webnovel

Kalah Satu Langkah

Hari ini Nikk kembali mengunjungi Deana. Sebenarnya ia sedang ingi melakukan patroli saja di kawasan sekeliling bentengnya, akan tetapi kakinya membawa ia melangkah menuju pondok di mana Deana berada. Pagi itu ia melihat sosok lain ke luar dari ruangannya, orang itu adalah Adoria. Ia sudah tak ke sana selama dua hari dan terasa sangat merindukan Deana. Ia pun menunggu hingga mungkin saja Deana akan menyusul ke luar. Dan benar saja, tak lama kemudian, Deana keluar dengan balutan yang lagi-lagi tersamarkan. Namun, kali ini ia mencium aroma lain dari sana. Aroma yang membuat dirinya mencengkeram batang pohon tempat ia bersembunyi dengan kuat hingga terlihat kukunya menancap begitu dalam.

"Bau ini bau Chris. Kapan dia mendekati Deana?"

NIkk menggeram kesal. Ia telah keduluan satu langkah. Apa mungkin Chris sudah mengetahui kabar ini? Kabar yang menyatakan bahwa dirinya sudah mendapatkan Luna dari desa ini. Kalau betul begitu, pastilah Chris bertujuan buruk saat mendekatinya. Ia perlu bergerak secepat mungkin dan melindungi Deana secara transparan.

Nikk kembali memperhatikan Deana dari sana dengan mengabaikan amarahnya. Ia akan mendekati Deana perlahan secara alami agar ia bisa berhubungan baik dengan gadis itu. Bagaimana pun ia adalah pasangannya, ia tidak akan membiarkannya direbut atau dicelakai siapa pun. Ia harus segera menemui Cleon untuk membicarakan pertemuannya. Ia mempunyai perasaan yang bagus apabila dibicarakan bersama Cleon.

Setelah Deana pergi meninggalkan rumahnya dan berjalan agak jauh, Nikk segera kembali ke bentengnya guna menemui Cleon. Siang ini sudah jadwalnya Cleon membeli daging, jadi ia bergegas agar Cleon tak terlanjur ke desa dan membuatnya menunggu lagi. Ia ingin segera bertegur sapa dengan sang Luna.

Sesampainya di benteng, Nikk langsung menuju ruangan Cleon. Ia melewati Gamma dan membalas sapaan darinya yang seperti biasa sibuk melatih para Schouts. Hanya perlu menghitung hari sampai Schouts tingkat lima lulus dan resmi menjadi Warrior. Mereka adalah pasukan yang sangat diharapkan oleh Nikk karena mereka sangatlah kuat dan cerdik dibanding dengan angkatan terdahulunya. Ia mengetahui itu karena Ganmma sendiri menginformasikan seperti itu. Jarang sekali mendengar Gamma memuji kemampuan anak didiknya. Pastilah anak didik ini akan lebih bisa diandalkan ke depannya.

Seperti yang ia terka, Cleon sedang menuju ke arahnya. Rupanya ia sudah ingin pergi dari benteng menuju tempatnya membeli daging. Ia akhirnya memanggil Cleon untuk membicrarakan sesuatu. Sedangkan Cleon yang dipanggil, agaknya ia mengetahui tujuan Nikk memanggilnya dan ia duduk menunggu Nikk di pinggir taman kecil dekat kolam buatan.

"Ada apa, Nikk?" tanya Cleon berbasa basi. Ia tak ingin disebut tak tahu sopan santun kalau langsung menebaknya.

Terlihat Nikk menghela napas lelah. Raut wajahnya berubah murung dan seperti bukan Nikk. Pemimpinnya itu sedang kesal bercampur patah hati.

"Kau tahu? Aku mencium aroma Chris di sekitar pondok Deana."

Kalimat terakhir itu membuat Cleon menghela napas kasar. Tepat sekali ia membaca pikiran Nikk dan memang benar itu karena kekhawatiran Nikk terhadap Lunanya. Kalau sudah begini ia pun bingung bagaimana menenangkannya. Biasanya Gamma yang cocok memberi saran.

"Kau mau kupanggilkan Gamma?"

Nikk mengernyit mendengar tawaran dari Cleon. Untuk apa memanggil Gamma? Ia hanya membalas dengan gelengan semata. Ia harus membicarakannya dengan Cleon.

"Aku melihat Deana bersama perempuan yang menjual daging di pasar. Bukannya gadis itu bernama Adoria yang mana adalah mate mu? Hanya dia di desa yang menjual daging. Jadi, aku tak mungkin salah."

