webnovel

Pertemuan Keluarga Dan Perjanjian

Acara pernikahan pun usai sudah, malamnya Aku dan mas Alex di undang secara khusus untuk makan malam. Bahkan mas Alex pun tidak tahu tentang hal ini. Aku terkejut dan tidak tahu apa yang terjadi. Ternyata memang benar ada sesuatu hal yang penting harus di bicarakan dengan kami berdua.

"Begini papa dan mama sudah sepakat untuk memberikan ultimatum kepadamu Alex !" Papanya Alex menatap kami berdua, terutama kepada Alex setelah kami duduk.

"Maksud papa ultimatum apa ? aku tidak mengerti ?" tanya mas Alex terkejut dengan apa yang dikatakan papanya. Lelaki yang masih terlihat gagah di usianya itu menatap putranya.

"Dulu papa dan mama membebaskan kamu untuk menjalani kehidupanmu sendiri ! tapi selama ini kami melihat tidak ada segi positif, yang kami lihat dengan kehidupan kamu sekarang sebagai seorang gay ! justru kamu lebih banyak kerugiannya yang terjadi di dalam dirimu sendiri ! untuk itu kami memutuskan, mengultimatum kamu untuk segera menikah dalam jangka satu bulan dari sekarang ! kalau tidak, semua fasilitas dan hak istimewamu kami cabut ! kamu harus dimulai dari nol lagi !" jelas papanya Alex tegas, kami berdua terdiam dan aku melirik kapada mas Alex.

"Siapa yang kalian inginkan untuk menjadi kriteria calon istriku ?" tanya mas Alex, terlihat pasrah sambil menghela nafas panjang..

"Terserah kamu Alex ! yang jelas kami akan menerima siapapun itu sebagai istrimu ! satu hal lagi, ini berlaku seumur hidup ! tapi bila ingin bercerai kami harus tahu apa penyebabnya !" jawab papanya di angguki oleh mamanya. Mas Alex hanya terdiam, begitu pun aku yang sempat tertegun mendengar apa yang di ucapkan oleh keluarganya itu.

"Baik, aku akan memenuhi permintaan papa dan mama !" mas Alex akhirnya menjawab semua yang ditawarkan kedua orang tuanya.

"Kamu yakin ? dengan menerima semua syarat yang di ajukan dari kami berdua ?" tanya kedua orang tuanya sedikit terkejut. Mas Alex mengangguk tegas.

"Tentu saja yakin ! dan tak perlu menunggu waktu sebulan, sekarang pun kalau mau kami bisa menikah tak jadi masalah !" jawab mas Alex tenang, aku terkejut dengan pernyataannya. siapa gerangan wanita yang sudah ada dihatinya itu ?

"Oh ya ? itu bagus ! siapa wanita itu ? kami tidak melihatnya sama sekali ?" tanya anggota keluarga mas Alex yang lain sepertinya penasaran dan mendukung penuh apa yang dikatakan kedua orang tuanya.

"Masa papa dan mama tidak melihat ? ini yang duduk di sampingku namanya Renata ! sekarang dia bekerja denganku sebagai sekretaris pribadiku !" jawabnya sambil tersenyum dan melirikku, aku terpana dan tak percaya bukan main ! ini ... terlalu mendadak sekali dan tidak di rencanakan, kemarin baru saja kita dekat karena sudah saling curhat, itu saja.

"Oke, apa yang menjadikan dasar dia sebagai calon istrimu ? dan ini bukan hanya sskedar setingan Alex ! ini serius !" papanya menatap tajam kearah mas Alex.

"Aku serius papa ! aku dan dia mempunyai masa lalu yang buruk ! aku gay sedangkan dia dulunya wanita panggilan !" jawab mas Alex terus terang dan terbuka tentang rahasia diriku di masa lalu, aku hanya terdiam dan tertunduk, tak mampu melihat mereka semua setelah di ketahui masa lalu terburukku.

"Kenapa ? terkejut ? jadi kalian harus menerima Renata apa dan siapa pun itu !" lanjut mas Alex, dengan tanpa di sadari tangannya memegang erat tanganku, aku melirik ke arahnya, ada debaran aneh yang terjadi dalam diriku.

"Baiklah, itu tidak jadi masalah ! hanya aku ingin bertanya kepada calon istrimu terlepas siapapun masa lalunya !" ujar pak Hendarto tiba-tiba, semua tertegun dan kemudian menatapku.

"Silahkan !" jawab mas Alex dengan tenang, tapi aku merasakan tangannya menyetuh dan menggenggamku erat aku tertegun dan menarik nafasku.

"Renata ? saya ingin bertanya kepadamu, boleh ?" tanyanya lembut, aku mengangguk dengan pasrah.

"Kamu mencintai Alex ?" tanya pak Hendarto. aku menatapnya.

"Belum, om !" jawabku jujur, "Tapi setelah beberapa lama mengenalnya, aku tahu mas Alex itu baik dan perhatian kepada saya ! untuk perasaan saya kepadanya, saya belum tahu !"

"Begitu, bila menikah dengan putraku, kamu mau ?" tanyanya. Aku terdiam sejenak.

