webnovel

Kejutan Tak Terduga

Naomi terbangun karena sinar matahari pagi yang langsung masuk kedalam kamar hotelnya, semalam ia tidur tanpa menutup gorden kamar. Ia menyimpan kembali ponselnya setelah melihat jam. Karena masih pagi, Naomi menyempatkan diri untuk memakan sepotong roti dan meminum segelas susu dari kulkas. Ia menyalakan televisi untuk sekedar menemaninya sarapan. Setelah sarapannya habis ia bergegas ke kamar mandi untuk menyiapkan diri mengikuti rapat bersama Kubo siang ini.

Hari ini, Naomi memutuskan untuk mengenakan sebuah rok pendek dan kaos berwarna biru. Dibalut dengan sweater senada berwarna putih. Ia memutuskan untuk mengikat rambutnya karena takut kepanasan. Tak lupa ia memakai sepatu putih kesayangannya. Ia ingat pesan Kubo sebelum berangkat, bahwa projek ini digarap dengan sangat santai. Dan orang orang yang bekerja dengannya pun tak seformal perusahaan yang biasa bekerjasama dengan Kubo. Itu kenapa baju baju yang Naomi siapkan untuk Kubo juga bukan sejenis kemeja atau jas. Tapi lebih banyak kaos dan celana. Serta sepasang sepatu dan sendal untuk jaga jaga jika Kubo tak ingin memakai sepatu.

Hari pertama rapat, Kubo memilih waktu setelah jam makan siang karena tiba malam dan agar bisa istirahat lebih lama sebelum kembali beraktivitas. Meski menggunakan pesawat, tujuh jam berada di pesawat bukan tidak melelahkan. Berkali kali Naomi meregangkan tubuhnya sebelum benar benar memutuskan untuk keluar dari kamar hotel.

"Ruang rapat? Dan sudah sarapan?" Gumam Naomi saat melihat pesan langsung masuk dari Kubo yang memintanya untuk turun langsung dari kamar menuju Ruang rapat. Ia kembali ingat, semalam Kubo membahas soal Naya.

Rasa penasaran Naomi semakin besar, karena pagi ini Kubo tidak membangunkannya untuk sarapan pagi dengannya. Dan siang ini, laki laki itu seperti sudah tau banyak hal daripada dirinya. Naomi sempat berpikir mungkin Naya datang ke Jakarta khusus untuk menemui Kubo, namun Naya sama sekali tak membalas pesannya sejak Naomi mengabari bahwa mereka akan datang ke Indonesia sebelum berangkat dari Jepang.

Ia menyusuri lorong yang sepi sebelum sampai didepan pintu ruang rapat kecil dengan label nama perusahaan yang mengerjakan projek tersebut, tanpa ragu ia membuka pintu tersebut setelah mengetuknya dua kali dengan lembut. Semua mata tertuju padanya saat Naomi berdiri diambang pintu, bahkan Naomi pun mematung saat melihat orang orang yang ada didalam ruangan.

"Mas Iksan, Rio, Naya?" Gumam Naomi karena terkejut.

Iksan sampai menghentikan presentasinya, diikuti dengan Rio yang kemudian berdiri saat melihat Naomi. Kubo menarik Naomi untuk masuk kedalam ruangan. Ia tersenyum, diikuti dengan Naya yang kemudian menjabat tangannya, lalu Iksan dan Rio.

"Ini pengganti Naya, sekretaris saya yang baru. Dia baru bekerja sekitar satu tahun dengan saya di Jepang. Dia juga asli Indonesia, sama seperti Naya" Ucap Kubo memperkenalkan Naomi dengan bahasa Jepang.

"Ka, ini pengganti Naya. Sekretaris barunya Kubo di Jepang. Dia baru kerja sekitar satu tahun, dan juga asli Indonesia. Seperti Naya" Ucap Naya menerjemahkan ucapan Kubo.

