webnovel

Awal Kisah Sebuah Pertemuan

Jantung Alana berdenyut kencang.

Perjalanan yang awalnya tenang mendadak tegang. Alana berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Ia berusaha untuk tenang dan turun dari mobil untuk memeriksa apa yang terjadi. Alana sedikit paham akan mesin. Namun ketika Alana membuka kap mesin mobil, tiba-tiba asap keluar mengenai wajahnya.

"Astaga. Mana ada bengkel di jalan tol begini?" Alana bernafas panjang

"Oiya telfon penyedia layanan tol aja kali ya."

"Halo selamat siang. Saya Alana pengguna jalan tol Solo-Ngawi. Mohon bantuannya saat ini mobil saya mogok entah kenapa di ruas jalan." Alana berharap cemas saat menelfon call canter

"Baik Bu. Mohon info titik kordinat Ibu saat ini ya. Tim kami akan segera ke lokasi." Jawab salah satu petugas layanan tol

"Syukurlah."

***

Hampir dua jam berlalu dan Alana berusaha berulang kali menelfon pusat pelayanan namun pertolongan tak kunjung datang. Alana mulai pasrah dan berusaha untuk meminta pertolongan kepada pengguna jalan.

~~~ nada dering telfon berbunyi

"Halo Bob, ada apa?" Jawab Alana sembari berusaha melambaikan tangan di pinggiran jalan tol untuk meminta bantuan

"La, barusan gue udah kasih nomor telfon Lo ke sodara gue. Namanya Galih. Bentar lagi dia telfon Lo ya. Udah gitu aja. Bye." Jelas Bobi singkat

"Kalo gitu doang kenapa ga chat aja sih. Males banget." Batin Alana

~~~ nada dering telfon berbunyi lagi

"Haloo..." Jawab Alana datar

"Halo, ini Alana? Aku Galih saudara Bobi." Terdengar suara seorang pria yang jarang sekali Alana dengar. Suaranya berat tapi tidak serak. Lirih tapi sangat jelas.

"Oh iya Galih. Kenalin aku Alana temennya Bobi." Sapa Alana dengan sopan

"Kamu udah sampe mana? Aku disuruh Bobi buat anter kamu buat cari tempat tinggal." Tanya Galih

"Aku masih di Ngawi ini kayaknya." Jelas Alana

"Wih lamban banget ya nyetirnya?" Ujar Galih dan pasti Alana tampak kesal

"Sorry ya. Pasti kamu lama nunggu. Kalo kamu keberatan ga papa ga usah bantu. Aku bisa sendiri." Alana menutup telfonnya

"Baru aja telfon udah ngeselin banget nih orang, apalagi kalo ketemu. Bikin kesel aja." Ucap Alana dengan kesal.

Alana sejenak beristirahat. Tanpa beralaskan apapun Alana duduk di pinggir jalan tol. Ia mulai kehabisan tenaga. Air minum tinggal satu tegukan lagi. Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Alana.

***

Setelah menunggu hampir 4 jam akhirnya bantuan datang. Terlihat dari kejauhan mobil derek mulai menepi. Alana bergegas berdiri dan melambaikan kedua tangannya tinggi-tinggi. Kemuadian tiga orang petugas turun untuk menghampiri Alana.

"Selamat siang dengan Bu Alana?" Tanya salah satu petugas dengan pakaian safety lengkap dengan peralatannya

"Iya benar Pak, saya Alana." Jelas Alana dengan sumringah. Perasaannya lega

"Baik Bu. Menurut laporan via telfon tadi siang, mobil Bu Alana mogok ya. Kami coba bantu cek dulu ya. Untuk memastikan kerusakannya di bagian mana."

"Iya Pak silahkan." Alana mempersilahkan ketiga petugas itu untuk segera memeriksa mobilnya

Setelah 10 menit menunggu, salah satu petugas menghampiri Alana.

"Bu Alana, sepertinya mobil Ibu sempat overheat. Dan altenator mobil mengalami kerusakan. Mobil Ibu harus dibawa ke bengkel." Jelas petugas kepada Alana

"Oh gitu ya Pak. Maaf Pak saya dari Jakarta dan baru pertama kali ke Ngawi. Sebenernya tujuan saya ke Batu Jawa Timur Pak. Gimana ya Pak?" Ujar Alana yang mulai kebingungan.

"Wah masih jauh ya perjalanannya Bu."

