webnovel

Menjadi Ibu dan Istri

Setelah kelahiran putri pertama, secara otomatis aku tinggal di rumah saja mengurusnya. Sementara mas Alex tentu saja tetap bekerja, pagi-pagi aku bangun membuat sarapan bersana dengan pembantuku bernama Asih berumur 30 tahunan, aku menolak baby sister karena ingin merawat Adelia sendiri dan langsung dengan tanganku semuanya.

Setelah selesai membuat sarapan, aku pergi ke kamar menyiapkan baju kerja suamiku.Karena Adelia aku yang melakukan semuanya, jadi tahu kapan dia bangun, tidur, makan atau buang air dan besarnya. Setiap hari aku pompa air susuku untuk disimpan setiap dia pengen minum susu. Sedang mas Alex akan membantuku mengasuhnya bila ada waktu luang, dengan menggendongnya, mengganti popoknya dsb. Aku sih oke saja !

Tak terasa satu tahun sudah Adelia lahir ke dunia, kadang-kadang kedua orang tua mas Alex datang, selalu saja membawa oleh-oleh dan kado untuk cucunya. Sesekali juga bapa dan istri barunya datang menjenguk dan tinggal beberapa lama di rumahku, lain waktu bibi Sumiati dan keluarga yang datang.

Hari ini Adelia akan berulang tahun, aku meminta tidak dirayakan besar-besaran cukup keluarga saja kepada mas Alex dia sih setuju saja. Tapi tetap seja walau hanya keluarga, mas Alex ingin ulang tahun Adelia spesial. Dia mendekorasi dan menyewa sebuah restoran untuk ulang tahunnya.

-------------

Tanpa terasa kini Adelia sudah berumur 3 tahun berwajah cantik, mirip aku dan mas Alex juga sih, gayanya yang sungguh sangat menggemaskan siapapun yang melihat. Aku sendiri sedang mengandung anak kedua, mas Alex ingin seorang anak laki-laki setelah itu sudah.

Tidak seperti anak pertama, mas Alex tidak terlalu melarang-larang seperti dulu. Mungkin karena sudah berbengalaman kali ya. Untuk itu aktifitasku mulai bertambah tetap menjadi istri dan ibu tapi tidak bekerja lebih ke bersosialisasi dengan temanku yang dulu ketika bekerja di klub. Kini mereka semua bisa dianggap sukses baik secara bisnis, pekerjaan atau hanya sebatas sebagai istri atau ibu muda seperti aku.

Setiap 3 bulan sekali kami mengadakan pertemuan, seperti ajang reuni dimana saja secara bergantian, anggotanya juga tidak banyak selain teman-temanku yang dulu, juga ada mas Dodi dan ko Charlie juga ikutan di perkumpulan ini ! asyik dan seru karena mereka berdua selalu membuat suasana menjadi meriah.

Dari petemuan itu kemudian ke arisan dan sesekali bakti sosial. kadang-kadang karena mereka sudah sukses maka tanpa disadari atau tidak sering dianggap ajang pamer kekayaan, sah-sah aja sih ! toh itu bukan kesombongan, hanya karena kemampuan finansial masing-masing yang berlebih asal tidak berlebihan saja.

Karena sebagian besar anggotanya ibu-ibu maka mau tidak mau obrolan pun tak jauh dari suami sampai anak. Suatu hari aku dan Adelia sedang berjalan di sebuah mall, aku baru saja menghadiri undangan suatu brand ternama, tentu saja aku datang karena di undang. yang aku tahu diundang sebagai pelanggannya karena beberapa pakaian, aksesoris dan sesekali tas juga memang suka beli disana, tapi tidak terlalu sering.

Dia antara para tamu undangan memang bukan orang sembarangan dari para sosialita, artis dan lainnya, aku juga melihat Mayang dan teman-temannya duduk di arah tidak jauh dari depanku. Untungnya Adelia tidak rewel, dia duduk cantik melihat peragaan busana, sedang aku dalam keadaan hamil 3 bulan. Berdua saja tidak dengan baby sister, sejak dia masih bayi aku yang mengurusnya sendiri. Jadi merasa menjadi ibu sesungguhnya, kedekatan kami menjadi akrab.

Setelah selesai mereka berbelanja tapi aku tidak, lebih memilih pergi jalan-jalan keliling mall. Adelia sendiri tidak terlalu suka mainan, justru lebih suka makanan dan juga es krim atau pun roti. Kalau untuk mainan dari nenek dan kakeknyalah yang lebih sering memanjakannya.

