webnovel

Salah Paham

Sejak dua jam yang lalu, Naomi hanya bisa membulak balikan tubuhnya diatas kasur. Ia gelisah saat memikirkan tindakan Kubo siang tadi. Didalam pikirannya terlintas banyak hal termasuk perasaannya sendiri pada Kubo. Bahkan sampai saat ini ia sendiri masih tak bisa menjelaskan bagaiamana perasaanya pada Kubo. 

Saat ia sendiri meyakinkan dirinya bahwa ia tidak menyukai Kubo, ia hanya bisa terdiam. Seperti ada hal yang tak bisa ia terima dari hal tersebut, Namun ia bahkan sama sekali tak berani untuk membuka kesempatan pada dirinya sendiri untuk berpikir bahwa ia menyukai Kubo.

Matanya menatap ke langit langit kamar, ruangan kamarnya lebih sempit. Namun, ia telah banyak berubah, Ia kini tak lagi takut ada diruangan yang gelap ataupun sempit tak ada udara. Entah sejak kapan semua ketakutan itu menghilang. Rasanya nyaman, karena ia tau bahwa Kubo akan mencarinya jika ia tak bisa ditemukan, dan Kubo akan menolongnya dimanapun Naomi berada. 

Pikirannya terus teralihkan pada kubo, sebelum ia menyadari bahwa ia telah melupakan Rio. Sudah dua hari bahkan Naomi sama sekali tak menghubungi laki laki itu, bahkan tak ada satu pesanpun yang masuk kedalam ponsel Naomi dari Rio. Perempuan itu memindai ponselnya, mencari cari nama Rio untuk dihubungi.

Nada panggilan terus berbunyi tanpa diangkat sampai akhirnya terputus sendiri, untuk kedua kalinya ia mencoba memanggil kembali nomor Rio. Terdengar nada panjang sebelum akhirnya panggilannya tersambung. 

"Halo" Jawab seorang perempuan saat panggilannya tersambung. 

Alis Naomi terangkat saat mendengar seorang perempuan menjawab telpon Rio, tidak biasanya Rio meninggalkan ponselnya ketika berada diluar. Samar samar terdengar suara bel pintu hotel berbunyi diujung telpon. Lalu teriakan Rio meminta seorang diluar kamar untuk meninggalkan makanannya didepan pintu.

"Rio sedang dikamar mandi..." 

Naomi dengan cepat mematikan panggilannya, dadanya berdegup kencang. Pikirannya dipenuhi dengan pikiran pikiran buruk soal Rio. Ia terus menebak nebak soal keberadaan Rio. Soal perempuan yang baru saja mengangkat panggilannya.

"Jika itu seorang teman, kenapa dia berani mengangkat panggilan yang masuk ke ponsel Rio?" Pikir Naomi. 

Ia ingin berpikir positif soal Rio, tapi semua yang baru saja ia dengar menghancurkan seluruh pikiran positifnya. 

Drrrrrrrrtttttttttt ! Drrrrrrrrrtttttttttttt !

Ponselnya bergetar beberapa kali, ditemukannya nama Rio disana. Memanggil.

***** 

Drrrrrrrrtttttttttt !

Naya terus memandangi ponsel Rio yang terus bergetar sejak tadi. Tidak seperti biasanya Rio meninggalkan ponselnya diatas meja. Mereka memang ada disatu kamar hotel yang sama karena beberapa hotel sudah penuh dan tak mungkin mencari hotel lain. Sudah sepuluh menit Rio berada dikamar mandi setelah kecanggungan yang terjadi didepan kamar hotel. Mereka saling diam tak berbicara saat masuk kedalam kamar hotel. Rio pun tak berkomentar apapun. 

Perempuan itu memberanikan diri untuk meraih ponsel Rio diatas meja, ia menggeser layar dan mencoba mengangkat panggilan yang masuk kedalam ponsel RIo dengan ragu.

"Halo" Ucapnya.

Tak ada suara disana, sampai akhirnya Naya terkejut karena pintu bel kamar yang berbunyi.

"Tinggalin aja makanannya didepan kamar mas, tagihannya tolong masukkan ke bill akhir saja" Teriak Rio.

Samar samar terdengar suara shower kamar mandi yang dimatikan, membuat tubuh Naya dingin seketika. 

"Rio sedang dikamar mandi...." Ucap Naya pelan sebelum akhirnya panggilan itu dimatikan.

Naya tau, panggilan itu berasal dari Naomi. Rio tak mungkin memberikan nama panggilan spesial di kontaknya kecuali untuk Naomi. Ia menghela nafas dalam, kemudian menyimpan kembali ponsel Rio ditempat yang sama.

"Naomi tadi telpon, aku coba ngomong dan bilang kalau kamu lagi dikamar mandi. Sorry, ga sengaja" Bohong Naya saat Rio keluar dari kamar mandi. 

Rio terkejut dengan ucapan Naya, ia kemudian mengambil ponselnya dan keluar dari kamar hotel dengan rambut yang masih basah. 

