webnovel

pertemuan Pertama

Aria, sementara tenggelam dalam membaca buku sejarahnya, akhirnya menyadari bahwa buku lain yang diperlukan terletak di rak yang lebih tinggi. Dia berdiri perlahan, berusaha untuk meraih buku tersebut dengan jari-jarinya yang hampir menyentuhnya.

Namun, ketika ia mencoba untuk meraih buku itu, kestabilannya terganggu dan Aria hampir jatuh. Tubuhnya sedikit goyah, dan jantungnya berdetak kencang. Tapi sebelum ia jatuh, seorang pria yang berada di dekatnya dengan cepat bereaksi dan menangkapnya dengan mantap.

Pria (dengan senyum hangat) "Hati hati, kamu hampir terjatuh. Apa kamu baik-baik saja?"

Aria (dengan rasa terima kasih) "Terima kasih banyak! Ya, aku baik-baik saja. aku hampir saja jatuh."

"Senang bisa membantu. Perpustakaan bukan tempat yang paling aman untuk terjatuh, kan?"

Mereka berdua tersenyum, dan Aria merasa bersyukur bahwa orang asing yang baik hati ini ada di saat yang tepat untuk mencegahnya terjatuh. Setelahnya, dia dengan hati-hati mengambil buku yang dia butuhkan dan kembali ke meja, dengan penuh rasa terima kasih.

Ketika Aria kembali ke meja dengan bukunya, hatinya masih berdebar akibat insiden tadi. Sementara dia fokus pada risetnya, pikirannya terus kembali pada pria yang telah menolongnya. Dia terpesona oleh ketampanannya, perasaan itu tumbuh lebih dalam dengan setiap momen.

Dalam hati, Aria berpikir, "Dia sangat tampan, dan kelihatannya sangat baik. siapa namanya? Kenapa dia berada di perpustakaan ini? Tidak apa-apa, Aria, fokuslah pada tugasmu. Jangan terlalu terpana oleh penampilannya."

Meskipun Aria mencoba untuk tetap fokus pada risetnya, dia tidak bisa menahan perasaan terpesona yang terus menggelora dalam hatinya.

***

Aria memutuskan untuk menonton pertandingan basket sekolah, yang menjadi salah satu acara yang paling digemari di SMA Bintang. Saat dia tiba di arena basket, dia mencari tempat duduk yang nyaman.

Namun, ketika dia melihat ke arah lapangan, matanya terpaku pada sosok pria yang telah menolongnya di perpustakaan.Pria itu berdiri di tengah tim basket sekolah, memakai seragam basket, dan tampak sangat percaya diri di atas lapangan.

Aria tidak bisa menghindari perasaan terpesona saat dia melihat pria itu beraksi di lapangan, dengan kemampuan bermain basket yang luar biasa.

Ketika pertandingan berlangsung, dan pria yang ternyata bernama Bintang menunjukkan performa yang cemerlang, beberapa teman-teman Aria yang duduk di sekitarnya mulai meneriakkan namanya.

Cewek-cewek yang bersemangat mulai bersorak-sorai, memanggil nama "Bintang" dengan penuh semangat. Mereka mengisi arena dengan teriakan dan tepuk tangan yang mengagumkan setiap kali Bintang mencetak poin atau melakukan tendangan bebas.

Dalam hati, Aria berpikir, "Itukah namanya Bintang? Apakah dia salah satu pemain basket terbaik di sekolah ini? Dia benar-benar luar biasa."Dia terus menonton pertandingan sambil terpesona oleh pria yang telah menolongnya, dan hatinya pun penuh dengan kagum pada kemampuan dan ketampanannya.

Aria bergabung dalam sorakan dan senyuman, merasa bangga dengan teman barunya dan terkesan oleh dukungan yang diberikan teman-teman ceweknya pada Bintang.

Suasana di arena basket semakin hangat dan menyenangkan karena dukungan semangat ini.

Ketika Bintang kembali mencetak gol dalam pertandingan basket, euforia di arena semakin memuncak. Suara sorakan dan tepuk tangan dari para penonton meledak, dan cewek-cewek yang sebelumnya meneriakkan namanya menjadi semakin bersemangat.

Aria, seperti semua yang hadir, ikut terbawa suasana. Dia ikut bersorak dan bertepuk tangan dengan penuh semangat. Melihat Bintang berhasil mencetak gol sekali lagi, dia merasa bangga dan terkesan oleh kemampuannya yang luar biasa di lapangan.

Suasana yang begitu bersemangat ini menciptakan kenangan yang tak terlupakan dalam pertandingan basket tersebut, dan Bintang terus menjadi bintang lapangan, mendapat dukungan penuh dari teman-teman dan penonton.