webnovel

Perasaan Yang Sebenarnya

Tokkkkk Tokkkk Tokkkkkk !

Tepat jam satu malam Rio dan Naya tiba di Jogja, mereka memutuskan untuk menginap di rumah kaka Rio malam ini sebelum berpindah ke hotel besok siang. Diketuknya berkali kali pintu rumah kakaknya, namun tak ada satu orangpun yang membukakan pintu. Riuh suara ramai dari kafe kafe pinggir jalan yang tak jauh dari rumah kakaknya. Rio dan Naya akhirnya duduk dikursi sembari Rio yang tak berhenti mengetuk dan mencoba menelpon kakaknya. 

"Udah ngabarin sebelumnya mau kesini?" Tanya Naya penasaran.

Rio tersenyum, "Belum. Tapi biasanya dia nggak kemana mana kok" Tebak Rio asal.

Naya mengernyitkan dahinya melihat apa yang telah dilakukan oleh Rio, ia kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas dan menyenderkan bahunya ke kursi. Kakinya melipat dan beberapa kali digosok gosok dengan tangannya untuk menghilangkan rasa dingin. Entah apa yang merasukinya hingga berani menggunakan rok pendek saat berangkat ke Jogja. Ia pikir, ia akan langsung ke hotel dan memesan kamar. Bahkan duduk didepan rumah sederhana dan tak ada seorangpun yang membukakan pintu jauh dari dalam pikirannya. 

"Nih" Ucap Rio memberikan kemeja yang baru saja dilepasnya.

"Takut dingin" Tambahnya.

Laki laki itu kini hanya menggunakan kaos berlengan pendek, ia masih terus sibuk menghubungi kakaknya. Tak lama, sebuah mobil berhenti didepan rumah. Seorang perempuan dengan kaos kebesaran, dan celana training keluar dari mobil. Sembari menggendong seorang anak laki laki didepannya. Rio langsung beringsut berlari kearah perempuan itu. 

"Ehh Rio" Teriak perempuan itu saat melihat Rio. 

Anak laki laki itupun kini berpindah pada Rio, Naya tersenyum dan menyalami perempuan itu. 

"Temen kantor Nu" Ucap Rio sebelum Naya memperkenalkan dirinya.

"Naya" Tambah Naya.

"Maaf ya, Adli tiba tiba demam tadi. Jadi aku kerumah sakit. Biasanya aku ngga kemana mana. Rio sih, katanya mau datang tapi nggak pernah ngasih tau kapan mau datang. Tiba tiba udah ada didepan rumah" Ucap perempuan itu. 

"Masuk masuk" Tambah perempuan itu mempersilahkan. 

Setelah menyimpan anak laki laki yang dipanggilnya Adli, Rio bergegas ke dapur menghampiri perempuan itu.

"Richard sering kesini?" Tanya Rio.

"Ya sebulan sekali" Jawabnya.

"Kenapa si lu milih tinggal disini, nggak ikut Richard aja ke Belanda. Kan kasian Adli Nu" Gerutu Rio lagi.

"Kayaknya lu kalau ketemu gue, itu doang yang dibahas. Gue kan udah bilang Ri, ngga masuk tuh gaya gue kalau tinggal diluar negeri. Orang kampuang begini" Canda perempuan itu.

"Ehhhh ehhhh, bentar deh. Tu perempuan didepan siapa? Jangan bilang lu putus sama Naomi" Tanya Perempuan itu penasaran.

"Temen kantor gue, sumpah Nu" Jawab Rio.

"Kok bisa lu bawa kesini sih?"

"Iya, pengen liburan katanya. Bertahun tahun di Jepang dia tinggal. Yaudah gue ajak, adeknya bos gue juga. Ga enak kan" Jelas Rio lagi.

"Boleh si lu ajak ajak, tapi jangan sampe kebablasan ya" Ucap perempuan itu memperingati.

Rio kemudian mengambil nampan yang sudah disiapkan beberapa gelas sirup dengan es batu didalamnya dan cemilan kecil menuju ruang tamu. Disana Naya sedang duduk, tangannya menyilang memandang sekeliling ruangan. 

"Minum" Rio menawarkan. 

"Sorry ya, tadi ga sempet ngenalin nama. Gue Inu" Ucap perempuan itu sembari menjulurkan tangannya. 

"Cantik" Pikir Naya.

Inu adalah kakak kelas Rio ketika di SMA, Inu juga kaka kelas Naomi. Mereka pernah akrab sebelum akhirnya Inu memilih untuk merantau ke Jogja dan menikahi bule asal Belanda. Sudah lama sekali Rio tak bertemu dengan Inu, dulu sekali Rio dan Naomi pernah berencana untuk ke Jogja berdua, namun gagal karena Naomi harus segera pergi ke Jepang.

