webnovel

Rumah Sakit Dan Pasien

Hazel dengan percaya diri nya,mengandeng Laki-Laki tersebut.

"Iya, kita sibuk banget nih duluan ya," ucap Hazel lalu menarik pergi Laki-Laki tersebut dan anak kecil itu jauh dari Billy dan Mia.

Laki-Laki tersebut ternyata adalah Aron yang sedang mengintai target nya, dia melapas kasar lengan Hazel yang menggandengnya, Aron berlari menuju arahan yang anggota nya informasikan.

"Eh pak tunggu," ucap Hazel mau berterima kasih.

"Dek, makasih ya udah jagain anak saya," ucap Ibu anak tersebut.

"Iya buk, gapapa hati-hati ya buk," pamit Hazel

Tiba-tiba...

Dor Dor

Suara tembakan bertebaran,Aron dan anggota nya menemukan target nya dan bertarung di dalam Mall.

Hazel melihat itu tepat di hadapannya,ia melihat pengunjung yang panik, langsung berinisiatif untuk mengarahkan mereka ketempat yang lebih aman.

"Ibu-Ibu dan bapak-bapak,jangan panik, pertama kalian ke arah kanan ya di situ ada pintu keluar, masuk ke pintu itu satu persatu jangan buru-buru, nanti ada petugas yang mengarahkan, kalian jangan panik ya," ucap Hazel.

Aron melihat aksi Hazel, lalu memerintahkan anggota nya menuju pintu keluar untuk mengarahkan pengunjung yang lain, Hazel menolong nenek-nenek tua yang terjatuh, ia membantu beberapa pengunjung juga untuk mudah berjalan ke arah pintu luar, sementara itu Aron dan tiga anggotanya sedang bertarung sengit, hampir semua pengunjung berhasil keluar, Hazel masih belum keluar juga karena dia mendahulukan pengunjung lain terlebih dahulu, dan tak di sangka penjahat yang merupakan target Aron, ingin menyandera anak kecil yang masih berada di Mall, melihat itu Hazel dengan cepat mendorong anak itu keluar agar tidak menjadi sandera penjahat itu, sebagai ganti nya Hazel lah yang di sandera oleh penjahat tersebut, dengan menodongkan pisau ke leher Hazel.

"Turunkan senjata kalian!" bentak penjahat itu.

Aron dan anggotanya masih belum menurunkan senjata mereka.

"Lepaskan dia," ucap Aron.

"Oh kalian ngga mau nurunin senjata kalian?" ancam penjahat itu menarik dalam pisau yang berada di leher Hazel sehingga terluka lah leher Hazel yang terkena pisau.

Hazel sudah sangat ketakutan dengan aksi penjahat ini, Aron dan anggota nya pun menurunkan senjata nya perlahan, Hazel menatap Aron, lalu dengan cepat iya memukul tangan penjahat itu dan menjatuhkan pisau tersebut, tak di sangka penjahat itu punya pistol dan ingin menembak Hazel, dengan cepat Raza anggota Tentara melindungi Hazel dan Raza tertembak, dengan cepat Aron langsung melumpuhkan penjahat itu dan menembaknya, penjahat berhasil di tangkap.

Hazel dengan sigap menolong Raza,ia mendekati Raza, Aron yang melihat itu langsung mendorong Hazel untuk menjauh

"Pergi dari sini sekarang," ucap Aron.

"Saya Dokter Bedah dari Rumah Sakit A, izinkan saya untuk melihat kondisinya dan segera panggilkan Ambulance sekarang," ucap Hazel, Aron pun membiarkannya melihat kondisi Raza.

Hazel ikut ke Rumah Sakit, dia bahkan ikut masuk ke ruang operasi,ikut serta dalam operasi Raza, Aron dan anggota lain masih menunggu hasil operasi.

Hazel dan Dokter Wisnu keluar dari ruang operasi.

"Gimana keadaanya," tanya Aron panik.

"Tenang aja Ron,peluru udah berhasil di keluar kan, operasi berjalan lancar,tinggal nunggu siuman," ucap Wisnu yang ternyata teman Aron.

"Makasih ya Nu," ucap Aron.

Aron menatap tak suka kepada Hazel.

"Maaf atas tindakan saya yang menimbulkan musibah," ucap Hazel.

"Untuk apa minta maaf? dengan minta maaf teman saya yang di dalam bisa langsung sehat? kalau kamu tadi tidak bertindak ceroboh pasti tidak terjadi hal ini," ungkap Aron.

"Saya hanya berusaha melindungi diri sendiri juga, karena pisau yang mulai mengiris leher saya sudah sangat melukai saya, tapi kalian juga tidak ada bertindak apapun," imbuh Hazel.

"Kalo kamu bisa sabar sedikit, hal besar seperti ini tidak akan terjadi, tugas kami untuk melindungi kalian," ucap Aron.

Perdebatan sengit antara Hazel dan Aron, disaksikan anggota Aron yang lain, melihat itu salah satu anggota menarik Aron untuk segera pergi.

Hazel di ruangannya mengobati luka di leher nya,dia teringat kata-kata Aron yang menyalahkannya.

Memangnya salah ya upaya menyelamatkan diri,aku juga cukup kesakitan di irisnya leher ku dengan pisau tajamnya, lagi pula penjahatnya juga ketangkap,mengapa dia marah-marah begitu sih, bikin orang jadi merasa bersalah, hari sudah sangat larut malam, aku menginap di sini aja deh, biar besok tidak terlambat.

