webnovel

Hari Pertama Kerja

Tanpa terasa sudah dua bulan sejak aku berhenti menjadi wanita panggilan, selain mengurus bapak. Aku memikirkan berbagai kemungkinan untuk aku membuka usaha tapi aku masih bingung untuk memulainya.

Satu minggu setelah pertemuanku dengan om Hartono di supermarket, aku sendiri tidak tahu apa sebenarnya keinginan om Hartono, tapi memang aku tidak melupakan beliau yang sudah ku anggap omku dan juga ayahku selain bapakku yang asli. aku juga sudah menceritakan semua tentang om Hartono kepada bapak.

Akhirnya ada telpon darinya, aku diminta datang ke sebuah gedung dan alamatnya pun diberikan, selain itu aku diminta bertemu dengan seorang perempuan bernama Seruni. hanya itu, aku tertegun kenapa aku diminta kesana ya ? menurut bapak mungkin saja dia akan memberikan pekerjaan padaku.

"Kok bapak percaya padanya ? kemarin meragukannya ?" tanyaku heran.

"Bapak itu melihat sikapnya terhadap perempuan yang menghinamu ! dia sepertinya bukan orang sembarangan !" jawabnya aku tertegun benar juga sih, tapi begitulah sikap om Hartono yang sangat seletif dalam menilai seseorang, makanya hanya sedikit yang dipercaya olehnya termasuk aku.

Aku memutuskan untuk mencoba, mungkin saja itu benar. bukannya ku menolak tapi om Hartono sudah banyak berbuat baik padaku. Keesokan harinya aku berdandan biasa tidak mencolok seperti pekerjaanku dulu, aku juga tidak memakai barang yang bagus. Aku rasa ini cukup sesuai dan tidak terlalu formal juga. Aku berpamitan kepada bapakku dan memberitahu tentang apapun jika aku pergi nanti bapak hanya mengangguk, aku juga memberikan uang buat jaga-jaga bila sesuatu terjadi.

"Sudah kamu pergi saja, bapak akan baik-baik saja kok !" ujar bapak.

"Iya, Marni hanya memberitahu saja, ya sudah aku pergi ya pak !" dia hanya mengangguk.

Aku menggunakan taksi, menuju alamat yang tertulis di kertas yang diberikan om Hartono. Karena terus terang aku tidak begitu mengenal Jakarta keseluruhan, aku belum pernah berkeliling, melihat Monas pun baru-baru ini. Walau aku tinggal di apartemen yang kutahu hanya wilayah sekitaran itu saja, itu pun letaknya jauh dari pusat kota, gedung-gedung hanya terlihat dari jauh. Mall pun juga hanya beberapa yang kutahu.

Aku sampai disebuah gedung perkantoran, aku menatap tak berkedip hampir sama dengan yang kulihat di Singapura. Apa ini milik om Hartono juga ? mungkin saja. aku masuk dan ada satpam yang bertanya kepadaku ingin bertemu siapa, aku berikan alamat dan keinginan bertemu dengan bu Seruni.

Setelah itu satpam membawaku ke pegawai yang ada tidak jauh dari situ, aku diminta ke lantai 25 tempat perusahaan itu berada. Singkat cerita aku sedang menunggu di sebuah ruangan untuk bertemu dengan bu Seruni, aku jadi minder pekerjaan apa yang sebenarnya yang di tawarkan kepadaku, aku kan hanya lulusan SMU dan itu sudah ku sampaikan tapi om Hartono tidak perduli, dicoba saja aku yakin bisa.

"Mba Renata ?" aku terkejut ketika di panggil oleh seorang perempuan.

"Eh, iya bu saya !" jawabku gugup, ia menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ikut saya !" perintahnya aku hanya mengangguk dan mengikutinya. kami naik lift lagi. dan entah di lantai berapa kami sampai.

"Tunggu sebentar, saya mau masuk kedalam sebentar !" ujarnya dan aku menunggu, dadaku berdebar dan juga sedikit berkeringat untungnya aku bawa tisu.

"Ayo masuk !" dia keluar dan aku pun masuk ke dalam.

"Maaf pak, ini orangnya sudah datang ! saya permisi dulu !" perempuan itu pergi, aku melihat punggungnya saja karena sedang menghadap ke depan, tadi ia hanya mengangkat tangannya sebagai tanda, kemudian ia membalik tubuhnya ternyata ia sedang menelpon tadi.

Aku terkejut ternyata itu keponakan om Hartono, pak Alex ! dia dan aku pernah bertemu beberapa kali.

"Duduklah !" ia memerintahkanku untuk duduk, aku pun duduk.

"Kamu sudah kenal paman sejak kapan ?" tanyanya sambil menatapku, aku tertegun.

"Apa itu perlu bapa ketahui ?" tanyaku, ia mengangguk.

"Tentu saja, kamu kesini atas rekomendasinya ! aku tak bisa menolak dia !" jawabnya.

"Mau jujur atau bohong pak !" jawabku.