"Gue pikir dari kejauhan tadi Naomi" Ucap Inu dengan sengaja. Seolah olah dirinya ingin memberitahu Naya bahwa Rio sudah memiliki seorang kekasih.

"Naomi gimana Ri, sehat?" Tanya Inu kembali.

"Sehat dia Nu, Naya kenal juga kok sama Naomi. Dulu dia kerja diperusahaan yang sama dengan Naomi kerja sekarang. Naya juga tau, kalau Naomi pacar gue" Ucap Rio menjelaskan situasinya pada Inu.

Inu tersenyum kecil sebelum kemudian ia mempersilahkan Naya untuk tidak dikamar tamu, dan membiarkan Rio tidur diruang tamu.

***** 

Panas terik matahari menyengat kulit Naya dan Rio saat mereka keluar dari rumah Inu. Seharusnya hari ini mereka pergi pagi. Namun karena Naya tak berani mengganggu tidur Rio yang nyenyak, ia akhirnya membiarkan Ri bangun disiang hari dan menunda seluruh jadwal liburan yang telah mereka susun sebelumnya. 

Mereka menggunakan motor untuk pergi ke beberapa tempat, menyusuri setiap musium yang ada tepat dipusat kota Jogja. Rio pun banyak bertugas untuk mengambil beberapa foto untuk Naya. Membiarkan perempuan itu menikmati Jogja seutuhnya. Mereka terpikat pada pesona candi candi yang masih berdiri kokoh sampai saat ini. Dan mata Naya berbinar setiap kali ia mendengar Rio bercerita soal tempat yang juga baru saja ia datangi untuk pertama kalinya. 

Matahari mulai turun saat mereka ada di Istana Boko, mereka duduk ditempat yang sedikit tinggi. Menghadap ke barat, untuk sekedar melihat langit yang mulai menguning. Naya masih sibuk mengambil beberapa foto langit. Sedangkan Rio duduk dengan bertumpu pada kedua tangannya. Ia memejamkan mata, membiarkan suasana sore itu membawanya kedalam angan angan yang indah. 

Naya hanya bisa memandangi laki laki itu saat menyadari Rio hanya terdiam, sembari tersenyum. Memandangi wajah Rio yang terlihat damai sore itu, ditemani langit yang menguning, dan angin yang dengan lembut mengusap wajahnya. Naya suka. Suka sekali.

"Aku suka" Ucap Naya pelan.

 

Rio membuka matanya perlahan sesaat setelah mendengar ucapan Naya. Ia kemudian memandangi langit.

"Aku juga suka" Balas Rio.

Naya terkejut saat mendengar ucapan Rio, ia merapikan rambutnya yang acak acakan dan menatap Rio dengan serius. Memunculkan perasaan canggung. 

"Aku suka langitnya, indah" Ulang Rio.

Pipi Naya memerah saat salah menyangka maksud dari ucapan Rio. 

"Bodoh" Pikir Naya.

Setelah matahari terbenam, Rio dan Naya memutuskan agar tidak langsung pulang kehotel. Mereka memilih untuk melanjutkan tujuan ke alun alun. Tempat yang paling sering dikunjungi oleh setiap orang yang berkunjung ke Jogja. 

"Kalau kamu bisa jalan menuju tepat ditengah dua beringin disana dengan mata tertutup, keinginan yang kamu pikirkan saat itu katanya bisa terwujud" Jelas Rio.

Naomi sumringah mendengar penjelasan Rio, tak butuh waktu lama agar dia bisa menyewa penutup mata pada penjual disana dan meminta Rio untuk membantunya. Rio bersorak, menyemangati Naya yang berjalan perlahan dengan mata tertutup. Sampai akhirnya perempuan itu tiba disebrang alun alun melewati dua pohon beringin itu. 

"Wah, hebat" Ucap Rio berdecak kagum.

"Ngintip ya?" Goda Rio.

"Enak aja" Sanggah Naya.

"Duduk disana yu?" ajak Rio.

Mereka duduk sembari menikmati segelas jahe susu hangat dan beberapa tusuk sate sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang. 

"Mau tau nggak keinginanku apa?" Ucap Naya saat mereka baru saja tiba dikamar hotel. 

"Enggak" Jawab Rio cuek.

"Aku mau jadi pacar kamu" Ucap Naya.

Ucapan itu menghentikan gerakan Rio saat sedang mencoba untuk membuka pintu kamar hotelnya. Ia diam, kemudian membalikan tubuhnya menghadap Naya.

"Maksud kamu?" Tanya Rio serius.

"Aku suka sama kamu Ri, dari awal. Dari kita pertama kali ketemu" Jujur Naya. 

"Nay...." 

Sebelum Rio sempat menyelesaikan ucapannya, Naya menciumnya lembut. Ia menyentuh kedua pipi Rio yang terkejut dengan apa yang Naya lakukan. Mereka disana, didepan kamar hotel dan berciuman.