Seakan tersadar dari rasa terkejutnya, Iksan kemudian tertawa. Dan memukul bahu Rio dengan sangat keras.

"Kaka sudah kenal dengan Naomi, dia yang kaka bilang pacar Rio yang kerja di Jepang Nay" Ucap Iksan.

Naya menoleh karena sangat terkejut mendengar penjelasan dari Iksan, ia menatap Rio yang bahkan tak melepaskan pandangannya dari Naomi. Naomi pun ikut menjelaskan situasinya pada Kubo.

"Wah, ternyata dunia ini begitu kecil sampai lima orang yang punya yang punya ikatan bertemu secara tak sengaja" Ucap Kubo.

Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Kubo setelah mendengar penjelasan Naomi. Iksan pun tertawa diikuti oleh yang lainnya. Setelah sedikit bersenda gurau, mereka tetap melanjutkan rapat tanpa membahas urusan pribadi masing masing. Kubo yang awalnya ingin memberi kejutan soal Naya justru terkejut dengan situasi dimana ia harus bertemu dengan orang yang selama dipesawat Naomi bangga banggakan. Sedangkan Naomi yang ingin memberi kejutan untuk Rio ternyata harus bertemu dengan Rio secara tak sengaja. Selain itu Naya bahkan sama sekali tak menduga bahwa Naomi adalah kekasih Rio. Dan Rio pun kemudian merasa bangga pada dirinya sendiri bahwa ia benar benar melihat Naomi semalam sampai tak sabar untuk berbincang dengan Naomi secara pribadi.

Saat yang lain sedang mengambil segelas kopi, Rio melepas jaketnya lalu diam diam memberikannya pada Naomi untuk menutupi rok Naomi yang pendek. Iksan dan Kubo memang tak menyadarinya, namun Naya selalu sadar dengan gerak gerik Rio dan Naomi. Sampai pada akhir rapat.

Rapat hari itu selesai sampai jam tujuh malam, Kubo mengajak yang lain untuk menikmati makan malam bersama. Ia memesan beberapa makanan direstoran hotel dan meminta yang lain untuk ikut bergabung satu meja dengannya. Dibalik alasannya untuk mengenal tim Iksan dengan baik, diam diam ia ingin lebih tau soal Rio. Sebenarnya, sejak Naomi mengenalkan Rio pada Kubo, Kubo sama sekali tak bisa menahan dirinya untuk mengetahui siapa Rio. Bahkan dalam pikirannya lebih cenderung ingin mengetahui apakah Rio lebih pantas darinya.

".....Rio adalah editor bayangan sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan tim kami" Jelas Iksan panjang lebar.

Sesekali Kubo mengangguk anggukan kepalanya, tanda mengerti. Naya hanya diam dengan raut wajah tanpa senyum. Ia hanya memutar mutarkan gelasnya sampai hampir menumpahkan air yang ada didalamnya.

"Sebelum berangkat, Naomi menyiapkan semua keperluanku. Bahkan sampai baju yang kupakai hari ini, dan semua yang ada di tasku juga disiapkan oleh Naomi. Dia sungguh berbakat" Ucap Kubo tiba tiba.

Naya sebenarnya ingin ikut berbicara, bahwa dulu diapun melakukan hal yang sama seperti yang Naomi lakukan. Namun ia tak ingin ikut campur soal perbincangan antar lelaki itu. Sedangkan Naomi sibuk mengelak segala yang diucapkan Kubo.

"Dia menyiapkan sarapan untukku, dan memasak makan malam. Hampir setiap hari kami makan malam bersama" Tambah Kubo membanggakan Naomi, jelas tujuannya adalah membuat Rio cemburu.

Naomi menaikkan alisnya saat menatap mata Kubo, ia tau Kubo melakukan itu secara sengaja untuk membuat hati Rio panas. Bahkan sesekali ia memberi kode pada Rio bahwa meski apa yang diucapkan Kubo benar, itu hanya sebatas karena Naomi menjalankan pekerjaannya dengan baik sampai membuat Rio terkekeh geli sendirian.

