webnovel

Perpisahan yang Indah

Perpisahan bagi dua orang yang menjalani hubungan jarak jauh hanya soal waktu. Bagaimana dua orang dapat menembus waktu dalam jarak yang terbentang jauh. Bagaimana sulitnya terus memupuk kepercayaan yang besar setiap detiknya, terus menerus sampai jarak tak lagi tersisa. Dimana hanya menunggu waktu terus berlalu agar segera bisa bersama.

"Kamusih, ginikan jadinya" Gerutu Naomi.

Waktu menunjukan jam lima pagi saat Naomi dan Rio berlari mengejar kereta yang belum berhenti sepenuhnya demi mendapatkan tempat duduk. Begitulah penderitaan penikmat kereta ekonomi saat harus berebut kursi yang terbatas dihari senin pagi. Begitu rapat dan penuh. Rio mencoba untuk melindungi naomi dengan memeluknya dari belakang dan mendekap tas yang Naomi bawa didadanya.

"Yeee, nyalahin aku. Kamu sendiri yang bilang jam lima pagi" Sanggah Rio.

"Ya jam lima, tapikan datangnya harus jam lima kurang. Ga kebagian kursi kan" Naomi terus menggerutu.

"Gapapa, kan biar bisa peluk kamu" Bisik Rio.

Naomi menaikkan alisnya saat Rio mengencangkan pelukannya, "Awwwwww" Teriak Rio saat Naomi mencoba mencubit perutnya.

Mereka berdiri sepanjang jalan sampai tujuan selama tiga jam, Jakarta Kota dihari senin. Padat, dan memuakkan. Sesekali Naomi mengunyah roti yang ia beli di stasiun saat menunggu Rio datang. Dan dengan sangat baik hati, Naomi enggan membaginya dengan Rio.

"Nao, bagi dong. Lapar nih" Keluh Rio.

"Ga ah, orang aku belinya juga cuma dua" Jawab Naomi.

"Bisa kali satu dikasih aku, aku kan jagain kamu disini"

"Idih aku ga perlu dijagain juga. Itukan kamu aja yang modus mau peluk peluk aku. Ngambil kesempatan dalam kesempitan" Ucap Naomi.

Rio hanya bisa memanyunkan bibirnya saat melihat Naomi menyantap roti, beberapa kali ia memintanya namun Naomi tetap enggan memberinya hingga roti terakhir.

Setibanya ditujuan, Rio langsung berlari ketempat ia bisa menemukan makanan. Dengan cepat ia memesan dua porsi makanan dan membawanya ke meja tempat Naomi menunggu.

"Ih pengertian banget sampe pesen dua" Ucap Naomi.

Dengan lembut, Rio menarik nampan berisi makanan menjauh dari Naomi. Ditariknya sampai mendekat kearah Rio . Ia kemudian melayangkan senyuman sinis, tangannya menjaga makanan dengan sangat hati hati agar tidak direbut Naomi.

"Siapa bilang buat kamu, aku beli dua buat aku sendiri kok" Jelas Rio sembari mulai menyantap makananya.

"Emang ga kenyang makan dua porsi?" Tanya Naomi penasaran.

"Kenyang dong" jawab Rio.

"Pasti nanti kekenyangan kalau makan dua, kapasitas perut kamu kan ga sebesar itu" Ledek Naomi.

Rio hanya mengunyah makanannya menghiraukan Naomi, sedangkan Naomi dengan percaya diri memangku tangannya diatas meja menatapi Rio yang sedang makan. Tak lama setelah Rio menghabiskan satu porsi makanan, disodorkannya nampan yang sedari tadi ia jaga dengan sangat hati hati.

"Kenyang ah" ucapnya.

Naomi tertawa geli melihat tingkah laku Rio, ia sudah tau itu akan terjadi.

Setelah menghabiskan sarapannya, Naomi dan Rio bergegas pergi. Mereka berhenti disebuah taman bermain di Jakarta.

"Dufan?" tanya Rio keheranan.

"Iya, aku pengen ke Pantai, sama maen seharian sama kamu. Mau foto yang banyak" Teriak Naomi saat dipintu masuk.

Suasana Dufan saat itu sepi pengunjung, selain karena hari senin ini bukanlah waktu yang tepat untuk berlibur. Disaat semua orang sibuk bekerja, atau sekolah. Mereka ada disana. Terdampar, atas kemauan Naomi.

Naomi berlari menggenggam tangan Rio saat baru masuk dari pintu masuk, matanya menjelajah memindai wahan wahanaa yang baru saja diluncurkam beberapa bulan lalu.

"Mau ini, mau itu"

"Mau naik itu"

"Abis ini , yang itu"

"Abis itu, yang disana"

Naomi terus terusan memindai, membuat daftar wahana yang harus dia nikmati hari ini.

