Luo Qinghan bertanya datar, "Jadi, sejak awal kamu dipilih untuk masuk istana, kamu telah membuat rencana bagaimana mendekatiku?"
Xiao Xixi agak merasa bersalah, dia menjawab dengan suara pelan, "Ya."
Luo Qinghan menatapnya dengan cermat, seakan-akan dia sedang mengenal kembali wanita di depannya ini.
Awalnya dia mengira lawan bicaranya ini adalah seorang gadis polos yang bisa langsung ditebak dalam sekali lihat. Sekarang sepertinya dia telah meremehkannya.
Xiao Xixi tidak berani melihat ekspresi orang di depannya.
Dia sengaja mendekati Luo Qinghan dengan suatu tujuan. Sekarang setelah Luo Qinghan mengetahui yang sebenarnya, dia pasti sangat kecewa terhadapnya, kan?
Xiao Xixi menundukkan kepala seperti istri kecil yang telah berbuat kesalahan. Dia terlihat menyedihkan.
Setelah cukup lama barulah Luo Qinghan perlahan-lahan membuka mulutnya, "Apakah misi dari perguruanmu itu mempunyai batas waktu?"
Xiao Xixi menggeleng, "Tidak ada."
"Bagus kalau tidak ada. Kaisar sekarang sedang dalam masa puncak kehidupannya. Dalam waktu singkat aku tidak mungkin mewarisi tahta. Kamu mengerti?"
Xiao Xixi mengangguk, "Mengerti, hal ini tidak bisa tergesa-gesa."
Luo Qinghan meneguk teh lalu mengubah pembicaraan, "Hari ini aku sedang menyelidiki masalah anggur beracun."
Xiao Xixi pun bertanya, "Apakah sudah menemukan sesuatu?"
"Zhao Xian menemukan bahwa anggurnya tidak beracun, tapi gelas anggurku yang diolesi racun. Aku menyuruh orang untuk mencari semua orang yang mungkin telah menyentuh gelas anggur itu untuk ditanyai satu per satu, akhirnya aku menemukan seorang dayang bernama Tan Hua. Ada orang yang melihat Tan Hua muncul di Taman Fengqi, dan dia terlihat panik seakan-akan telah melakukan suatu kesalahan. Tan Hua awalnya bekerja sebagai pesuruh di dapur kerajaan. Zhao Xian membawa orang untuk menggeledah tempat tinggalnya dan menemukan sebungkus racun. Itu adalah racun yang kamu minum."
Xiao Xixi berkata, "Kalau begitu tangkap Tan Hua untuk ditanyai."
"Aku menyuruh orang untuk menangkap Tan Hua, tapi aku mendapati bahwa dia sudah hilang."
"Hilang?"
"Ya, Zhao Xian telah mencari ke semua tempat di mana dia mungkin muncul, juga menanyai satu per satu dayang dan kasim yang pernah berhubungan dengannya, tapi tidak mendapat hasil apa-apa. Dia seakan-akan sudah menguap, tidak ada yang mengetahui ke mana dia pergi."
Xiao Xixi bertanya, "Apakah ini adalah kegelisahan dalam hati Yang Mulia?"
Luo Qinghan berkata, "Ibunda permaisuri memintaku agar besok menemukan kebenaran dari kasus anggur beracun. Melihat hari ini akan segera berakhir namun Tan Hua entah berada di mana, aku tidak bisa memberi jawaban kepada ibunda permaisuri."
"Apakah Yang Mulia mengetahui perhitungan tanggal lahir Tan Hua?"
Luo Qinghan menatapnya dengan bingung, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
"Aku bisa meramalkan lokasi Tan Hua, tapi perlu mengetahui perhitungan tanggal lahir Tan Hua."
Luo Qinghan agak terkejut. Tidak disangka anggota Sekte Xuan bukan hanya bisa menghindari bencana, tapi juga bisa meramal.
Di dalam kantor pelayan ada data rinci semua dayang dan kasim. Luo Qinghan menyuruh orang ke sana untuk memeriksa dokumen. Dengan segera perhitungan tanggal lahir Tan Hua pun ditemukan.
Selembar kertas yang di atasnya tertulis karakter tanggal lahir pun diletakkan di depan Xiao Xixi.
Luo Qinghan menatap Xiao Xixi, ingin mengetahui bagaimana dia meramal.
Dia melihat Xiao Xixi melirik sekilas isi kertas itu lalu memejamkan matanya dan tidak bergerak lagi.
Setelah beberapa saat.
Xiao Xixi membuka matanya, wajahnya agak memucat, "Di posisi seratus kaki barat daya, sekelilingnya adalah air."
Dia terdiam sejenak, lalu menambahkan satu kalimat.
"Dia semestinya sudah mati."
Luo Qinghan menatapnya, "Raut wajahmu kelihatannya kurang bagus. Bagaimana kalau mencari seorang tabib untuk memeriksamu?"
"Tidak perlu, tadi saat aku sedang meramal, aku merasakan perasaan Tan Hua sebelum meninggal. Hatiku agak tidak enak, setelah tidur aku akan baik-baik saja."
Karena nasibnya yang istimewa, setiap kali meramal tanpa sadar Xiao Xixi akan memberikan reaksi empati.
Menjelang kematian Tan Hua, rasa keputusasaan, ketakutan, dan kemarahan itu terproyeksikan ke dalam hati Xiao Xixi. Itu membuatnya ikut merasakan ketakutan yang dibawa oleh kematian.
Luo Qinghan berpikir, metode meramal seperti ini lebih baik sedikit digunakan.
"Tidurlah, besok aku akan datang menjengukmu lagi."
"Aku akan mengantar Yang Mulia."