"Dan ternyata kami pernah bertemu saat aku pertama kali datang ke Indonesia,bukankah itu sangat kebetulan? Bukankah kita memang ditakdirkan untuk bertemu kembali" Ucap Kubo lagi.

Semakin lama, ucapan Kubo semakin tak berarah. Membuat percakapan mereka terasa alot. Tepat jam sepuluh malam mereka menyudahi percakapan itu, masing masing dari mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing masing.

Tingggg !

Pintu kamar hotel Naomi terbuka setelah mendengar bunyi bel, didepan pintu kamarnya Rio berdiri disana meregangkan kedua tangannya sembari tersenyum. Naomi juga langsung memeluk Rio tanpa ragu. Dengan erat Rio merangkul bahu Naomi, sembari menghela nafas dalam. Rio merasa lega karena ia bisa bertemu Naomi setelah lebih dari satu tahun hanya bisa memandanginya melalui ponsel.

"Aku kangen" Gumam Naomi.

"Aku Juga" balas Rio.

*****

Naya mengintip dari lubang pintu kamarnya saat mendengar bel berbunyi, ia melihat Rio didepan kamar Naomi. Tak lama mereka berpelukan, untuk beberapa saat bereka diam dalam posisi itu. Membuat Naya merasa kesal. Masih jelas diingatan Naya saat melihat pertama kali Rio menatap Naomi sedalam itu, ia juga melihat betapa lembut dan hangat sikap Rio pada Naomi. Sedangkan sikapnya pada Naya sendiri begitu dingin. Bahkan senyuman Rio yang terlihat begitu hidup selalu terarah pada Naomi. Matanya berbinar setiap kali ia melihat kearah Naomi. Dan keinginan Rio yang tak sabar untuk mengakhiri rapat agar bisa bertemu dan berbincang dengan Naomi lebih lama.

Begitu pula sebaliknya, Naomi yang ia kenal begitu tegas dan lugas menjadi bersikap seperti anak kecil dihadapan Rio. Matanya juga tak lepas dari seluruh hal yang Rio lakukan. Bahkan saat ia melihat Rio melakukan presentasi, Naomi terus tersenyum menyemangati laki laki itu. Naya bisa merasakan hubungan diantara mereka berdua, meski tak banyak saling berbicara atau bersentuhan. Meski mereka sedang bekerja, atau bahkan dalam situasi profesional mereka tetap terlihat hangat dan saling memperhatikan. Naya tau, hubungan yang telah terjalin selama bertahun tahun itu masih kuat, meski terpisah jarak dan terpaut waktu.

Ada perasaan iri dihati Naya, ia sendiri tak bisa memungkiri bahwa ia sudah suka pada Rio. Bahwa semua perasan nyaman dan aman saat berada bersama Rio membuatnya ingin egois dan menganggap Naomi tak pernah ada disana. Namun kenyataan tak selalu berkata sama dengan keinginannya, ia bahkan tak bisa mengabaikan apa yang baru saja ia lihat. Soal perasaan yang tersirat meski tak diungkapkan. Mengingat sikap Rio hari ini, membuat rasa kesal di hati Naya terus menerus menambah. Ia melemparkan tubuhnya ke kasur dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Memaksa dirinya sendiri untuk tidur.

*****

Naomi terus menahan Rio agar tak keluar dari kamar, ia ingin tidur bersama Rio. Memeluknya semalaman seperti yang ia lakukan sekarang dengan Rio. Tubuhnya menghadap Rio, sembari merasakan kepalanya yang disentuh lembut oleh Rio. Ia ingin terus memandangi Rio,menyentuh garis wajah Rio dengan lembut. Bertemu Rio seperti mengisi kembali energinya yang telah terkuras selama setahun. Sedangkan Rio, bertemu dengan Naomi hari ini seperti semangat baru baginya. Ia memeluk erat tubuh Naomi, dan terus tersenyum sembari memejamkan matanya.

