webnovel

Bulan Madu

Warning 17 ++ !!

Mas Alex melepas ciumannya dan mulai merambat ke leherku, dan kebelahan dadaku yang terbuka.

"Mas ... aahhh !" aku mendesah dan menggeliat, dia pun bangun dan membuka seluruh pakaiannya aku terdiam karena kami sudah sah sebagai suami istri, bila dia menginginkan aku tak bisa menolak.

Kini kami sama-sama hanya menggunakan pakaian dalam saja, setelah itu aku dan mas Alex saling bergumul dan berciuman di tempat tidur, sampai tak sadar semuanya sudah terbuka, mas Alex menatapku nafasnya memburu terasa di wajahku.

"Bolehkah aku ... !" dia tak melanjutkan perkataannya karena sudah ku sumpal dengan bibirku kami berciuman.

"Aaaahhhssshhh ... mas !" mataku terbelalak ketika kumerasakan tubuh mas Alex memasukiku.

"Aaahhh .... Renata !" erangnya, kami sama-sama merasakan sesuatu perasaan yang belum pernah alami sama-sama.

Mas Alex mulai menggerakan tubuhnya, desahan dan erangan terdengar di kamar hotel kapal pesiar. Kami berciuman dan bergumul kadang aku diatas kemudian kembali ke bawah. Tubuh kami basah oleh keringat, sampailah kami kepuncak kenikmatan. Tubuh mas Alex jatuh di atas tubuhku nafasnya tersengal, sedang aku memeluknya erat.

"Bagaimana ?" mas Alex menatapku, kulingkarkan tangan dilehernya dan kemudian mencium bibirku.

"Mas sendiri ?" tanyaku balik bertanya.

"Awalnya rasanya aneh, tapi semua hilang begitu saja Renata ! aku jadi berfikir apa aku seorang gay ?" jawabnya kemudian melepas tindihanku dan berbaring di sampingku aku bangun dan memeluknya.

"Aku juga mas, ini pertama kalinya aku merasakan seperti ini ! selama ini aku dan klien ku hanya sebatas seks saja tidak pernah melibatkan perasaanku dengan mereka !" jawabku. Dia menarik tubuhku dan kini saling berhadapan, dan kembali menciumku.

"Aku tidak perduli dengan masa lalumu Renata ! kini kamu adalah miliku seorang !" jawabnya, aku menciumnya dan membalasku kami berciuman kembali.

---------

Tak terasa malam pun tiba aku dan mas Alex akan makan malam di bawah. Sebenarnya kami lelah karena habis bercinta dari siang sampai tadi mandi pun masih melakukannya, itu karena mas Alex yang tak kuduga tak pernah puas, Aku merasa ada yang memelukku dari belakang dan menciumku dari belakang.

"Sudah mas, apa tidak kenyang tadi sudah 4 kali loh !" kataku melepas dan membalik tubuhku, mas Alex menarik pinggangku dan mencium lembut bibirku.

"Aku tak akan pernah kenyang ! aku selalu lapar sayang ! kamu juga hebat loh !" bisiknya, aku tersenyum saja, dan melepas pelukannya.

"Ya udah, yuk kita makan !" ajakku dan akhirnya mas Alex mengajakku pergi makan.

Tak terasa ternyata benar apa yang dikatakan om Hartono, ini adalah hanya kesempatan untuk kami berdua untuk mengenal diri kami masing-masing, hari ini pertama kalinya bagi kami berdua merasa lebih dekat dan merasakan cinta yang lebih dalam.

Kami semakin mesra dan dekat, tak terpisahkan satu sama lain, selama 3 hari berbulan madu membuat kita ternyata saling membutuhkan. Setelah kembali ke Singapura kami tidak langsung pulang, karena masih ada urusan pekerjaan.

Setelah selesai, besok kami akan kembali ke Jakarta. Malamnya kami memutuskan mencari makan malam dan setelah itu mas Alex mengajakku jalan-jalan ke sebuah mall disana. Tadinya sih hanya melihat-lihat saja, tanpa diduga kami bertemu dengan teman mas Alex. Dan itu adalah Johan dan istrinya Mayang, keduanya sepertinya baru selesai berbelanja karena ada beberapa tas belanja di tangan istrinya dan juga Johan suaminya.

"Hai apa kabar bro !" sapa mas Alex tetap terlihat akrab.

