tubuhnya juga lebih santai dan alami.
"Kudengar Adik Bai kemarin sakit lagi. Apakah Yang Mulia Pangeran tidak pergi menjengukmu?"
Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang lain sejenak menghentikan gerakan mereka.
Selir Bai seakan tidak menangkap ejekan dalam kalimat itu, dia tetap tersenyum lembut, "Aku hanya sedikit tidak enak badan saja. Setelah tidur sejenak sudah sembuh. Apa perlu sampai Yang Mulia Pangeran sendiri yang datang?"
Selir Chen yang biasanya sangat dekat dengan Selir Bai segera menyambut percakapan itu.
"Ya, Yang Mulia Pangeran mempunyai banyak kesibukan setiap hari, mana bisa ke halaman belakang sepanjang hari? Bukan hanya Kakak Bai, kami semua juga sudah lama tidak melihat Yang Mulia Pangeran."
Kalimatnya itu jelas sedang membantu Selir Bai.