"Maaf aku ga bilang aku mau datang, tadinya aku mau kasih kamu kejutan" Ucap Naomi.

"Aku tau" Gumam Rio pelan.

"Maaf aku ngga cerita soal aku yang pernah ketemu Kubo sebelum aku kerja di Jepang, aku ngga mau kamu mikir yang macem macem" Jelasnya lagi.

"Aku tau"

"Tugasku itu nyiapin semua keperluan Kubo, entah dari keperluan bisnis ataupun keperluan pribadinya"

"Aku tauuuu"

"Aku juga ga seperhatian itu kok, aku cuma suka masak karena makanan disana nggak banyak yang aku suka. Jadi sekalian, aku juga ajak dia makan sama aku"

Kali ini Rio terkekeh geli dengan ucapan Naomi yang tak berhenti menjelaskan sesuatu padanya agar dia tak salah paham.

"Aku nggak cemburu Nao, aku malah seneng. Dia bisa bawa kamu kesini" Ucap rio sembari mencubit hidung Naomi.

Naomi memanyunkan bibirnya lalu tersenyum.

"Aku kangen kamu" Ucap Naomi lagi.

"Sama"

"Aku mau terus peluk kamu gini sampe pagi"

"Sama"

"Aku mau terus mandangin muka kamu"

"Akupun"

"Aku juga mau buatin kamu sarapan besok pagi"

"Boleh"

"Terus malemnya kamu tidur bareng aku lagi ya?"

"Iya"

"Tiap hari ya sampe aku pergi lagi ke jepang"

"Tiap Hari?"

"Iya, tiap hari"

"Kalau ketauan bos kamu gimana?"

"Dia udah tau kok kamu pacar aku, aku udah sering cerita soal kamu ke dia"

"Kamu cerita apa aja?"

"Banyak"

"Terus?"

"Ya terus dia ga suka sama kamu"

"Sama, aku juga ga suka sama dia"

"Kok? Kenapa?"

"Kalau dia gasuka sama aku karena aku pacar kamu. Artinya dia suka sama kamu"

"Sok tau"

"Bilang sama aku kalau dia bilang suka sama kamu"

"Dia suka sama aku katanya"

"Yang bener?"

"Iya, katanya aku cantik, baik hati, dan nggak sombong. Rajin menabung dan suka menolong"

Rio tersenyum, "Bohong itu"

"Hehe, iya bohong. Emang kalau dia suka sama aku kamu mau bilang apa?"

"Bilang sama dia, suruh datang kerumah. Ngadep bapak kamu yang serem. Ga berani pasti"

"Alah, kamu aja ga berani awalnya"

"Iya mangkannya, biar dia mundur dari awal"

"Hahaha, kamu kangen kan sama aku?"

"Iyaaa"

"Kangen banget?"

"Iyaaaaaa Nao"

"Beneran kangen?"

"Iya Naomi...."

"Aku mau putus !!" Ucap Naomi tiba tiba.

"Hah?"

Kali ini Naomi yang terkekeh geli dengan ekspresi Rio.

Ia mendekati wajah Rio dan menggigit hidung Rio sampai laki laki itu merintih kesakitan.

"Ga mungkin aku minta putus"

"Iya jangan"

"Kenapa?"

"Nanti kalau kita putus, cincinnya mau aku kasih siapa coba?"

"Ya kasih orang lain"

"Engga cukup, udah diukur sama seantero orang di Indonesia. Buktinya cuma aku yang beli cincin ini. Ga ada orang lain. Jadi katanya cincin ini cuma cukup di kamu. Cocoknya juga cuma di tangan kamu"

"Bohong"

"Ga apa bohong, yang penting kamu seneng"