"Adoria berteman dengan Deana? Di mana dia saat kau melihatnya?"

"Mereka sedang keluar dari pondok Deana. Dan aku mencium aroma Chris pada keduanya, Cleon."

Cleon menoleh, jujur saja ia terkejut. Ini bukan hanya menyangkut Deana, namun juga Adoria. Ia baru tahu kalau ternyata Adoria berteman dengan Deana, Luna dari Nikk. Akan tetapi ia tak pernah tahu karena memang ia tak pernah melihat mereka sedang bersama atau minimal Adoria menceritakan pertemanannya dengan Deana.

"Kenapa bisa ada bau Chris di sekitaran pondok itu? Apa mungkin Chris memantau dari jauh? Ataukah memang ia sudah menjumpai mereka secara langsung?"

"Aku rasa Chris mendekati mereka terang-terangan karena tadi aromanya begitu kuat dan kental sekali. Itulah yang kukhawatirkan."

"Jadi, kau mau bagaimana?"

"Susun rencana agar pertemuanku bisa berjalan mulus dan ia pun menerima keberadaanku dengan nyaman."

"Permintaanmu agak sulit. Mengenalkanmu pada Deana itu hal mudah bagiku, karena Adoria ternyata berteman dengannya. Deana tentu tak akan begitu was-was. Akan tetapi, aku tak bisa jamin ia bisa menerima keberadaan kita dengan nyaman. Bagaimana pun kita ini bangsa werewolf, jarang ada manusia yang mau berinteraksi dengan kita meski pun kita punya perjanjian dengan kepala desa."

Nikk menghela napasnya lagi. Sesulit itu ya mendekati manusia. Nikk menautkan jemarinya dan mencoba berpikir. Yah, urusan nyaman mungkin bisa diurus terakhir. Yang terpenting saat ini adalah bisa bertegur sapa dengan Deana dahulu.

"Begini saja. Aku sedang ingin membeli daging ke sana. Bagaimana kalau kau ikut saja? Itu akan terlihat seperti perkenalan alami."

"Menurutmu begitu?"

"Tentu saja. Nanti aku bisa berkata kalau kau datang untuk membantuku membawa daging. Tapi masalahnya sekarang hanya satu. Ujung taringmu terlalu menonjol bahkan kalau merapatkan bibirmu begitu."

"Apa harus kukikir?"

"Jangan. Itu identitas pemimpinmu. Kalau kau kikir nanti jadi dipertanyakan para tetua. Lebih baik ya biarkan saja begitu. Hanya jangan terlalu sering menggerakkan mulut saat tidak dibutuhkan. Jadi, ujung taringmu tak akan terlalu mencolok dan orang orang tak akan memperhatikannya."

"Baiklah kalau begitu juga bisa. Jadi, kita akan berangkat sekarang?"

Cleon melirik Nikk yang sudah berdiri dengan penuh semangat. Sudut bibirnya terangkat sedikit dan ia pun ikut berdiri serta menepuk bahunya beberapa kali.

"Tapi, Nikk. Kalau tidak salah perhitungan, hari ini akan terjadi purnama. Kau sudah menyiapkan perlengkapanmu di kamar? Kudengar Dewi Selene tidak akan datang dan membantu kita kali ini."

Mereka berjalan beriringan melewati pos di mana Gamma sedang beristirahat. Keduanya melambai singkat sebelum mereka melewati gerbang benteng di depan sana.

"Benar juga. Seharusnya peralatanku masih berfungsi dengan baik. Bagaimana dengan yang lain? Apakah sudah di cek oleh para Omega?"

"Yang lain aman. Hanya anak-anak yang tidak diberi penjagaan karena mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Mereka tak akan bisa membuat masalah besar dan tak akan seliar kita. Dan ada para Omega yang akan mengawasi selagi purnama."

"Kalau begitu sudah aman. Omega dan anak-anak tak akan berubah sebengis kita. Omega bisa meredam dan mengkontrol emosinya. Kau bilang malam ini kan purnamanya?"

"Betul. Malam ini."

"Siapa kemarin yang menghitung terjadinya purnama?"

"Seperti biasa, para tetua."

"Baiklah kalau seperti biasa. Maka sudah dipastikan memang hari inilah purnamanya. Sebaiknya kita bergegas agar bisa sampai di benteng lagi sebelum bulan muncul."