"Begini saja Bu. Mobil Ibu kami bawa ke bengkel terdekat untuk doperbaiki. Sedangkan Ibu kami antar ke penginapan terdekat. Karena tidak mungkin selesai dalam waktu semalam perbaikannya Bu. Jika Ibu berkenan dengan saran saya." Jabar petugas

"Sepertinya memang harus bermalam di Ngawi Pak. Baik Pak saya mohon bantuannya ya." Jawab Alana pasrah mengikuti arahan petugas

"Baik Bu."

***

Tidak ada rencana sama sekali Alana menginap di salah satu penginapan terdekat dari pintu keluar tol Ngawi dan bengkel tempat mobilnya diperbaiki. Sepanjang perjalanan menuju penginapan Alana tampak kesal karena hari ini tidak berjalan sesuai rencana. Ia hanya memandangi pemandangan jalanan malam itu di balik kaca mobil petugas derek. Tanpa menyadari ada beberapa panggilan telfon di handphonenya.

Sesampainya di depan penginapan, Alana mengucapkan terima kasih kepada para petugas yang telah membantu dan mengantarnya selamat sampai tujuan.

"Terima kasih banyak Pak." Ucap Alana

"Sama-sama Bu. Besok pagi kami hubungi kembali untuk menginfokan kondisi mobilnya ya Bu. Selamat istirahat Bu. Kami ijin pamit." Jawab salah satu petugas yang kemudian bergegas pergi

Alana berjalan menuju pintu masuk penginapan. Dan kehadirannya disambut dua resepsonist ramah. Wangi melati yang samar-samar bercampur dengan aroma daun teh menciptakan suasana yang menentramkan jiwa. Alunan musik tradisional melengkapi kesyahduhan malam itu. Alana sangat menyukai rekomendasi penginapan yang diberikan para petugas derek.

"Selamat malam Ibu. Selamat datang di Hotel Jawiasli. Ada yang bisa saya bantu Bu?" Tanya salah satu resepsionist yang terlihat ayu mengenakan pakaian kebaya berwana pink

"Iya Mbak, Saya Alana. Mau pesen kamar untuk satu malam." Jawab Alana

"Baik Ibu. Apakah sebelumnya sudah melakukan reservasi?"

"Sudah Bu, by phone tadi sekitar pukul enam sore."

"Baik Bu. Atas nama siapa Bu?"

"Alana Muriel."

"Baik Ibu. Boleh saya pinjam kartu identitasnya terlebih dahulu? Setelah itu Kami cek datanya ya." Tanya resepsionist itu dengan ramah

"Iya Mbak bentar ya." Alana membuka tasnya dan memberikan kartu identitasnya kepada resepsionist

"Terima kasih Bu. Sembari menunggu kami siapkan kunci kamarnya Ibu bisa menikmati berbagai jenis minuman jamu di meja tunggu itu Bu. Fresh dan menyegarkan lho Bu. Jika Ibu berminat." Ujar resepsionist tersenyum dan tangannya menunjuk ke arah meja dengan sopan.

"Iya Mbak terima kasih." Jawab Alana sambil membalas senyuman mbak resepsionist

Alana tingak tinguk melihat meja yang berisikan berbagai gelas dan botol jamu. Alana menghampiri meja itu dengan girang. Ia sangat menyukai hidangan minuman dan suasana tenang seperti ini. Hotel Jawiasli menyuguhkan konsep pedesaan yang tenang dan asri. Fix, Alana menyukai hotel ini.

"Ini kuitansi dan kunci kamar Ibu. Selamat beristirahat di hotel kamu Bu."

Alana tersenyum dan segera menuju kamarnya. Di dalam pikirannya Alana ingin segera mandi air hangat dan memesan makanan. Sesampainya di kamar, Alana terkesima melihat interior kamar hotelnta yang sangat indah. Tempat tidur berukuran double bad itu dibalut sprei putih bersih dan dihias dengan badcover bermotif batik. Meja bulat berukuran tanggung berhiaskan lampu kecil berbentuk bunga diletakkan di samping tempat tidur.

Selambu berwarna nude masih terbuka sempurna dan bergelantung indah di atas kaca besar. Kaca besar yang memenuhi salah satu sisi membuat pemandangan malam masuk ke dalam kamar. Terlihat Alana senyum-senyum sendiri melihat keindahan kamar hotelnya.

"Ga rugi mobil gue mogok. Itung-itung liburan. Hahahah..."

Setelah mandi dan makan malam Alana menyempatkan diri untuk menyelesaikan beberapa kerjaannya sebelum tidur. Namun konsentrasi Alana terganggu oleh nada dering yang daritadi teedengar dari handphonenya. Dilihatnya ada panggilan tak terjawab dan puluhan chat dari Bobi dan Poppi.

