webnovel

Bab 4 Ucapan Maaf

Esok pagi nya aku mengawali hari dengan hari sedih dan kesakitan dibagikan kaki ku. Aku berjalan agak pincang, namun aku tetep berusaha untuk Sampai dikelas dengan cepat. Tanpa kusadari ada seorang yang memperhatikanku yang sedang susah payah untuk berjalan. Ia menatap ku dengan rasa kasihan di matanya. Namun aku membalasnya dengan tatapan malas, marah dan dendam di mataku. Aku tetap berjalan.

Hingga akhirnya aku sampai di kelasku.

Teman tamanku melihat dengan tatapan prihatin di matanya.

"kamu kenapa put, kenapa jalanmu pincang??"tanya teman teman ku dengan serempak.

"aku nggak apa apa kok"kataku menjawab pertanyaan semua temanku.

Setelah menjawab pertanyaan itu aku pun duduk di bangku ku.

"udah selesai semua nya kan, bentar lagi ibuk Rahmawati datang nih" ujar seseorang dari luar kelas. Ternyata seseorang itu adalah

'Rahmad'

Aku tidak terlalu menghiraukan apa yang diucapkan oleh Rahmad, aku tetap melanjutkan aktivitas ku.

"selamat pagi anak" ujar ibu Rahmawati saat masuk kelas.

"selamat pagi buk" jawab kami kompak.

"happy birthday buk, semoga panjang umur, sehat selalu dan dimudahkan rezekinya ya buk" kata kami satu kelas saat kepada ibu Rahmawati.

"makasih ya anak-anak" jawab ibu Rahmaini hingga menetaskan air matanya,karena terharu.

Kali ini adalah saatnya aku untuk membawa kue kehadapan ibu Rahmawati.

Aku membawa kue dengan hati hati, karena takut ku itu akan jatuh. Setelah meletakkan kue,aku kembali ke belakang. Aku tersenyum lepas, sembari duduk di kursi ku.

Semantara itu teman teman ku berbondong bondong maju ke depan ke arah meja ibuk Rahmawati, untuk melihat proses pemotongan kue.

Karena teman teman ku udah pada berbondong bondong ke depan aku pun juga ikut ke depan. Saat aku hendak pergi ke depan jalan ku di halangi oleh seseorang yang, saat aku hendak jalan di bagian kiri ia pun juga jalan di bagian kiri. Setiap langkahku di halangi oleh seseorang, hingga membuat aku marah.

"ih, apa mau mu, kok kamu halangi jalan ku" kata ku geram dan emosi terhadap orang tersebut.

saat aku melihat orang yang menghalangi langkahku ternyata, ia merupakan orang yang tak asing bagi ku.

'Rahmad'

"aku mau ngomong sebentar dengan mu sambil, meminta maaf soal yang kemarin" kata Rahmad dengan nada rendah.

"aku sibuk, lagian aku lagi nggak mood mau ngomong sama kamu"kataku sembari memalingkan pandangan ku.

Setelah menjawab pertanyaan dari Rahmad tadi aku pergi ke depan.

Tiba tiba.....

Tangan ku di pegang, dan langkah ku terhenti. Rahmad menarik tangan ku, dengan kuat sehingga aku meringis kesakitan.

"ow, sakit tau, kamu jangan kasar dong"kataku kesakitan.

"aku akan mendengar kan apa yang akan kamu jelaskan" sambung ku.

Tanpa pikir panjang Rahmad melepaskan tanganku yang di genggaman nya.

"maafkan aku soal kemarin. Aku benar benar nggak tau kalo dia akan datang. Maukah kamu memaafkan kan ku."kata Rahmad dengan nada sendu.

"aku juga salah, aku yang terlalu dekat dengan mu, karena itu pacarmu marah padaku. Kesalahanmu udah aku maafkan. Kamu juga harus memaafkan ku" jawabku.

Rahmad menjulurkan tangannya ke aku sebagai tanda maaf. Aku juga menjulurkan tanganku. Kami pun saling maaf memaafkan.

