webnovel

Perpisahan

"Jangan diliatin terus" Tegur Iksan saat pria itu mendapati Naya sedang menatapi Rio yang sedang memotret Naomi. 

Naya tersenyum tipis.

"Mereka, berdua. Kenapa dekat sekali?" Tanya Naya penasaran.

"ha ha ha ha" Gelak Tawa Iksan yang sungguh tak disukai Naya.

"Kak, serius ah!"

Sembari menunjuk Rio, Iksan tertawa sekali lagi. 

"Lo tertarik sama Rio ya?" Tanya Iksan.

Naya cemberut, "Guekan udah lama Ka kenal dia, walaupun Cuma lewat telpon. Setelah ketemu, eh ternyata ganteng juga. Tipe gue lah" Jelasnya secara paksa.

Iksan menyalakan rokok dan menyesapnya, "Masih lebih lama cewek itu" Ucapnya menunjuk Naomi. 

"Maksudnya?" 

"Iya, masih lebih lama Naomi daripada lo. Mereka udah pacaran dari jaman SMA" Jelas Iksan.

Naya menyesal mendengar ucapan Iksan. Seharusnya ia tak perlu bertanya.

"Mungkin ini lebih kaya omong kosong, tapi hubungan mereka bukan hubungan yang biasa Nay. Mereka lebih dari sekedar saling jatuh cinta. Mereka, sudah memutuskan untuk hidup Bersama. Hidup Bersama, atau tidak hidup dengan siapapun" Jelas Iksan. 

"Sedalam itu?" Tanya Naya tak jera.

Iksan mengangguk, "Satu tahun lalu, Naomi kecelakaan setelah Rio melamar. Perempuan itu koma, dan baru sadar sekitar satu bulan lalu. Tau yang terjadi selama Naomi koma?"

Naya menggelengkan kepalanya.

"Rio tidak hancur, ia yakin Naomi akan Kembali sadar. Rio berusaha menjadi versi terbaik dari dirinya saat memperjuangkan Naomi agar tetap bisa dirawat. Ia berhenti kerja, gabung dengan Perusahaan gue supaya bisa dapet gaji lebih besar, setiap hari dia ke rumah sakit Cuma buat nyapa Naomi. Lo pikir itu cinta? Bukan Nay, itu dedikasi" Cerita Iksan.

Naya menghela nafasnya, "Tapi, semua hubungan pasti bisa terpisah kan ka? Gue pikir, Naomi mungkin ga se-spesial itu. Faktanya, dia ga sehancur itu saat hampir kehilangan Naomi"

Iksan menggeleng, "Justru karena saat itu dia tidak kehilangan Naomi, dia percaya masih ada harapan. Kalau saja waktu itu Naomi tidak bisa diselamatkan, kita mungkin ga akan pernah bisa lihat Rio berdiri disana. Mungkin Rio, akan menjadi versi terburuknya jika Naomi ga pernah bertahan"

Naya mengangguk, ia mengerti.

"Ahhh, aku patah hati. Tapi kurasa, aku harus menghargai hubungan mereka" Ucap Naya.

Perempuan itu berlari kearah Rio dan Naomi, ia menawarkan dirinya untuk mengambil beberapa foto dari ponsel Rio. Sembari tertawa Bersama. 

***** 

Sudah dua minggu mereka ada di Jakarta. Pekerjaan mereka selesai tepat waktu, dan malam ini adalah pesta terakhir sebelum esok semua orang Kembali. Mereka mengadakan pesta kecil disebuah restoran dekat hotel.

Sedari tadi, Kubo memperhatikan Naomi. Beberapa kali ia berusaha mencari waktu agar bisa berbicara dengan Naomi, namun ia tak bisa karena semua orang memperhatikannya. Ia ingin bicara pada Naomi sebentar saja, untuk terakhir kalinya. Jam demi jam berlalu, beberapa orang sudah pulang. Takai Sudah Kembali ke hotel karena perlu berkemas.

Iksan masih menikmati minumannya, sedangkan Naya sudah tak sadarkan diri karena mabuk. Rio dan Naomi memutuskan untuk tidak minum.

"Ri, bisa anter gue sama Naya untuk balik ke hotel ga?" Bisik Iksan.

"Naomi, mungkin bisa sebentar tunggu disini dulu. Kasian Kubo kalau harus sendirian disini" lanjutnya.

Meski sedikit berat, Rio menurut. Ia membantu mengangkat Naya kelaur dari restoran dengan Iksan. Dan kini hanya tersisa Naomi dan Kubo didalam restoran itu.

Dengan canggung, Kubo memulai untuk bicara.

"Sebenarnya, akhir akhir ini aku jadi sering bermimpi Panjang" Kubo mulai bicara.

Naomi menatap Kubo dengan heran, "Pasti dia sudah mulai mabuk" Pikir Naomi.

"Didalam mimpiku, kita bertemu lebih awal. Kamu jadi sekretarisku, dan kita punya hubungan lebih baik daripada hanya sekedar orang asing seperti ini" Lanjutnya.

