Sepeninggal Zen, Maria berada di balkon sendirian seraya menatap langit. Untuk sesaat pandangannya kosong sampai sebuah panggilan dia dapatkan.
Maria melirik sebentar pada layar ponselnya dan ketika matanya melihat nama "suami pengkhianat" senyuman smirk muncul begitu saja. Entah kenapa rasa marah menyelimuti dirinya lagi.
Wanita itu berdeham sebentar lalu menerima telepon itu. "Halo,"
"Halo Lizzy, ini aku Taffy."
"Oh Taffy, kenapa kau meneleponku?"
"Tidak hanya saja perasaanku tak enak."
"Perasaan tak enak? Bukankah kalau kau harusnya menelepon istrimu bukan aku,"
"Yah aku juga tidak tahu tiba-tiba saja aku memikirkanmu. Aku jadi gelisah. Kau tak apa-apa, kan?"
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja."
"Kalau begitu maaf mengganggu. Aku tutup teleponnya."
"Baik." Tanpa menunggu putusnya sambungan, Maria memilih untuk memutuskan teleponnya.
"Cih, sok peduli. Dasar pria buaya darat!"
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com