webnovel

Orang dari Sekte Xuan

Editor: Wave Literature

Dia mengingat pengalaman mendebarkan saat nyawanya berada di ujung tanduk tadi serta kata-kata 'malapetaka berdarah' yang diucapkan Selir Xiao.

Sebuah dugaan samar-samar muncul di dalam hati Luo Qinghan…

Apakah Selir Xiao sudah tahu kalau dia akan diserang pembunuh?

Kalau dia adalah orang dalam, lalu apa hubungan Selir Xiao dengan para pembunuh ini?

Mungkinkah mereka satu komplotan?

Tapi kalau mereka satu komplotan, mengapa Selir Xiao memberikan jimat untuknya, bahkan berinisiatif untuk mengingatkannya agar berhati-hati?

Keraguan yang tak terhitung jumlahnya muncul di benaknya dan membuat Luo Qinghan menatap jimat di tangannya itu untuk waktu yang cukup lama.

Sampai ketika pangeran pertama dan kedua datang dengan tergesa-gesa bersama para pengawal mereka, barulah Luo Qinghan tersadar dari lamunannya.

Dia menyimpan jimat itu, raut wajahnya kembali acuh dan dingin seperti biasanya.

"Adik Ketiga, kudengar kamu diserang pembunuh, apakah kamu terluka?"

Pandangan mata Luo Qinghan menyapu kedua saudaranya satu per satu. Mereka kelihatannya benar-benar sangat khawatir, wajah mereka penuh perhatian.

Namun…

Siapa yang tahu apa pikiran mereka yang sebenarnya?

Mungkin saja para pembunuh ini dikirim oleh salah satu di antara mereka.

Luo Qinghan baru mendapat gelar pangeran setahun yang lalu, tetapi dia bukan putra pertama, juga bukan putra dari istri pertama. Satu-satunya yang bisa diandalkan hanyalah dukungan dari permaisuri.

Namun di mata para pangeran, tidak peduli seberapa dekat Luo Qingshan dengan permaisuri, dia tetap bukan anak kandungnya. Atas dasar apa dia menempati posisi pangeran?!

Hal itu tidak terlihat di wajah para pangeran, namun hati mereka sangat tidak terima.

Selama setahun ini, mereka tak hentinya melakukan manuver licik secara diam-diam, tetapi itu hanya beberapa trik kecil saja dan tidak melukai Luo Qinghan. Luo Qinghan tidak menganggapnya serius.

Namun tidak disangka, saudara-saudaranya ini semakin intens, demi posisi putra mahkota mereka tidak ragu melakukan tindakan yang brutal.

Walaupun emosi Luo Qinghan bergejolak, tapi wajahnya tetap tenang seperti biasa, "Aku tidak apa-apa, kakak berdua tidak perlu khawatir."

"Baguslah kalau tidak apa-apa. Ayahanda kaisar sangat mencemaskanmu. Cepatlah pastikan keselamatanmu kepada ayah. Di sini serahkan saja kepada kami berdua untuk membereskannya."

"Kalau begitu terima kasih kepada kakak berdua."

Luo Qinghan pergi dengan menunggang kuda pengawalnya, namun dia meninggalkan pengawalnya di sana.

Karena pangeran hampir saja celaka, maka kaisar tidak ingin berburu lagi. Perburuan hari ini pun diakhiri lebih awal.

Kembali ke Istana Timur.

Luo Qinghan memanggil beberapa orang kepercayaannya ke ruang baca.

Mereka berdiskusi selama dua jam.

Akhirnya mereka dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok pergi ke bawah tebing untuk mencari bangkai kuda dan menyelidiki apa penyebab kuda itu tiba-tiba menjadi gila.

Kelompok satunya pergi melacak dari mana datangnya para pembunuh dan melihat siapa sebenarnya yang mengirim mereka.

Ketika Luo Qinghan keluar dari ruang baca, hari sudah senja.

Tiba-tiba dia teringat dengan wanita yang tadi pagi memeluk kakinya.

"Di mana Selir Xiao?"

Kakek Chang membungkuk lalu menjawab, "Dia dikurung di dalam Menara Lengxiang."

Luo Qinghan pun berjalan menuju ke Menara Lengxiang.

Ketika mereka sampai di depan Menara Lengxiang, mereka melihat bahwa pintunya tertutup rapat. Cahaya lilin yang redup terlihat dari jendela.

Kakek Chang maju dan memanggil.

"Yang Mulia Pangeran datang!"

Dari dalam terdengar suara berisik, samar-samar bahkan terdengar suara desakan Selir Xiao.

"Cepat singkirkan semuanya!"

Kemudian terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru.

Pintu dibuka.

Xiao Xixi yang disertai oleh Bao Qin maju dan berlutut memberi hormat.

"Memberi salam kepada Yang Mulia Pangeran."

Luo Qinghan memandang wanita di depannya. Dilihatnya bibirnya yang merah terang, samar-samar dia bahkan bisa mencium sedikit aroma pedas dan gurih.

Pangeran bertanya datar, "Apa yang sedang kalian lakukan di dalam?"

Xiao Xixi sangat merasa bersalah, "Sedang makan malam."

"Kelihatannya kamu tidak khawatir sedikit pun."

"Mengkhawatirkan apa?"

"Menurutmu?"