Keesokan paginya aku pindah ke kantorku yang baru, perusahaan pengembang properti milik pak Alex, aku diberikan sebuah kartu khusus untuk aku masuk ke kantor dan lift khusus. Aku datang pagi-pagi sekali dengan naik taksi dan bertanya pada sopirnya jalan untuk ke gedung ini.
Ketika sampai, aku masuk lewat parkiran hendak menuju lift khusus untuk aku dan pak Direktur, aku juga membawa kardus barang pribadi milikku.
"Maaf mba, bisa saya bantu ?" aku ditahan oleh seorang satpam.
"Oh pak Satpam, saya karyawan baru pak !" jawabku, ia menatap ku dari ujung rambut sampai kaki.
"Oh, begitu, maaf pakai jalan lobby saja tinggal naik litf dimana kantornya !" ujar pak Satpam sambil menunjuk lobby gedung.
"Anu pak saya ini sekretarisnya yang baru pak Alex !" kataku. Dia mengangguk.
"Oh sekretarisnya yang baru toh ! oke baik silahkan ! eh tunggu dulu boleh saya tahu identitas saudari ?" aku tertegun, rupanya ia belum percaya rupanya.
"Ini kartu identitas saya !" aku mengeluarkan kartu khusus. Dia terkejut.
"Waduh maafkan saya mba ! saya tidak tahu kalau mba beneran sekretaris tuan Alex ! habis mba tidak kelihatan seperti itu !" akhirnya dia menyadari.
"Iya, pak tidak apa-apa ! saya tahu, tadi naik taksi ! saya baru pindahan dari kantor lama ke sini ! saya belum tahu jalannya pak ! besok-besok saya akan naik mobil !" jawabku. Dia pun mempersilahkan untuk masuk. aku mengangguk permisi.
-----------
Aku tiba di ruangan kantorku yang lebih luas dan nyaman, bisa dibilang ini hampir sama ruangannya dengan pak Alex sendiri di kantor sana. Tentu sekarang ruangannya saja lebih besar, ini hanya sebagian kecil dari ruangan Direktur yang lebih mewah interiornya. Aku memutuskan untuk berkeliling ke ruangan lainnya untuk lebih mengenal lokasi kerjaku yang baru.
Setelah itu aku kembali ke ruanganku, dan melihat-lihat ruanganku sendiri. Ternyata ada pantry kecil di ruanganku, yang berbeda dengan ruangan direktur. yang menjadi pertanyaan aku melihat meja dan kursi lain diruanganku apa aku punya asistenku sendiri ? tentu saja, sebagai asisten pribadi aku harus mengikuti pak bos dan nanti siapa yang ada di kantor ? kalau di tempat yang lama mungkin ada Sarah jadi dia tinggal memberikan tugas yang diterima ketika aku keluar.
Aku pun membereskan perlengkapanku, kutata meja dan kulihat ruangan arsip. walau berbeda perusahaan pada dasarnya pekerjaan asisten Direktur sama saja. Pintu tiba-tiba diketuk aku terkejut, bukankah pak bos masih satu jam lagi datangnya aku melirik ke jam tanganku.
"Masuk !" teriakku, pintu di buka aku melihat pemuda tampan seperti model masuk.
"Maaf, apa ini ruangan direktur ?" tanyanya aku menatap dari ujung rambut sampai kaki pemuda itu siapa dia ? tak lama telpon di ruanganku berbunyi.
"Tunggu sebentar, tolong duduk dulu di kursi !" perintahku kepada pemuda itu untuk duduk di ruang tamuku.
"Halo selamat pagi, oh bapak ... iya dia baru saja datang ... oh begitu, baik pak !" aku menjawab telpon ternyata dari pak Alex.
"Mas, silahkan duduk disini !" aku memanggilnya untuk duduk di depanku, dia pun menurut dan duduk di kursi.
"Apa yang bisa saya bantu, kebetulan pak Alex belum datang mungkin satu jam lagi ! oh ya, kenalkan saya Renata asisten pribadi pak direktur ! jadi kalau ada keperluan apa-apa bisa lewat saya untuk disampaikan ke beliau nanti !" ujarku.
"Saya, Robbi ! pak Alex meminta saya kemari dan menyerahkan sesuatu kepadanya !" jawab pemuda yang bernama Robbi.
"Boleh kulihat ?" ia pun menyerahkan sebuah amplop kepadaku. aku membukanya dan membacanya.
"Oh baru lulus kuliah ya ? jurusan Sastra Inggris ? hmm ... oke !" aku menatap Robbi dan tersenyum. Ia mengangguk mengiyakan semua yang kutanyakan.
"Kamu ... seorang gigolo ?" tanyaku, dia terkejut.