Pagi hari nya Hazel bangun dengan tepat waktu dan ia tidak terlambat, buru-buru ia mengecek keadaan Raza yang masih belum siuman, ia membersihkan tubuh Raza dengan handuk basah, karena Raza tidak ada yang menjaga nya.

Kasian sekali Tentara ini, tidak ada satupun orang yang menjaga nya, aku akan membantunya sampai dia sembuh, karena dia telah menyelamatkanku.

Saat membersihkan Raza, kebetulan sekali Aron datang untuk menjenguk, melihat Hazel yang berada di dekat Raza, dengan spontan Aron menjauhkan Hazel, mendorongnya menjauh hingga Hazel terduduk jatuh.

"Kamu berbuat apa kepada Raza," ucap Aron.

Hazel menarik napas panjang, Lalu berdiri dengan kesal.

"Saya adalah Dokter penanggung jawab pasien, saya ini Dokter nya loh,bukan pembunuhnya, kasar banget sih," ucap Hazel.

"Kenapa cuma kamu sendiri yang mengurusnya, yang lain mana," tanya Aron.

"Ampun deh cuma membersihkan pasien harus berapa ratus orang di kamar ini pak, gini ya saya jelaskan sekali lagi, bahwa saya Dokter bukan pembunuhnya, berhentilah menganggap aku ini bahaya untuknya," ucap Hazel lalu keluar dari kamar itu.

"Kalau saja aku tidak dalam masa pengawasan Dokter Wisnu, sudah habis aku tonjok tu Tentara songong banget, gara-gara temannya menolongku ,terus salah aku gitu?sebel banget sama dia ya ampun," ucap Hazel.

"Eh, tumben banget pagi-pagi udah datang dan ngomel-ngomel pula,ada apa?" tanya Nomi.

"Nomi," peluk Hazel.

"Kenapa?" tanya Nomi.

"Gapapa," ucap Hazel dengan ceria lagi.

"Leher kamu kenapa?" tanya Nomi yang kaget melihat leher Hazel.

"Alergi aja gapapa," jawab Hazel berbohong.

"Makanya kalau jajan hati-hati, eh Zel, ada pemandangan bagus banget tadi," ucap Nomi.

"Pemandangan apa? "tanya Hazel.

"Tadi aku ngga sengaja ketemu cowok ganteng banget loh," ucap Nomi.

"Duh mulai lagi deh genitnya," ucap Hazel.

"Tapi baru kali ini loh aku liat cowok yang gantengnya sempurna sekali, aku mau liat lagi deh ah sebelum nugas," ucap Nomi lalu meninggalkan Hazel.

"Hadeh dasar si genit," ucap Hazel.

Di sisi lain Aron sudah pergi meninggalkan Rumah sakit, dia ke Kamp nya untuk melaporkan keadaan Raza kepada pimpinan nya.

"Untuk saat sekarang tetap awasi perkembangan Raza sampai dia sembuh total," ucap Komandan Fano.

"Baik Komandan," ucap Aron.

######

Di rumah Sakit, waktu nya Hazel untuk pulang.

"Eh eh Hazel, hari ini mau ya tukar shift sama aku? kali ini aja, aku ada urusan sama mama nih," pinta Nomi.

"Kamu jaga malam ya? " tanya Hazel.

"Iya,tapi aku janji deh kalo nanti giliranmu yang jaga malam, biar aku yang gantiin, gimana?" usul Nomi.

"Iya iya pergi sana,biar aku yang jaga," ucap Hazel.

“Makasih Hazel cantik,bye aku pulang ya,” pamit Nomi lalu pulang.

Ah sebenarnya aku ingin sekali pulang untuk rebahan huhu kemarin ngga pulang , sekarang juga ngga pulang, aku rindu ranjang rumahku, tapi Nomi sangat jarang sekali minta tolong padaku, mana mungkin aku menolaknya, semenjak kejadian dua tahun lalu pertemuan aku dan Nomi di bencana gempa itu, ia menyelamatkanku menjahit luka di kakiku, sejak saat itu dia selalu baik padaku, aku sempat tidak ingin dekat dengannya karena rasa traumaku mempunyai sahabat, tapi Nomi memang berbeda, ia tau keadaan ku yang sekarang dan tidak meninggalkanku, selalu mensupportku dengan cara apapun, aku sangat beruntung mempunyai Nomi.

Malam pun tiba, Hazel berkeliling mengecek pasien nya, dan sampai ke pasien terakhir,dia mengecek Raza

"Ya ampun dia ini bener-bener gak ada yang menjaga ya kasian banget, eh suhu tubuh nya kenapa agak sedikit panas, aku bantu kompres deh." ucap Hazel.

Hazel membantu menurunkan panas tubuh Raza dengan mengompresnya, Raza berkali-kali meracau tidak karuan, hampir semalaman Hazel tak henti mengompres Raza, ia begadang menjaga Raza hingga pagi ,Hazel sempat tertidur beberapa menit, lalu tersadar dengan keadaan Raza dan mengecek dahi Raza.

Sampai tiba-tiba Raza terkejut dengan tangan halus Hazel yang menyentuh dahi nya, dengan sigap nya ia menarik keras tangan Hazel.