Setelah saling maaf memaafkan, aku menunggu ke depan dengan senyuman bahagia ku.

Aku menemukan kue bersama ibuk Rahmawati dan teman temanku. Terpancar wajah lega di hadapanku.

Setelah proses makan makan kami pun melanjutkan pelajaran. Kami melanjutkan pelajaran dengan serius, tak ada keributan yang terdengar. Keributan pecah saat Rahmad menghina dan membully ku. Karena tak tahan dengan hinaan yang di hujat kan oleh Rahmad, aku mengejar Rahmad sepanjang kelas, untung saja ibu Rahmawati sedang ke luar kelas.

Kemudian aku duduk karena aku telah lelah berlarian sepanjang kelas. Namun sayangnya, Rahmad selalu mencari keributan dengan ku.

Aku hanya geram, menahan emosi melawan Rahmad.

'Jam ibuk Rahmawati pun habis'

Aku duduk menunggu guru mapel selanjutnya masuk ke kelas.

Rahmad tetap menghina ku. Sampai sampai ia mengambil penghapus papan tulis putih dan melapkan ke muka ku, outo aku kejar dia sambil mabawa penghapus papan tulis yang lainnya. Kami saling berlarian. Mulai dari kelas sampai ke halaman sekolah.

Aku mengejar semampu ku dan sebisaku. Pada akhirnya aku bisa menangkap Rahmad, aku membalas kan dendamku dan menggosok kan penghapus papan tulis itu ke wajahnya. Sehingga wajah Rahmad yang agak putih itu berubah menjadi hitam putih.

Tawaku pecah saat melihat wajah Rahmad, tapi berbeda dengan wajah Rahmad yang tampak kesal melihat ku.

Setelah itu aku duduk di depan meja habib, aku ngobrol akrab dengan habib layaknya seorang sahabat yang telah kenal lama.

Saat tengah asik ngobrol tiba tiba Rahmad datang untuk menggangu obloran kami.

Marah??, itu pasti. Itulah yang saat itu aku rasakan.

"guru datang!!!....guru datang !!..." ujar salah satu teman ku, kami pun berlarian duduk di bangku masing masing.

"Halo anak-anak bapak akan melanjutkan pelajaran Minggu kemarin, sebelum itu bapak mau memberi kamu tugas. Tugas itu berupa 'carilah alat transportasi dari dulu sampai sekarang' dikumpulkan 2 hari dari lagi" ujar bapak mapel Ips.

Aku tidak tau akan titip dengan siapa, lagian aku juga takut teman yang akan pergi ke warnet nggak mau melebihkan untuk aku.

Setelah berpikir panjang. Temanku bernama Tasya memberikan solusi bagi ku.

"putri, kamu udah tau mau pergi ke warnet sama siapa??, atau bagaimana kalo kita pergi bareng yuk!!. Kita pergi dengan Habib" kata tasya ke padaku.

Setelah habis sekolah aku pun pergi ke warnet untuk mencari tugas, aku pergi bersama Tasya. Aku mencari tugas dengan 4 orang, terdiri dari saya, Tasya, Habib dan temannya.

Tugas yang kami cari hampir selesai, aku merasa gelisah karena takut ibuku ragu. Kemudian aku meminjam hp Habib untuk menelfon ibu ku.

"bib, pinjam hp bentar. Untuk nelpon ibukku" kataku memelas.

"pinjamlah, pake SIM 1 ya"jawab habib dengan lembut.

Aku pun menelepon ibuku, setelah itu kami pun pulang ke rumah masing-masing.

"makasih ya bib, udah minjami hp dan bantu cari tugas ku" kata ku

"sama sama, biasa aja kali"jawabku.

Sejak kejadian itu aku pun,makin akrab dengan Habib. Kami bagaikan sahabat yang telah kenal begitu lama. Hingga banyak yang mengira kalo kami ini berpacaran.

Tapi itu semua..

'SALAH'