"Mba tahu saya ? tapi ... saya belum pernah dengan ... perempuan ! eh sekali dua kali sih !" Robbi terlihat malu mukanya merah.
"Saya tahu dari penampilan kamu, karena ... saya pun begitu ! tapi kamu lebih beruntung bisa selesai kuliah sedang saya hanya tamatan SMU !" jawabku sebenarnya itu hanya dugaan saja melihat sekilas darinya dan ternyata benar, dia tertegun.
"Jadi mba juga ya !" aku mengangguk.
"Oke, Robbi tadi pak Alex nelpon ! dan kamu akan bekerja denganku sebagai sekretaris direktur, tapi kamu akan menjadi tanggung jawabku ! kita bekerja sama disini, karena aku dan kamu masih baru di perusahaan ini ! kita lupakan masa lalu kita, dan buka lembaran baru bersama ! bagaimana ?" aku menatap Robbi dan dia mengangguk dan kami bersalaman.
-----------------
Tanpa terasa waktu terus berlalu aku dan Robbi bekerja sama dengan baik, dia dapat diandalkan dan bagus dalam bekerja. Suatu hari aku akan pergi, seperti biasa untuk menemani sang bos.
"Rob, laporan penjualan sudah datang dari bagian pemasaran ?" tanya ku kepada Robbi.
"Sudah ada, justru aku mau memberikan kepada mba !" Robbi datang dan menyerahkan berkas ke mejaku.
"Terima kasih ya, Rob !" aku tersenyum.
"Mba tampak cantik hari ini !" Robbi menatapku dari ujung rambut sampai kaki..
"Ah, kamu bisa saja ! kamu juga Rob, oh ya bagaimana dengan pacarmu ?" tanyaku.
"Udah putus mba ! pengen menjomblo aja sekarang mah ! fokus ke kerjaan dulu, gampang kalau cari cewek mah !" jawabnya, aku hanya menggeleng kepala saja.
"Rob, seperti biasa aku akan menemani bos karena ada beberapa acara ! jadi biasa kamu yang handdle disini ya !" ujarku sambil berdiri Robbi mengangguk kepala, handphoneku pun berbunyi.
"Hallo iya pak, saya sudah siap !" aku mengambil tas.
"Robbi aku pergi dulu ya !"
"Iya, mba ! hati-hati ya !" aku tersenyum dan pergi.
Hari ini aku dan pak Alex akan datang ke pameran properti tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi perumahan nasional, pameran ini menghadirkan seluruh pengembang perumahan dari seluruh Indonesia. Termasuk perusahan kami yang membuka stan disana, ada dua program yang kami tawarkan yaitu Apartemen dan perumahan yang berkonsep.
"Pak Samin, ke mall dulu ya !" perintah pak Alex tiba-tiba aku diam saja, kami duduk di belakang sedang di depan pak Samin sopir pribadi si bos, ketika kami dalam perjalanan ke sana.
Akhirnya kita pun sampai di sebuah mall dan turun, aku pikir ada sesuatu yang ingin di beli, kita pun ke lantai di mana banyak toko merek terkenal dunia baik perempuan atau lelaki berada, tanpa di duga pak Alex membawaku salah satu ke butik perempuan. Apa dia akan membeli sesuatu untuk pacarnya ?
"Selamat datang, bisa saya bantu ?" tanya seorang pelayan toko, menyambut kami.
"Ya, pakaian kerja dan baju pesta untuk dia !" ucap pak Alex aku terkejut sambil menunjuk kepadaku tapi aku diam saja.
"Ikut saya mba !" Ajak si mba pelayan sambil menunjukan baju untuk kerja dan gaun pesta, ketika dilihat harganya mahal sekali. Aku melirik pak Alex yang sedang menelpon, gayanya berbeda ketika sedang menjadi direktur dan seorang manajer. Jadi aku harus mengikuti gaya bos sepertinya.
Aku pilih beberapa baju dan mencoba diruang khusus, aku menatap semua penampilanku di kaca dan memang tampak perbedaannya jadi lebih berkesan elegan dan anggun. Aku keluar dan pak Alex yang menilai semuanya.
"Bagus, kamu cocok jadi model Renata !" matanya terlihat terpesona menatapku. Apalagi melihat aku memakai gaun yang memperlihatkan punggungku yang halus mulus.
"Buka ikat rambutmu Renata !" tiba-tiba berdiri dan membuka ikat rambutku dan tergerailah rambut ikal panjang hitamku. Dia menata dan merapikan rambutku kami berdua berdiri di cermin.
"Kamu benar-benar cantik Renata !" bisiknya, aku tertegun itu beneran atau hanya sekedar rayuan biasa ?
Bersambung ...