"Satu satu Nao, ini aja kita belum kesana" Keluh Rio.

"Abis ini, kita kesana ya" Naomi menghiraukan ucapan Rio.

Semangat Naomi tidak patah, perempuan itu seperti sedang kerasukan. Kalau biasanya ia menggerutu jika terkena sinar matahari, kali ini ia menembus semua sinar matahari. Semangatnya berkobar lebih besar daripada panas matahari.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" Teriak Naomi saat menaiki wahana menakutkan.

"Hahahahahhahahahahaha udah udah udah" Tawa Naomi saat menaiki wahana yang menegangkan.

"Itu apa, kenapa ada disitu, itu darimana, dimana mereka beli itu, aku mau beli" Cerewet Naomi saat menjelajah.

Begitu Naomi, dengan seribu caranya yang selalu membuat Rio tak bisa berpaling, bahkan hanya Naomi yang dia lihat saat ada dikeramaian. Baginya Naomi seperti punya seribu wajah, seribu cara agar kemanapun ia pergi, ia akan selalu ingat Naomi. Naomi bisa menjadi apapun, gadis manja, dewasa, egois ceria, muram, Naomi adalah dirinya. Apa yang tampak diwajahnya selalu benar benar dirinya sendiri.

"Nao, ayo makan dulu" ajak Rio.

Waktu sudah sore hari saat mereka keluar dari wahana, pantai memang tempat terbaik untuk memandangi matahari terbenam. Dengan sudut pandang yang luas, nan jauh namun memesona siapapun yang melihatnya. Disana, Rio sedang memeluk Naomi sembari menunggu sang penguasa cahaya tenggelam dan tidur. Dengan erat, Naomi menggenggam tangan Rio.

"Cantik ya Ri" Gumam Naomi.

"Iya Cantik, aku suka" Ucap Rio sembari memandangi wajah Naomi tanpa disadari.

Sejak tadi Rio hanya menatap Naomi yang menatap jauh ke laut.

"Aku juga suka kamu Ri, suka banget" Ucap Naomi tanpa menolah.

"Jangan kangen sama aku ya" Tambah Naomi. "Kalau kamu bilang kangen sama aku, nanti aku pengen cepet pulang" Jelasnya.

Rio hanya mengangguk tanda setuju. Desiran angin terus menyapu lembut wajah mereka. Terdengar suara ombak bertabrakan didermaga. Ada banyak orang disana, sama sama sedang menunggu. Beberapa hanya diam, beberapa berbincang, dan mengambil foto hanya untuk sekedar mengabadikan momen ini.

"Mau foto gak ? aku fotoin" Ucap Rio menawari.

"Tau ga apa yang lebih bisa kita ingat lama selain foto ?" tanya Naomi.

"apa?"

"Apa yang kita lihat sekarang. Aku mau kamu inget ini, inget kalau kita pernah ada disini. Berdua" Ucap Naomi Lembut.

"Aku cinta kamu, kemarin, hari ini, dan semoga juga besok" Bisik Naomi lembut.

Ucapan Naomi seperti sedang menjawab seluruh kekhawatiran Rio. Seluruh ketakutannya tiba tiba berubah menjadi sebuah keyakinan yang kokoh. Keyakinan yang selalu menemaninya selama bertahun tahun, keyakinan bahwa Naomi akan selalu kembali padanya.

"I love you more" Balas Rio.

Sore itu ditutup lembut, Disana Rio tertidur dipundak Naomi sembari menggenggam tangan Naomi dikereta. Naomi bersyukur, bahwa saat ia pulang mereka bisa duduk dikereta.

Terkadang, perpisahan hanya sebuah alasan agar dua orang bisa saling terus melanjutkan hidupnya masing masing. Tanpa dibuntuti masa lalu, kekhawatiran ataupun penyesalan. Bagi orang orang yang tak bisa dipisahkan oleh jarak, perpisahan adalah cara. Meski sakit, tapi cinta akan selalu tau kemana ia akan mengarah. Dan bagi mereka yang selalu percaya, perpisahan hanya soal menunggu. Karena meski jarak terus berubah perasaan tidak akan pernah berubah.

*****

"Pak, jangan lupa besok jemput di bandara jam tiga sore. Terus langsung antar ke Apartemen ya" Ucap seorang perempuan sedang memerintah melalui telpon.

Ditutupnya telpon itu, ia kemudian mengetuk pintu ruangan dan masuk begitu mendapat perintah.

"Sudah selesai semua persiapannya?" Tanya seorang laki laki dibalik kursi.

"Sudah, hanya tinggal menunggu dia datang" Jawabnya.

"Tolong jangan kecewakan saya"

Perempuan itu mengangguk, ia kemudian merapikan semua dokumen yang ada dimeja dan mengikuti laki laki itu meninggalkan ruangannya.