"Besok aja ya guys. Gue capek mau tidur." Batin Alana yang segera menonaktifkan handphone miliknya

***

Keesokan paginya Alana terbangun oleh suara nyaring dari telfon milik kamar hotel. Dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka Alana bangun dan mengangkat gagang telfon yang ada di samping tempat tidurnya itu.

"Halo..." Jawab Alana dengan suara yang sedikit serak

"Selamat pagi Bu. Mohon maaf mengganggu istirahat Ibu. Kami mau menginfokan ada tamu buat Ibu. Beliau menunggu di Lobi Bu."

"Tamu? Ga salah orang Mbak? Saya baru sehari di Ngawi dan ga ada kenalan sama sekali di sini." Jelas Alana sambil menggaruk-garuk kepalanya

"Maaf Ibu dengan Bu Alana Muriel kan? Ini tamu Ibu dengan Bapak Galih Finn meminta saya untuk menginfokan bahwa beliau sudah menunggu di Lobi."

"Galih Finn? Siapa ya Mbak? Kok saya ga kenal ya." Jawab Alana yang masih kebingungan

"Ooh gitu ya Bu. Baik Bu akan kami sampaikan ke beliau. Selaaa..."

"Eh maaf mbak. Galih Finn ya. Maaf mbak saya baru inget itu kayaknya sodara temen saya. Bentar lagi saya samperin dia ya." Jawab Alana yang tiba-tiba teringat nama saudara Bobi

"Baik Ibu. Terima kasih."

Setelah menutup telfon, Alana terdiam di atas kasurnya.

"Lah itu beneran Galih si sodara Bobi bukan ya? Ngapain coba dia di sini?"

Alana segera mengambil dan menghidupkan handphone yang semalaman ia biarkan mati. Dilihatnya ada satu notif dari deretan notif yang lain. Ada chat dari nomor yang belum ia simpan.

"La, aku berangkat dari Malang sekarang. Kemungkinan sampe Ngawi besok pagi." Isi chat dari Galih

"Astaga. Ngapain coba tuh bocah kemari. Mana gue belum bersih-bersih muka lagi." Batin Alana sembari terburu-buru ke toilet untuk membasuh wajahnya.

Dengan penampilan yang ala kadarnya Alana menuju Lobi. Dan segera mencari pria bernama Galih Finn. Setelah Alana sampai di Lobi hanya ada resepsioniat yang berjaga. Tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang. Alana membuka layar handphone miliknya dan menelfon nomor Galih yang sudah ia simpan.

"Halo, Kamu di mana?" Tanya Alana to the point

"Aku di minimarket dekat hotel. Kamu mau nyusul kesini atau tunggu aku di Lobi?" Tanya Galih

"Idih males banget gue nyusul dia kesana" Batin Alana

"Aku tunggu di sini aja." Jawab Alana singkat

Alana menunggu Galih di tempat duduk yang sudah disediakan hotel. Ia mulai memeriksa satu-persatu notif yang ia terima semalaman. Ada 32 panggilan tidak terjawab dari Bobi dan Poppi. Dan 20 chat dari Poppi.

"Parah Lo La. Awas ya. Kalo sampe siang Lo ga bales chat gue, gue samperin Lo kesana bawa koper gede buat masukin Lo trus gue bawa balik Lo ke Jakarta." Chat terakhir Poppi membuat Alana tertawa terbahak-bahak sendirian di Lobi yang masih sepi pengunjung itu.

Saat Alana sedang asik membalas chat Poppi, terlihat sebuah minuman kaleng dingin di depannya. Disusul sesosok pria tinggi berdiri di hadapannya. Wajahnya tidak terlihat karena pantulan cahaya matahari.

"Nih minum trus ayo duduk di sebelah sana aja." Ujar Galih yang tanpa Alana sadari sedang menghalangi panasnya cahaya matahari yang mengenai wajahnya

"Galih?" Tanya Alana

Galih maraih tangan Alana dengan lembut dan menaruh minuman kaleng itu di telapak tangannya. Dingin, ia rasakan di genggamannya. Kemudian Galih berjalan menuju tempat duduk yang ada di seberang. Tampak dari belakang tubuh Galih sangat indah. Rambutnya pendek ala pemain drakor pria. Kaos putih dengan celana krem terlihat rapi dan cocok ia kenakan. Kantong plastik seharga 200 rupiah yang berisikan roti dan minuman terlihat mewah ia bawa. Galih menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik badan memandang Alana. Tubuh Alana terdiam terkesima melihat wajah yang jarang ia temui itu.