Kami duduk di sebuah cafe yang ada di mall, aku hanya tersenyum saja mukanya belepotan karena es krim atau coklat dari donat, aku sendiri tidak terlalu over protektif kepada putri ku atau terlalu menjaganya berlebih apapun itu, ya namanya juga anak-anak. Tapi nasehat itu perlu, tiba-tiba handphone ku berdering.

"Hallo mas, aku sedang berjalan-jalan ! oh oke, aku sama Adelia ke sana ya !" aku menutup telpon dari mas Alex dia kepengen makan siang bareng.

"Ayo sayang, sudah ya ! kita cuci muka !" aku mengajak Adelia ke toilet setelah lihat makanannya sudah habis

Di toilet aku membersihkan mukanya, dan mencuci tangannya serta mengganti bajunya, dia tidak rewel dan aku menciumnya karena gemas.

"Sudah ya ! papa sudah menunggu untuk makan siang bersama !" Adelia mengangguk dan kami pun pergi.

Ketika akan menuju lift menuju lantai bawah, kembali aku bertemu Mayang, ia dan teman-temannya baru selesai berbelanja, karena terlihat membawa tas bermerek yang cukup banyak. Kami pun masuk ke lift, aku memangku Adelia.

"Mayang, belanjaanmu banyak banget apa tidak apa-apa !" tanya seorang temannya.

"Tenang aja Mir, suaminya kan kaya, masa membeli segitu aja bisa bangkrut sih !" jawab yang lain.

"Udah deh ah ! itu urusang gue kali ! gue mau belanja berapa banyak pun tak ada yang protes !" ujar Mayang tersenyum.

"Wah elu hebat Mayang bisa menaklukan dan mendapatkan suami tajir ! oh gue lupa, terima kasih ya ! atas hadiahnya, buat kita-kita ini !" puji seorang temannya.

"Udah engga apa-apa ! oh iya gue turun di lantai 2 ya ! soalnya gue lupa beli parfum kesukaan gue udah habis ! yuk duluan ya by !" Mayang pamitan turun di lantai dua.

"Lumayan bo, dapet baju 2 jeti !" salah satu temannya tertawa, diangguki oleh yang lain.

"Iya nih, orang seperti dia harus didekati biar rezekinya dapat buat kita !"

"Betul, walaupun gue kurang suka dengan sikapnya itu !"

"Ayolah semua juga udah tahu, kehamilannya bukan oleh suaminya tapi cowok lain !"

"Ya iyalah lu tahu sendiri dia kan hombreng !"

"Mungkin kedua ortunya mendesak dia kawin, jadi gitu deh ! sayang ceweknya seperti itu !"

"Sssttt ... udah ah ! kita enggak perduli tentang hidupnya, yang penting duitnya kan ?"

"Haa ... ha ... ! ternyata ada juga ya teman matre !" semua tertawa. Dan semua turun sedang aku terdiam, dan menuju tempat parkir. Saat ini aku masih menyupir sendiri.

------------

Tak lama aku dan Adelia bertemu mas Alex di sebuah Cafe yang berada di salah satu gedung perkantoran, tidak jauh dari gedung tempat mas Alex bekerja, sebenarnya itu tempat favorit kita berdua. Makanannya pun enak, masakan khas Italia,

"Sayang, aku kan sudah bilang, kalau kemana-mana itu harus memakai sopir !" ujarnya mengingatkanku.

"Iya mas maaf, besok-besok aku pakai supir !" jawabku merasa bersalah.

"Ya sudah, walau kehamilanmu baru 3 bulan tetap harus hati-hati ! oh iya, kok kamu engga belanja ? kan dapat diskount !"

"Engga ah mas, bulan lalu kan udah ! buat apa banyak-banyak beli nanti engga kepakai !" jawabku, mas Alex hanya menggeleng kepala.

"Kamu tuh masih belum berubah ! aku suka sekali dengan sikapmu seperti itu !" aku tersenyum.

"Maksud mas suka karena engga matre ya ?" Mas Alex hanya tertawa.

"Bukan, kamu bisa memilah mana yang baik dan tidak !" jawabnya,

"Mas bisa saja, tentu saja kita kan sudah punya anak mas ! prioritas kita bukan lagi diri sendiri, tapi juga dua anak kita nanti ! banyak yang harus dipikirkan !" kataku, mas Alex mengangguk setuju.

Bersambung ...