webnovel

Dikurung

"Kubilang apa, berkenalan dengan Deana itu hal mudah. Adoria pasti akan membantu kita."

Cleon melangkahkan kakinya memasuki benteng bersama Nikk. Penjaga pintu segera menutup gerbang dan mengunci serta memastikan kalau keamanan sudah terjamin. Sore itu sibuk sekali. Banyak omega yang ke sana-kemari bersama dengan para schout dan warrior. Sedangkan anak kecil di sana bermain di aula utama. Fungsinya agar semua berjalan cepat dan malam bisa berlalu dengan damai.

"Iya. Aku juga sudah menduganya. Maka dari itu, aku mengajakmu membuat rencana pertemuan itu. Dengan ini, paling tidak jalanku akan lebih mudah ke depannnya. Karena tampaknya Deana tak mencurigaiku sedikit pun. Apa ini yang dinamakan kekuatan persahabatan?"

Cleon terkekeh sembari mengedikkan bahunya acuh. Bisa saja itu memang karena kekuatan persahabatan atau memang hanya karena Deana saja yang mau membuka diri padanya. Tidak ada yang tahu 'kan kecuali Deana? Bahkan Cleon pun tak bisa membaca apa yang dipikirkan gadis itu.

"Nikk, kau sudah memikirkan cara agar Nenek Cia bisa menerima kehadiranmu?"

Nikk teringat. Benar juga. Ia harus mendapatkan kepercayaan Nenek Cia apabila ingin Deana bisa sepenuhnya menerima dirinya. Karena Nikk tahu, meski pun Deana memihak padanya kelak, ia tetap tak akan berpaling dari sang nenek dan menghampirinya begitu saja.

"Aku belum memikirkannya. Yang aku tahu pasti sulit. Tapi, aku akan melakukan apa pun agar Nenek Cia mau menerimaku. Demi Deana, demi hidupku, dan demi masa depan klan kita."

"Kalau begitu, teruslah berusaha. Sesekali pikirkanlah cara yang bagus agar Nenek Cia bisa cepat menerimamu. Jangan terlalu santai. Nenek akan pulang dalam waktu dekat dan pasti ia membawa hadiah untukmu."

Nikk tahu. Ia menyadari kepergian Nenek Cia bukanlah tanpa sebab. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan dan tak ingin Deana ketahui tujuan aslinya. Ia ingin mencari tahu dan mengirimkan utusan untuk memantau sang nenek, akan tetapi ia memilih membiarkannya dan menunggu apa kira-kira hadiah yang akan dibawa pulang sang nenek.

Nikk dan Cleon berpisah. Mereka masuk ke dalam ruangan mereka masing-masing. Nikk diikuti seorang omega yang sangat cantik di belakangnya. Omega ini memang sudah sejak lama bertugas untuk mengurus keperluan pribadi Nikk, jadi Nikk teramat mempercayainya. Kini mereka memasuki ruang pribadi Nikk. Nikk yang sudah paham akan rutinitas itu akhirnya langsung menaiki kasur dan duduk bersandar di atasnya. Ia lantas menatap omega itu dan tersenyum kecil.

"Ayo! Kau sudah biasa melakukannya, 'kan? Tak perlu sungkan lagi."

Dengan langkah pasti, omega itu mendekat dan merangkak ke atas tubuh Nikk. Ia menaikkan tangannya dan mengambil sebuah alat seperti borgol tangan yang terhubung dengan rantai besar yang langsung tertanam ke dalam tanah di bawah kasurnya.

"Saya akan melakukannya dengan hati-hati, tuan."

Nikk mengangguk dengan santai dan melebarkan kakinya. Jemari indah omega itu kembali menyusuri tubuh mengagumkan pemimpinnya. Sesekali kulit mereka bersentuhan di tempat yang tak seharusnya hingga membuat wajah omega itu memerah malu.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja."

"Tidak apa-apa, Lea. Ini memang sudah tugasmu, lakukan saja seperti biasa. Tak usah memusingkan hal yang tak penting. Setelah aku bersanding dengan Luna, kau tak perlu lagi mengurusiku. Aku akan membebaskanmu dan menempatkanmu di tempat yang kau mau."