Dalam pikirannya Naya terselip sebuah harapan, sebuah harapan bahwa mungkin Naomi akan marah. Atau sebuah harapan atas ucapan Kubo, soal semua hubungan yang bisa teprutus. Biar, kali ini Naya telah bertekad. Bahwa ia tidak lagi ingin mengalah, dan menginginkan dirinya menjadi egois. 

***** 

"Halo, Nao" Ucap Rio pelan saat panggilannya tersambung. 

"Kamu dimana?" Tanya Naomi tegas.

"Dihotel Nao, aku lagi di Jogja" Jawab Rio.

"Jogja?" Tanya Naomi memastikan. 

"Iya, aku ketemu Inu, Terus pengen liburan ke Jogja" 

"Sama siapa?" Tanya Naomi mencerca.

"Sama temen kantor Nao" Ucap Rio ragu.

"Perempuan?" Tanya Naomi Lagi.

"...Cowo" Rio berbohong.

Naomi hanya diam setelah mendengar ucapan Rio, diujung sana ada segaris senyuman getir saat menyadari bahwa Rio sedang berbohong. 

"Yaudah, have fun ya" Ucap Naomi pelan. 

Perempuan itu mematikan telponnya tanpa memberi Rio kesempatan untuk menjawab. Rio mengutuki dirinya sendiri karena telah berbohong. Ia menendang beberapa batu kearah air mancur depan hotel. 

Pikirannya kacau, karena ia tau bahwa Naomi pasti tau bahwa ia telah berbohong. Ia sendiri merasa bingung, karena tak mungkin memberitahu bahwa ia pergi bersama Naya. Bahkan kenyataan bahwa mereka ada dikamar hotel yang sama. Rio juga tidak tau, bagaimana ia harus menjelaskan tindakan Naya beberapa waktu yang lalu. 

Baginya, lebih baik Naomi berteriak kepadanya daripada harus diam seperti ini. Lebih baik Naomi memarahinya, atau mencercanya dan membiarkannya menunduk merasa bersalah. 

"Kenapa kamu bohong?" Tanya Naomi diujung telpon.

Tak butuh waktu lama bagi Naomi untuk menelpon kembali Rio, ia tidak ingin malam nya harus dipenuhi dengan rasa penasaran dan prasangkan prasangka buruk tentang Rio. 

"Maaf Nao" gumam Rio.

"Siapa perempuan tadi?" Tanya Naomi lagi.

Rio hanya diam tak menjawab.

"Ri, kamu selingkuh?" Tanya Naomi tegas.

"Engga Nao, sumpah engga" Jawab Rio dengan cepat.

"Terus siapa? siapa perempuan tadi? Kenapa kamu ada dihotel sama dia? Aku tau itu bukan suara Inu. Kamu gabisa bohong sama aku" Cerca Naomi.

"Naya" Jawab Rio singkat.

"Naya?" Tanya Naomi memastikan. 

"Iya Naya, aku ke Jogja sama dia. Dia mau ikut jalan jalan sama aku. Terus kita tidur dikamar yang sama karena udah ga ada hotel kosong disekitaran sini. Tapi sumpah Nao, aku nggak selingkuh" Cerita Rio.

"Bisa bisanya kamu begini sama aku Ri, kamu pergi jalan sama Naya. Orang yang aku kenal" Kali ini nada Suara Naomi meninggi saat mendengar pernyataan Rio.

"Ri, kita pernah tidur bareng dan bukan berarti kamu gabisa ngelakuin itu sama perempuan lain" Ucap Naomi.

Ucapan Naomi terasa sangat tidak terduga bagi Rio, ia tidak menyangka bahwa Naomi akan mengatakan hal ini tentangnya. Terselip rasa kecewa didalam hatinya, kecil namun amat dalam.

"Nao, kita pernah tidur bareng. Tapi bukan berarti aku bisa tidur sama semua perempuan" Tegas Rio.

"Tapi kamu satu kamar hotel sama dia Ri, bisa aja kan" 

"Bisa aja? Terus apa yang kamu lakuin sama Kubo juga bisa aja kan?" Ucap Rio membalikkan keadaannya.

"Kamu yang pergi berdua sama Kubo, keluar kota, bahkan keluar negeri. Juga bisa aja kan? Bahkan akhir akhir ini kamupun juga lebih sibuk sama Kubo ketimbang nanyain kabar aku. Iyakan nao?" 

"Maksud kamu apa Ri?" Tanya Naomi keheranan.

"Ya semua yang kamu bilang bisa ajakan juga bisa terjadi antara kamu dan Kubo" 

Naomi diam bergeming, tak ada suara lain selain suara helaan nafas yang berat.

 

"Aku ga semurahan itu Ri, mungkin aku murahan, Tapi aku Cuma begini sama kamu, karena aku cinta sama kamu" Tegas Naomi.

Perempuan itu mematikan telpon, beberapa kali Rio mencoba menghubungi Naomi kembali namun ponselnya menjadi tak aktif. 

"Siallll !!!" Teriak Rio marah.