Setelah membayar makan malam mereka, Daniel berjalan mengikuti Velina dan Mickey yang sudah terlebih dahulu menuju ke pintu keluar. Sesampainya di luar, Velina mendadak berhenti berjalan. Hal ini menyebabkan Daniel yang berjalan persis di belakangnya menabraknya.
"Ada apa?" Tanya Daniel keheranan melihat Velina berdiri mematung.
Velina memicingkan kedua matanya, menatap jauh ke seberang jalan.
"Mobilku…" Dia berusaha mengingat-ingat.
Seingatnya, hari ini dia bepergian dengan mobil lamborgininya. Dia lalu membuka tas bahunya, mencoba untuk mencari-cari kunci mobilnya.
"Loh? Ini ada kok?" ucapnya pada dirinya sendiri, semakin bingung karena menemukan kunci mobil di dalam tasnya.
Daniel tersenyum simpul melihat tingkah Velina yang terlihat kebingungan.
"Kamu lupa, ya? Tadi kan kita ke sini dengan menggunakan mobilku! Mobilmu di parkir di My Tech!" Daniel menyentil dahi Velina.
Gadis itu terlihat sangat menggemaskan.
Velina melihat ke atas, seolah-olah sedang berusaha mengingat-ingat. Bibirnya yang merona membentuk huruf 'O'.
"Oh iya!" Dia tiba-tiba teringat, sambil mengacungkan satu jari telunjuknya, dan tersenyum lebar.
Daniel merasa gemas sekali padanya, ingin rasanya ia menciumnya.
"Ayo, aku antar kamu pulang!" Ajaknya sambil menarik tangan Velina.
Namun, Velina tak bergeming.
"Tapi mobilku…" Dia tak meneruskan kata-katanya, namun dia berusaha menolak Daniel yang tengah menarik tangannya.
Daniel melambaikan tangannya, dan salah satu pengawalnya mendekat.
"Berikan kunci mobilmu padanya. Pengawalku akan mengantarkannya untukmu!" Ucap Daniel sambil tetap menarik tangan Velina, menganggukkan kepalanya dan menatap lurus ke dalam mata Velina, membuat wanita muda itu berdebar-debar.
"Antar aku pulang juga!" Mickey tiba-tiba memeluk Daniel dari belakang.
Kalau saat itu Velina tak sedang bersama mereka dan Daniel tak sedang memegang tangan Velina, mungkin orang-orang mengira ada sesuatu di antara mereka.
"Huh!" Daniel mendengus. Ia mengernyitkan dahinya.
Temannya ini benar-benar tak tahu keadaan! Jelas-jelas aku sedang berusaha pendekatan dengan Velina!
Namun, sedetik kemudian, sebuah ide melintas di dalam benaknya. Ia lalu tersenyum lebar.
"Tentu. Ayo, cepat! Kamu duduk di depan!"
Daniel segera berbalik untuk mendorong temannya agar segera masuk ke dalam mobil, ia menyuruh Mickey untuk duduk di depan dan kemudian kembali menarik tangan Velina, mereka berdua duduk di kursi penumpang serta meminta pengawalnya yang lain untuk menyetir.
Karena mereka bertiga masih sedikit mabuk, maka lebih baik mereka sama sekali tak menyetir.
Tanpa menunggu lama, mobil segera meluncur, pergi meninggalkan restoran korea.
Tanpa diketahui oleh siapa pun, diam-diam Daniel tersenyum. Idenya berhasil. Dengan adanya Mickey bersama mereka, maka mereka memerlukan waktu sekitar 45 menit untuk mengantar Mickey ke apartemennya, lalu dari apartemen Mickey ke rumah Velina, sekitar satu jam.
Ia juga diam-diam meminta pengawalnya untuk menyetir pelan-pelan, meskipun saat itu sudah malam dan jalanan juga sudah mulai sepi.
Daniel menatap gadis di sebelahnya yang sedang mengerjap-kerjapkan kedua matanya, berusaha menahan rasa kantuknya yang menyerangnya tanpa ampun.
Ia lalu tersenyum, "Tidurlah, aku akan bangunkan kalau sudah sampai!" ucapnya sambil melingkarkan tangan kirinya pada pundak Velina, menarik gadis itu agar tidur di bahunya yang bidang.
Karena terlalu lelah, Velina tak menolaknya, gadis itu segera memejamkan kedua matanya begitu kepalanya bersandar pada bahu Daniel.
Dia sangat menyukai parfum yang digunakan oleh Daniel. Wanginya beraroma maskulin namun lembut, membuatnya terlena dan tak lama kemudian, dia terlelap ke alam mimpi.
*****
Velina tak tahu sudah berapa lama dia tertidur, namun ketika dia terbangun, dia melihat Daniel yang tengah menatapnya.
"Kamu sudah bangun?" Tanyanya sambil tersenyum.
"Hmm hmmm" Velina bergumam sambil mengangguk, terlalu letih untuk menjawabnya.
Dia menatap ke luar jendela. Dia terkejut karena menyadari mereka sudah sampai di depan rumah kediaman keluarga Marcello.
"Loh? Sudah sampai? Sejak kapan? Kenapa kamu tidak membangunkan aku?" cerocosnya, terkejut karena ternyata mereka sudah sampai dari tadi.
"Belum lama kok, tapi lumayan kamu sudah menggambar peta Vanesia di bajuku" goda Daniel, sambil melirik kemeja putih yang dikenakannya.
Wajah velina mendadak berubah warna. Kedua pipinya memerah karena godaan Daniel. Kedua matanya terbelalak lebar, sementara tangannya dengan sigap mengelap air liur yang mengalir keluar dari bibirnya.
"Aduh! Maaf! Aku tak sengaja! Kamu sih tak memberitahuku kalau kita sudah sampai!" Tanpa sadar, Velina memukul bahu Daniel yang tadi dia sandari.
Daniel tertawa lepas. "Tidak apa-apa. Besok aku hanya perlu beli baju baru!" jawabnya sambil tetap tersenyum.
Velina memonyongkan bibirnya. "Kamu pikir air liurku berbisa, ya!"
Daniel semakin gemas melihat Velina yang cemberut. Ia menggunakan tangan kanannya untuk meraih rambut Velina yang membandel, meletakkannya di balik daun telinga gadis itu.
Sesaat kemudian, Velina baru teringat jika Daniel memiliki mysophobia[1]. Tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya, merasa sedikit bersalah karena tidak peka.
Sementara itu, Daniel semakin berusaha menahan diri untuk tidak mencium gadis di sampingnya yang tiba-tiba menggigit bibir bawahnya, membuatnya lebih dari sekedar gemas padanya.
"Uh, kalau begitu, aku pulang dulu, ya! Terima kasih sudah mengantarku pulang!" Velina buru-buru keluar dari mobil Daniel, berharap bisa menghilang ke dalam bumi karena merasa malu padanya.
*****************
Mysophobia[1] : Ketakukan berlebihan dan tidak masuk akal terhadap kontaminasi bakteri, kotoran, debu, dan resiko infeksi penyakit.
Yay! bab ketiga untuk minggu ini!
Keep voting jika kalian menyukai novel ini ya!
Semoga kedepannya bisa konsisten publish bab di tiap hari senin, rabu & jum'at! Dan juga ada bab tambahan di hari sabtu/minggu kalau jumlah review positifnya bertambah!
Dukungan kalian sangat berguna untuk membakar semangat penulis, lho!
Karena sesungguhnya menulis review itu tak sesulit memikirkan plot yang bagus demi mendukung jalannya cerita ini.
So, ditunggu ya!
ヾ(@^∇^@)ノ