"Terserah !" dia menatapku, aku menghela nafas walau bagaimana pasti tahu akhirnya.

"Dia klien saya, bapak pasti tahu kalau saya ... wanita panggilan !" jawabku.

"Oh begitu ! oke ... kebetulan saya membutuhkan seorang asisten saat ini, jadi kamu akan bekerja dengan saya mulai hari ini juga !" ujarnya kemudian dia berdiri, aku tertegun.

"Maaf, pak hanya itu yang ingin diketahui ? dan tugas saya apa ?" tanyaku.

"Aku tak perlu mendengar detailnya kan ! kerjamu sama saja menemaniku kemana pun aku pergi !" jawabnya, aku masih tidak mengerti.

Tiba-tiba pintu di ketuk, seorang perempuan cantik datang dan sempat melirikku, Pak Alex hanya diam.

"Maaf pak, ini berkas yang diminta untuk rapat hari ini !" ujar perempuan itu sambil menyimpan sesuatu di meja.

"Terima kasih Sarah !"

"Siapa dia bos ?" tanyanya, cukup berani juga dia bertanya seperti itu kepada atasan.

"Asistenku yang baru, rekomendasi paman !" jawabnya, ia menatapku dari ujung rambut sampai kaki.

"Jangan-jangan dia akan menjodohkanmu lagi dengannya seperti yang lainnya !" perempuan itu dengan berani duduk di meja dengan pose seksi karena ia memakai rok pendek.

"Tidak mungkin lah !" jawab pak Alex dengan cuek.

"Dia cantik loh bos ! sayang banget kalau di lewatkan !" perempuan itu mendekati pak Alex dan membelainya.

"Sarah, pergilah !" ujarnya. Perempuan itu menggelendot manja.

"Selamat datang di perusahaan ini nona muda ! tapi ingat jangan terpesona kepadanya karena ia lebih suka batangan !" ujarnya sambil tersenyum seperti mengejek..

"Sarah !!" teriaknya matanya melotot sambil memperbaiki kaca matanya.

"Oke bos, bye !" perempuan itu pergi dengan gaya centil.

"Tidak usah kamu hiraukan dia ! ikut aku !" dia pun pergi sambil membawa tasnya dan aku mengikutinya.

Sukanya batangan ? apa dia seorang .... gay ? Ah sudahlah itu urusan dia, aku tidak mau turut campur. lagi pula kini ia menjadi bosku. Aku sekarang berjalan di belakangnya semua orang menatapku sambil berbisik. Sempat aku melihat Sarah melambaikan tangannya sambil tersenyum entah mengejek atau apa.

Kami pun masuk ke dalam lift tanpa berbicara apapun, apa sebenarnya tugasku dan pekerjaan asisten itu ? dia pun terdiam tanpa berbicara, entah apa yang dipikirkannya. tunggu dulu om Hartono bermaksud menjodohkan aku dengannya ? itu tidak mungkin, kita berbeda.

"Pegang ini !" perintahnya itu berkas yang tadi diberikan, aku pun menerimanya tanpa menolak. lift pun terbuka kita pun masuk kesebuah ruangan, dan itu ruangan rapat sudah ada beberapa orang yang duduk. Dia menunjuk sebuah kursi tidak jauh darinya aku pun menurut saja.

"Maaf saya terlambat ! oke kita mulai saja rapatnya ! oh ya ini asistenku yang baru, maaf kalau belum terbiasa !" ujarnya sambil melirik padaku.

Rapat pun di mulai aku tidak mengerti yang dibicarakan yang jelas ternyata bidang usaha yang ia pimpin adalah mall dan supermarket termasuk juga bidang properti seperti perumahan dan apartemen. Aku harus memberikan data yang tertulis dan diberikan kepadanya.

Tak lama rapat pun selesai aku terus mengikutinya, kali ini kembali aku dan dia naik lift lagi menuju lantai atas. Sesampainya di atas ternyata itu adalah ruang pimpinan utama perusahaan. Seorang perempuan membawa kami masuk ke dalam dan secara mengejutkan itu adalah om Hartono.

"Duduklah !" perintahnya. kami pun mengikutinya.

"Bagaimana ?" tanyanya menatap kami.

"Sudah paman, semua sudah beres dan ini laporannya !" kemudian ia melirikku aku mengerti dan memberikan berkas itu kepadanya.

"Selain itu, aku sudah menerima dia bekerja denganku ! kini aku angkat menjadi asistenku !" lanjutnya.

"Bagus, paman yakin Renata dapat membantumu ! dia hebat !" om Hartono memujiku.

"Om ... eh pak, terima kasih atas kesempatan yang anda berikan kepada saya !" aku terlihat gugup. om Hartono malah tertawa.

"Jangan formal begitu ! kamu boleh memanggilku om kok ! aku senang kalian pasti cocok !" om Hartono tersenyum. sedangkan Alex terdiam, mungkin benar apa yang disangkakan oleh Sarah. aku pun terdiam.

Bersambung ....