"Baik lah bro, kok berdua aja nih ! nanti ada gosip dikira pacaran loh !" jawabnya, sementara Mayang terlihat tidak perduli.

"Aku tidak perduli dengan gosip bro ! ngapain juga dipikirkan kalau memang sudah sah !" ujar mas Alex santai, keduanya terkejut.

"Serius, kalian sudah menikah ? kok engga kedengaran beritanya dan pestanya ?" tanya Johan kaget dan kini Mayang mulai tertarik.

"Ya iyalah ! nih, buktinya ! kita engga perlu bikin pesta kok ! cukup sederhana dan yang penting sah ! oh ya aku dengar lu bro udah punya anak ko engga di bawa ?" jawab mas Alex memperhatikan cincin kami berdua.

"Palingan setingan !" tiba-tiba Mayang berbicara entah kepada siapa.

"Dia ditinggal di rumah ! kebetulan gue ada kerjaan disini !" jawab Johan tidak perduli dengan omongan istrinya itu.

"Oh, selamat ya ! nanti ku kirim kado buat dia, cewek atau cowok nih !" tanya mas Alex yang juga tidak memperdulikan ucapan Mayang.

"Cowok !" jawab Johan, setelah mengobrol sedikit kami pun berpisah.

"Tuh cewek ! omongan belum berubah juga ! dia tidak tahu siapa Johan sebenarnya !" mas Alex menggeleng kepalanya, aku hanya tersenyum dan tidak perduli dengan Mayang sih, sebenarnya.

Kami tiba di sebuah butik brand terkenal, mas Alex memintaku untuk memilih tas, baju atau apapun sesuai seleraku. Untuk urusan keuangan kami tak mau ribet, gaji ku dan dia memang jauh banget. Tapi sejak kita menikah kita sepakat setengah gajinya dan setengah gajiku untuk keuangan rumah tangga. Sisanya ya untuk bebutuhan masing-masing pribadi.

Aku sendiri sudah punya beberapa tas brand terkenal, tapi aku anggap ini hadiah dari suami tercinta jadi tak menolak, tapi juga tidak berlebihan. Walau sebenarnya dia mampu membelikan semahal apapun. Aku ditawari brand dengan barang terbatas jumlahnya, harganya jangan ditanya. Tapi ketika melihat fotonya mas Alex setuju dan akan dikirim secara khusus ke Jakarta sedang aku sih, menerima saja he .. he .. ! namanya juga hadiah dari suami !

---------

Pagi-pagi aku sudah tiba di kantor, mas Alex akan ke kantornya om Hartono untuk rapat.

"Cie, yang habis bulan madu !" sindir Robbi sambil tersenyum. Aku hanya membalas tersenyum.

"Nih, buat kamu ! bagaimana jalan-jalannya ke Bali !" kali ini aku balik menyindir tentang hubungannya dengan keponakan mas Alex.

"Apaan sih Na !" katanya cemberut.

"Rob, kamu tuh harus pilih salah satu jalan hidup kamu ! mau jadi gay atau normal nanti malah ribet loh !" kataku menasehatinya.

"Iya, mba ! tapi aku belum menemukan yang benar-benar kena dihati ! baik cowok maupun cewek !" jawabnya.

"Bagaimana dengan Juan ?" tanyaku,

"Dia baik, kedua orang tuanya membebaskan anaknya karena menganut prinsip demokratis ! kan kamu tahu dia blasteran ! walau lebih muda, dia dewasa banget sikapnya ! sejauh ini kita menjalani apa adanya dulu saja !" jawab Robbi.

"Na kalau kamu punya anak apa masih bekerja ?" tanyanya. aku tertegun.

"Mungkin engga Rob, aku akan menjadi ibu yang baik dan mengurus mereka ! aku akan merekomendasikan kamu sebagai asisten pribadinya !" jawabku tersenyum.

"Serius Na ?" tanyanya, aku mengangguk.

"Tentu saja, Rob ! aku yakin kamu bisa !" jawabku. Robbi memelukku berterima kasih.

Tanpa terasa waktu terus berlalu, aku dan mas Alex akhirnya punya waktu luang yang cukup banyak. Kami berencana akan ke kampung halamanku ke sana untuk bertemu bapa dan juga keluargaku yang lainnya. Mereka sudah tak sabar ingin bertemu dengan suamiku, mas Alex tidak keberatan. Dan kini kami dalam perjalanan ke sana.

Bersambung ....