Kening omega itu mengernyit. Ia sedikit tak bisa menerima kalau Alpha yang sangat ia kagumi akan segera menandai yang lain. Tak ada yang tahu apa isi hatinya. Lea hanya gadis lugu yang setia mengabdikan dirinya untuk klan dan untuk Alphanya. Loyalitasnya tak perlu diragukan lagi. Namun, sifatnya yang terlalu patuh dikhawatirkan akan menjadi senjata untuk klannya sendiri.

"Kau memikirkan apa, Lea?"

"Oh, tidak ada, tuan. Saya hanya takut tuan akan membuang saya setelah bersama dengan Luna. Saya sudah terbiasa melayani tuan dan saya menyukainya."

Nikk tersenyum. Lea memang sudah bersamanya cukup lama. Sejak usia belasan, Lea sudah ditinggal mati ayahnya yang mana menjadi salah satu korban dari penyerangan Dentes waktu itu. Ia akhirnya meminta seorang pelayan khusus yang mana ia sendiri yang menunjuk langsung orangnya. Dari situ Nikk menganggap Lea sebagai adiknya.

Perbincangan ringan yang Nikk mulai ternyata membuat Lea khawatir. Bagaimanapun ia jadi tak enak hati mendengar keluh kesahnya. Lea bukanlah anak yang suka mengeluh atau mudah mengkhawatirkan sesuatu. Akan tetapi kali ini ia dengan jelas menunjukkannya.

Nikk mengatakan pada Lea untuk tak perlu mengkhawatirkan masalah itu. Ia juga menginstruksikan Lea untuk mendekat padanya. Dengan cepat, ia menyatukan dahinya dengan Lea. Mencoba berbagi ketenangan di sana. Itu adalah cara Nikk untuk menenangkan Lea apabila omega itu sedang tak nyaman. Deru napas keduanya terdengan seirama dan suasana hening sesaat.

"Kalau kau mau, kau bisa tetap melayani kami nanti. Aku tak akan memaksa apalagi membuangmu. Kau sudah seperti adik kecilku."

"Sungguh tuan?"

Bola mata Lea berpendar indah. Ia begitu senang mendengar Nikk berucap begitu. Dengan ini, ia tak akan jauh dari Nikk dan bisa selalu melayaninya kapan saja. Tentu ia harus melayani Luna juga nantinya kalau Nikk sudah berhasil menandainya karena itu adalah salah satu perintah tak langsung yang harus ia patuhi.

"Aku tak pernah melanggar ucapanku, Lea. Selama niatmu baik dan tak ada niat terselubung, aku akan selalu memenuhi keinginanmu."

"Terima kasih tuan. Apakah Luna begitu cantik?"

"Melebihi yang kubayangkan. Kau pasti kelak akan bertemu dan turut menyukainya."

Dahi Lea mengernyit. Tangannya masih sibuk mengunci borgol kaki Nikk sambil berkata, "Kenapa tuan bisa begitu yakin?"

"Kenapa ya? Mungkin karena dia adalah pasangan yang sudah ditakdirkan Dewi Selene untukku dan ia cukup ramah."

Nikk memejamkan matanya saat Lea menyibak rambut belakangnya yang sudah panjang. Lea melakukan itu agar saat memborgol leher Nikk nanti, tak ada satu pun helai rambut yang terjepit dan membuat Nikk kesakitan nantinya.

"Tuan, apa yang kau rasakan saat purnama tiba?"

"Perubahan. Aku merasa diriku sedang dikendalikan sesuatu yang besar. Apa badanku terlihat mengerikan saat purnama mengubahku? Dan sebesar apa aku ini? Kau pernah melihat perubahanku?"

Lea mencoba mengingat namun hanya samar-samar bayangan saja yang ia mampu ingat. Seperti apa kira-kita tuannya itu sewaktu ia melihatnya dulu?

"Lea?"

"Oh! Maaf tuan, saya tak begitu jelas mengingatnya. Dulu sekali pernah, tapi saya hanya melihat tubuh tuan yang memang lebih besar. Kalau rupa saya tak tahu."

"Begitu ya.... Ya sudah lupakan saja pertanyaanku tadi. Lebih baik kau segera selesaikan dan cepat pergi dari sini. Bermainlah bersama anak-anak dan berbincanglah dengan omega yang lain. Kau harus bersosialisasi agar tak kesepian di sini."

"Baiklah tuan. Saya harap tuan tidak banyak bergerak saat berubah dan saya juga berharap agar saat purnama berlangsung tidak ada kejadian yang buruk."