Revisi [16 Mei 20]
"Raja," teriak Khaira sambil melambaikan tangannya ke arah cowok itu, kala indranya menemukan sosok yang ia rindukan.
Rungu nya menangkap suara yang sangat familiar. Netranya mencari dan terpaku kearah gadis yang kini melebarkan senyum sambil merentangkan tangan ke arahnya.
Dengan cepat ia menarik koper kecil yang ia bawa. "Hai, udah lama nunggu nya?" Kalimat tanya itu dibarengi dengan masuknya Khaira kedalam dekapan hangat milik Raja.
Tak ada jawaban, hanya anggukan samar yang Khaira berikan sebagai jawaban.
"Kamu ke sini naik apa?"
"Tadi aku naik taksi kesini. Tapi aku udah pesen grab kok, mungkin sebentar lagi sampai."
Raja tak membalas, cowok dengan setelan baju berwarna dongker berlengan pendek yang di padu padankan dengan celana joger berwarna hitam, malah menatap Khaira dalam dan hangat.
Dari sorot itu ada pancaran rindu dan sayang yang begitu besar untuk gadis itu. Kalau boleh egois, Raja tak ingin tuhan memberikan rasa sakit lagi kepada cewek disampingnya ini.
Ia ingin bahagia lah yang selalu mendampingi, tapi, harapan harus dibarengi dengan doa. Sebab itu doa pun tak pernah putus ia panjatkan untuk kebahagiaan Khaira.
"Kamu kenapa natap aku gitu banget. Serem tau," ucap gadis itu jengah dengan raut yang mengernyit bingung.
"Emang aku natap kamu kayak gimana?"
"Ya kayak gitu, kayak gak pernah liat cewek cantik."
Jawaban Khaira, langsung mendapat decakan serta dengusan dari Raja. "pede bener lu."
Gadis itu terkekeh mendengar decakan Raja. Dan Raja tak bisa mengalihkan pandangannya dari tawa renyah milik Khaira. Bagaimana pun, gadis itu sangat jarang tertawa lepas begitu. Dan momen seperti ini akan sangat jarang ia jumpai.
Tak lama, grab yang mereka pesan datang, Raja memasukkan kopernya ke bagasi dibantu pemilik grab.
Sedangkan Khaira, dia langsung masuk ke bagian belakang penumpang. Duduk dengan manis disana sambil bermain handphone.
Selama perjalanan, keheningan menyelimuti mereka. Hingga mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan pagar rumah yang Khaira tempati.
Khaira langsung masuk kedalam setelah membuka kunci rumah, menuju ke dapur untuk mengambil minum. Saat Raja menghampirinya, ia langsung menunjukkan kamar kosong untuk Raja meletakkan barangnya disana.
"Kamu tidur dikamar ini, kamar aku ada diujung. Kalau kamu butuh bantuan aku panggil aja. Aku mau masak sebentar."
"Oke, oiya aku mau numpang mandi sekalian. Kamar mandinya dimana?"
"Di deket dapur, nanti kalau udah selesai langsung ke meja makan ya."
Dengan cekatan ia mengolah bahan-bahan yang akan ia masak. Menu yang ia buat juga tidak sulit, Hanya ayam kecap, sambel goreng dan kangkung tumis.
Saat sedang menata meja makan, Raja datang. Cowok itu langsung mengambil tempat duduk disamping Khaira.
"Wuih, kamu makin pinter masak ya. Liat masakan kamu bikin cacing aku pada demo."
"Kamu cacingan Ja?"
"Ck, mana mungkin aku cacingan, maksud aku liat masakan kamu bikin selera makan akun naik," balas Raja cepat.
"Oh, aku kira kamu cacingan. Mau aku ambilin?"
Raja mengangguk, "nasinya dibanyakin ya. Kangkungnnya juga. Jangan lupa ayam sama sambelnya juga dibanyakin," titah Raja, Khaira yang mendengar ucapan pria itu mendengus.
"Iya bawel."
Mereka makan dengan sesekali diselingi obrolan kecil. Hingga selesai, Raja tetap duduk di kursi meja makan itu, menemani Khaira yang sedang membersihkan bekas makan mereka.
Hari sudah berganti malam, kini kedua orang itu tengah menikmati waktu santai mereka diruang tengah ambil menikmati film yang mereka putar.
"Kamu bahagia tinggal disini?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Khaira menoleh.
"Bahagia, kenapa?"
"Nggak, aku cuma takut kamu tertekan berada disini."
"Aku bahkan selalu tertawa saat berada dilingkungan baru ini. Teman-teman baru aku juga baik banget mau nerima aku yang orang baru ini."
Ada nafas lega yang cowok itu keluarkan, "aku takut kamu tertekan dan nggak nyaman Ra. Aku selalu kepikiran sama kamu. Mama kamu juga beberapa kali hubungi aku dan tanya kabar kamu. Udah satu tahun dan kamu belum ngasih tau beliau akan kepindahan kamu ini. Bahkan bibi pun bingung mau nyari kamu dimana."
"Aku nggak tau, aku belum siap untuk menghubungi mama, aku tau aku salah dengan lari tanpa ngasih tau apa-apa ke bibi yang udah rawat aku dari kecil. Tapi aku takut Ja, aku takut mereka akan mencari aku dan merusak semua yang sudah aku mulai lagi ini."
Dan lagi, tatapan sendu serta nada serak itu kembali menghiasi wajah ayu gadis itu. Tak ingin Khaira kembali menangisi semua yang telah berlalu, Raja segera membawa gadis itu kedalam dekapannya.
"Maaf, maafin aku."