"Tentu saja, saya tidak keberatan ! tapi saya tidak akan memaksakannya untuk berubah ! karena saya tidak mau merubahnya seperti yang diinginkan ! biarlah untuk berubah hanya dari keinginanannya sendiri !" jawabku.

"Kenapa ingin menikah dengannya ? merasa kasihan ?" tanya pak Hendarto lagi.

"Tentu saja tidak, tapi dia mempercayai saya untuk melakukan ini bersamanya ! dia bukan tipe orang terlalu mudah putus asa ! dan tak perduli apapun terjadi padanya ! saya tahu betul ! karena saya kenal dengan om Hartono, pamannya mas Alex yang telah mengajarkannya tentang menjadi seseorang itu tidak mudah ! tapi dia pun tetap mau menjalaninya dari nol di perusahaannya !" jelasku, om Hendarto tertegun dan menatapku.

"Kamu kenal dia ?" tanyanya. aku tahu yang dimaksud om Hendarto.

"Iya om, dia mantan klien saya !" aku tersenyum "Aku pertama kalinya bertemu dengan mas Alex ketika dia menjadi klien saya !" aku memutuskan menjawab yang sejujurnya tentang om Hartono, kedua orang tua mas Alex terdiam.

"Pa, mah ... Renata sudah berubah tidak lagi menjadi wanita panggilan ! dia menjalani hidupnya yang baru dari nol lagi meninggalkan semuanya !" mas Alex membantu menjawabnya.

"Baiklah kami setuju !" jawab keduanya. Kami berdua terkejut bukan main.

-----------

Kami dalam perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta, aku menghela nafas tak percaya rasanya apa yang terjadi begitu cepat.

"Kenapa ?" tanya mas Alex pelan, tangannya menggenggam tanganku diantara sela jari kami sudah terselip cincin putih melingkar dijari manis masing-masing.

"Engga apa-apa ! cuman apa aku masih bekerja ?" aku melirik kepadanya, dia malah tersenyum.

"Tentu saja, itu tak akan berubah ! hanya sekarang aku diawasi oleh istriku sendiri !" jawabnya sambil mengangkat tanganku dan menciumnya.

"Tenang saja, aku bekerja secara profesional mas ! aku bisa menempatkan diri ku antara pribadi dan pekerjaan ! siapa pula yang menggoda mas ! paling para lelaki ! bukan perempuan lain !" aku tertawa kecil, dia pun juga tertawa.

"Iya juga sih !"

"Terima kasih sudah, menerimaku sebagai suamimu, Renata ! aku tahu itu cukup berat, tapi ada alasan khusus kenapa aku memilihmu !" lanjutnya. Aku tertegun menatapnya.

"Kamu boleh percaya atau tidak ! baru kali ini ada perasaan lain dalam hatiku terhadap perempuan ! dan itu sudah cukup lama sebemarnya ketika kamu pertama kali bekerja denganku ! aku pikir itu berlaku untuk wanita lain ternyata tidak ! perasaanku ini hanya terjadi ketika sedang bersamamu saja ! itu artinya hanya kamu yang bisa menyembuhkanku Renata !" jelasnya, aku tersenyum.

"Kamu tidak sakit sayang ! dan aku bukan obat, tapi istrimu ! aku juga kok , ini pertama kalinya jatuh cinta kepada seseorang lelaki ! setelah kejadian buruk masa lalu !" jawabku. kami bertatapan perlahan dia mendekat aku tertegun, dia hanya tersenyum dan mengecup keningku dengan lembut. Hatiku berdebar, kurasakan kehangatan yang mengalir dalam diriku.

Pesawat akhirnya mendarat dengan mulus di bandara Soekarno Hatta, kami pun turun tapi aku dan Robbi berpisah.

"Na selamat ya ! pak Alex selamat ya ! aku sangat berbahagia untuk kalian berdua !" ucapan selamat darinya, Robbi juga sangat terkejut tapi sudah feelling ini pasti terjadi.

"Iya terima kasih ya Rob !" mas Alex menepuk pundaknya dan aku hanya mengangguk akhirnya duluan pulang.

Aku di antar mas Alex ke apartemenku, untuk sementara kami tinggal di tempat masing-masing. Pernikahanku memang sederhana hanya di hadiri keluarga besar dari mas Alex dan juga Robbi dari temanku yang belum pulang sementara yang lainnya sudah pergi. Untunglah ada om Hartono yang datang terlambat ke pesta pernikahan dialah menjadi ayah pendampingku dalam pernikahan kilat itu.

Aku tak akan memberitahu dengan cara apa kami menikah, mas Alex dan aku sepakat untuk tidak menyelenggarakan pesta pernikahan dahulu. Kami tidak tahu kapan bisa bulan atau tahun depan atau bahkan tidak perlu melakukan itu. Toh yang jelas sudah sah !

Mungkin nanti keluarga besarku yang belum tahu akan ku beritahu kemudian, dan mas Alex setuju saja. Sesampai di apartemen mas Alex pamitan dan sempat mencium bibirku dengan sedikit kaku, aku pun juga ! membuat kami tersipu malu.

Bersambung ....