"Maaf aku bicara tidak sopan"

Naomi tersenyum dan mengangguk. 

"Tapi kurasa, itu hanya mimpi. Itu mengangguku, jadi aku berpikir untuk mengatakannya saja. Meski terdengar aneh" lanjut Kubo.

Naomi hanya diam mendengarkan. 

"Aku terlalu banyak berpikir, seharusnya aku tidak boleh begini bukan? Aku sudah bertunangan" Kali ini mata Kubo sudah berlinang. 

Naomi memberikan tisu pada Kubo, ia menyodorkan segelas air dingin pada Kubo.

"Anehnya aku juga bermimpi hal yang sama, dan bodohnya aku juga berharap kamu akan mengenalku saat kita pertama kali bertemu. Itulah alasanku bisa langsung mengenalimu saat itu" Ucap Naomi.

"Jangan salah paham, meski membingungkan. Bukankah kita sudah memiliki hidup yang berbeda selama ini?" Lanjut Naomi.

"Kita mungkin punya kenangan di masa lalu, tapi bukankan kita harus terus melanjutkan hidup? Membuat kenangan baru yang lebih indah" Naomi mencoba menghindari kesalah pahaman. 

"Aku senang kita bertemu Kembali, tapi mungkin pertemuan kita hanya akan jadi salah satu kenangan yang cukup kita kenang sesekali" 

Kubo mengangguk, "Terima kasih sudah menyelamatkanku waktu itu" Lirih Kubo.

"Sama sama, jika itu bukan kamu. Aku tetap akan melakukan hal yang sama" Lanjut Naomi. 

"Mari kita berpisah" Ucap Naomi didalam hati.

Setelah mengucapkan itu, Naomi berdiri. Ia melihat Rio melambaikan tangannya dari dalam mobil. Dengan cepat, Naomi mengajak Kubo untuk Kembali ke hotel. Malam itu, Naomi telah berpisah dengan Kubo. Kubo juga telah berpisah dengan kenangannya selama ini. Pencariannya telah berakhir, kini Kubo bisa Kembali dengan tenang ke Jepang. 

***** 

"Sayang sekali tidak bisa pergi ke Bali" Keluh Takai saat mereka semua sedang di Bandara.

Kubo dan Takai Kembali pagi ini dan mengambil penerbangan langsung ke Tokyo. Mereka semua mengantar Kubo dan Takai sebelum Kembali ke Bandung. 

"Lain kali, kita akan Kembali kesini untuk berlibur" Ucap Kubo.

Iksan mengangguk angguk, "Semoga projek kali ini berhasil besar, senang bisa bekerjasama dengan anda" Lanjut Iksan mengulurkan tangannya dan disambut hangat.

"Kami akan mengadakan pernikahan, datanglah. Aku akan membayar semua biaya perjalanan kalian. Bukankan bagus jika bisa mengunjungi Jepang?" Tawar Takai.

"Wah, saya akan sangat menyukainya. Saya akan datang, kabari saja tanggal yang pasti. Kami akan mengatur jadwal kami" Ucap Iksan sumringah. Dia benar benar menyebalkan. 

Naya dan Iksan menggunakan pesawat untuk Kembali ke Bandung agar lebih cepat tiba, mereka semua berpisah di bandara. Naya akan Kembali minggu depan, ia mengambil cuti sementara sebelum Kembali lagi ke Jepang. 

Rio dan Naomi terpaksa harus mengendarai mobil untuk Kembali ke Bandung. Mereka bernyanyi sepanjang jalan, Naomi membuka kaca mobil agar angin dingin bisa masuk kedalam mobil. Sesekali ia memakan cemilan untuk menikmati perjalanan Panjang menuju Bandung.

"Nao, tolong ambilin sesuatu di tasku dong" Ucap Rio meminta tolong.

Naomi segera meraih tas Rio dari kursi belakang, "Mau ambil apa?" Tanya Naomi.

"Itu, disitu. Ada kotak warna putih" Ucap Rio.

Naomi mencari cari, ditemukannya sebuah kotak didalam tas Rio. Ia mengenali kotak itu, kontak cincin yang dulu pernah Rio berikan. Didalamnya ada sebuah cincin yang sama. 

"Wah, ini lamaran kedua?" Tanya Naomi.

Rio tersenyum lebar, ia meminggirkan mobilnya lalu menatap Naomi.

"Nao, kamu mau kan nikah sama aku?" Tanya Rio langsung.

Naomi tersenyum lebar, ia mengangguk. "Lamarannya ga romantic" Gerutunya.

Perjalanan hari itu membahagiakan bagi Naomi dan Rio. Perempuan itu membiarkan tangannya sedikit keluar dari jendela, membiarkan tangannya merasakan hembusan angin yang kencang. Ia Bahagia.

"Meski mimpi itu tak Kembali lagi, aku tetap akan mengingatnya. Bahwa kita pernah dekat, bahwa kita pernah Bersama. Semoga kamu Bahagia, semoga aku juga Bahagia" Gumam Naomi dalam hati.