Tak ada yang dapat ia ucapkan selain kata itu, serasa ada yang meramas jantungnya saat isakan kecil lolos dari bibir gadis itu. Hanya usapan yang dapat Raja lakukan, Menunggu gadis itu tenang.
Tangisan Khaira mereda menyisakan mata yang sembab dan hidung yang memerah. "Maafin aku, sekarang kamu istirahat ya," pinta Raja yang dibalas anggukan oleh Khaira.
Setelah mengantar gadis itu kedalam kamar, dan memastikan bahwa Khaira nyaman disana, dia melangkah keluar untuk membersihkan ruang tengah tempat mereka menonton tadi.
Sedih rasanya, melihat gadis itu kembali menangis. Mungkin memang inilah yang terbaik untuk gadis itu. Ia tak ingin mereka menemukan Khaira dan kembali menyakitinya.
*****
Pagi ini Khaira sudah rapi, dia ingin melupakan yang semalam dengan cara mengajak Raja jalan-jalan di Kota ini.
Sembarih menunggu Raja keluar, ia menyiapkan sarapan untuk mereka. Tak lama derap langkah disusul sapaan pagi memenuhi ruangan. Dengan senyum lebar ia meletakkan roti yang telah ia siapkan untuk cowok itu.
"Hari ini kita mau kemana?"
"Aku pengen ngajak kamu jalan-jalan."
Raja mengangguk, ia melahap roti dengan selai kacang itu dengan lahap lalu meminum susu yang telah disiapkan Khaira untuknya.
"Aku siap-siap dulu ya, kamu tunggu di depan aja."
Tak lama cowok itu menghampiri Khaira yang sudah menunggu di teras.
"Ayo."
Khaira menyambut uluran tangan Raja dengan senang, mereka berjalan keluar menuju halte yang berada di dekat perumahan tempat gadis itu.
Dengan semangat Khaira mengajak Raja menaiki bus Trans pariwisata, salah satu transportasi yang ada disana. Suasana di dalam bus lumayan lenggang, tak membuat mereka harus berdesak-desakan.
Mereka berhenti disalah satu mall yang ada disana. Khaira begitu menikmati kebersamaan mereka. Saat-saat yang tak selalu bisa ia lakukan.
"Ja aku mau foto bareng kamu."
Raja langsung mengangguk mengiyakan, beberapa tempat mereka jadikan sebagai spot foto. Hingga tak terasa bulan sudah menggantikan matahari.
*******
Dua minggu sudah Raja menemani Khaira di Lombok, kini ia harus kembali karena liburan sekolah hampir selesai. Berat rasanya meninggalkan Khaira sendiri di Kota orang. Namun, ini memang pilihan terbaik untuk gadis itu.
Dengan berat hati dan raut yang mendung, Khaira mengantar Raja ke bandara.
"Jangan sedih gitu dong, aku jadi berat ninggalin kamu disini. Aku janji kalau aku udah lulus aku bakal kuliah disini bareng kamu."
"Aku nggak sedih kok, cuma agak berat aja harus pisah sama kamu. Aku baru aja bahagia karena sahabat aku datang buat nemenin aku. Tapi waktu seakan nggak mengizinkan itu berjalan lama. Tapi nggak papa kok, kamu harus sekolah yang rajin Ja, biar cepet nyusul aku dan kita bisa kuliah bareng disini."
"Ra, kalau aku nembak kamu. Kamu mau terima aku nggak?"
Raut terkejut menghiasi wajah gadis itu, "maksud kamu apa?" Tanyanya.
"Nggak, yaudah aku masuk ya mau chek-in, kamu hati-hati pulangnya. Kabari aku jika sudah sampai," pesan Raja sebelum ia masuk kedalam.
Lalu ia mengusap kepala Khaira sebentar setelah itu melangkah menjauhi gadis itu. Saat punggung Raja sudah menghilang dibalik tembok. Ada sebagian dalam diri Khaira yang seperti menghilang. Dan dia tau jawabannya. Sebelum semua terlambat, dan gadis itu tidak memiliki kesempatan kedua, dia segera berteriak dengan kencang. Membuat beberapa orang yang ada di sana menoleh ke arahnya. Tapi bodoh amat sebelum, kesempatan itu hilang dia harus meraihnya.
"RAJA, AKU TERIMA KAMU JADI PACAR AKU !!" Ucapnya dengan kencang dan lantang.
Raja yang tadi sudah menghilang di balik tembok, menghentikan langkahnya. Apa ini mimpi? apa dia sedang mengigau? Tapi jika mimpi kenapa terasa begitu nyata.
Tidak ingin berpikir terlalu keras, Raja langsung berlari menemui Khaira kembali guan memastikan pendengarannya, meninggalkan koper kecil miliknya yang tergeletak begitu saja.
Saat sudah sampai di hadapan Khaira, Raja langsung meraih bahu gadis itu dan bertanya untuk memastikan pendengarannya. "Kamu ngomong apa barusan?"
Senyum Khaira mengembang dengan sempurna seraya menjawab pertanyaan Raja. "Aku yakin kamu pasti denger omongan aku tadi."
Dengan Perasaan membuncah cowok itu memeluk Khaira dengan erat seakan tak ingin jarak memisahkan mereka. Ada rasa bahagia serta haru kala perasaan yang selama ini ia pendam terbalaskan.
"Aku janji, setelah lulus aku akan nyusul kamu kesini."
"Aku tunggu janji kamu," senyum tak berhenti terbit di bibirnya walau air mata telah menghiasi wajah.
"Rasanya aku nggak mau ninggalin kamu disini."
"Kamu harus pergi, dan harus kembali dengan perasaan yang tetap utuh untuk aku."
--End--
Batam, 28 Maret 20.