webnovel

Hari Libur

Wajah Naomi kusut sejak bangun tidur, hal itu karena Kubo yang tiba tiba mengganggu tidurnya dihari minggu pagi. Malam itu Rio sengaja tak tidur dikamar Naomi karena merasa tak enak pada Iksan. Sembari menyalakan televisi keras keras dengan sengaja, Kubo menyantap Roti dan Susu milik Naomi sampai tak tersisa. Ia menyilangkan kedua tangannya didada, dan menaikkan kakinya keatas meja. Alisnya naik keatas mengamati berita yang diputar televisi dengan bahasa Inggris Kubo memang terseok seok saat berbicara, namun sebenarnya Kubo bisa memahami dengan cepat jika orang berbicara menggunakan bahasa Inggris. Bisa dibilang, kemampuan bahasa Inggris Kubo murni Pasif. Berbeda dengan Naomi yang memang memiliki beberapa sertifikat internasional untuk setiap bahasa yang dia kuasai.

Naomi menutupi tubuhnya dengan selimut diatas kasur, kepalanya ikut ditutupi sampai hanya menampilkan wajahnya. Ia juga ikut mendengarkan berita.

"Bukannya itu yang pernah bertemu dengan kita beberapa waktu lalu?" Tanya Naomi saat melihat seorang laki laki paruh baya ditampilkan ditelevisi.

"Perdana menteri Singapura? Hah?" Tanya Naomi lagi kaget.

Saat itu memang Naomi baru bekerja beberapa bulan dengan Kubo, ia ikut dengan Kubo menemaninya bertemu seseorang bermain golf sampai sore. Naomi sendiri heran saat itu, karena laki laki itu membawa beberapa penjaga yang terus mengamatinya dari kejauhan, namun saat itu Naomi tak berani bertanya dan menganggap itu hal biasa karena memang terkadang Kubo pun begitu.

"Hari ini kita diajak jalan jalan sama Iksan dan yang lain katanya" Ucap Kubo.

Naomi menggelengkan kepalanya dengan cepat, ia tau tujuan Kubo sebenarnya mengatakan itu pada Naomi. Sebelumnya mereka telah membuat sebuah kesepakatan, bahwa hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur Naomi. Dan ia berhak pergi kemanapun yang ia inginkan tanpa diganggu Kubo. Bahkan hari ini ia berniat untuk berkunjung kerumah orang tuanya, dan memberikan oleh oleh pada keluarganya.

"Enggak enggak, aku ga akan ikut" Tolak Naomi.

"Ga bisa, perjalanan bisnis kitakan termasuk Sabtu dan Minggu" Paksa Kubo.

"Kan kita udah sepakat sebelumnya. Aku nggak keberatan kok kalau ngga kamu bayar sabtu minggu ini" Naomi kesal.

"Kapan? Dimana? Emang tertulis? Aku ga merasa sedikitpun pernah buat kesepakatan sama kamu" Sanggah Kubo santai.

Naomi bangkit dari tidurnya, ia menyeret Kubo agar keluar dari kamarnya. Meski Kubo menolak, namun dengan terpaksa ia harus keluar karena Naomi terus terusan mengancamnya untuk melemparinya dengan gelas.

"Pergi sana" Teriak Naomi dari dalam kamar.

*****

Sebenarnya Kubo tau bahwa dihari libur ini Rio dan Naomi akan menghabiskan waktu berdua untuk mengunjungi keluarga Naomi diluar kota. Namun memikirkan Rio dan Naomi akan bersama dihari libur membuat hatinya penuh kecemasan. Ia khawatir bahwa Naomi akan semakin dekat dengan Rio. Itu yang membuatnya memiliki semangat untuk bangun pagi dan mendatangi kamar Naomi sejak pagi. Namun usahanya gagal. Dan membuat Kubo ada didalam mobil dengan Iksan, Naya, dan dirinya tanpa Rio dan Naomi.

Naya juga diam sejak masuk kedalam mobil, ia sama sekali tak berbicara saat Iksan sibuk memperkenalkan kota Jakarta pada Kubo. Suasana hatinya tak secerah cuaca hari ini. Naya sendiri bahkan sibuk memikirkan apa yang akan dilakukan oleh Naomi dan Rio berdua. Setelah ia melihat Naomi memeluk Rio, hatinya menjadi selalu gelisah. Ia tak suka melihat itu. Namun juga sama sekali tak berhak untuk melarang mereka.

Pagi ini Iksan membawa Kubo mengunjungi beberapa museum di pusat kota, mereka berkeliling dengan berjalan kaki. Kubo juga mengambil banyak foto dengan kameranya. Dibawah terik matahari yang panas, mereka masih berkeliling melihat lihat suasana kota dengan arsitektur yang masih asli sejak jaman Belanda dulu. Tak lama, Kubo juga menyadari bahwa peta kota yang mereka kunjungi adalah peta kota yang sama yang sedang dikembangkan oleh tim Iksan. Kubo diajak berkeliling seperti ada didalam sebuah game. Sejenak ia melupakan soal Naomi karena tak berhenti berdecak kagum pada imajinasi Iksan. Ia benar benar diajak untuk menikmati hal yang selama ini hanya ia lihat melalui game.

"Capek ya?" Tegur Naya saat mereka sedang beristirahat.

Iksan sendiri sedang pergi untuk beribadah, sedangkan Naya dan Kubo menunggunya disebuah kafe retro yang ada didekat sana.

"Kakakmu itu hebat" Puji Kubo.

Naya tersenyum kecil, "Dia memang hebat dalam segala hal" Tambahnya memuji.

"Naya" Panggil Kubo.

Naya menoleh pada Kubo, ia membenarkan posisi duduknya karena melihat raut wajah Kubo yang mulai serius.

"Aku dan Takai sudah bertunangan" Ucapnya.

Naya menganggukkan kepala, "Aku sudah melihat beritanya. Bahkan kebiasaanku untuk memeriksa seluruh media yang memberitakanmu belum juga hilang" Keluh Naya.

"Tapi aku menyukai Naomi, dia adalah orang yang selama ini kucari" Gumam Kubo pelan.

Naya terdiam sejenak, berusaha mencerna ucapan Kubo. Ia menghela nafasnya dalam, kemudian menyodorkan segelas kopi untuk diminum Kubo.

"Kamu tak bisa memutuskan hubungan yang sudah terjalin erat sejak dulu" Lirih Naya.

"Tapi mencoba adalah satu satunya hal yang bisa kulakukan" Tegas Kubo.

"Untuk apa mencoba kalau akhirnya tau akan gagal dan sakit?" Sanggah Naya.

"Kamu juga menyukai dia bukan?" Tanya Kubo.

"Kamu menyukai Rio bukan? aku bisa lihat dari cara kamu menatap dia" Tambah Kubo.

"Iya, tapi melihat cara mereka berdua menyukai satu sama lain bahkan sudah membuatku tak percaya diri" Ucap Naya pelan.

"Kalau kamu suka sama dia, dan tau dia udah punya pacar. Kenapa kamu harus menyerah lebih dulu? Kenapa kamu harus memilih untuk diam dan menyembunyikan perasaaan kamu? Padahal kamu nggak tau, setiap hal yang kamu lakukan akan membuka kesempatan untuk kamu sendiri. Setiap hubungan pasti bisa terputus" Jelas Kubo.

Naya hanya diam mendengar ucapan Kubo, ada sebersit rasa tak percaya dalam dirinya saat mendengar ucapan ambisius Kubo. Namun ia juga tak dapat menyangkal ucapan Kubo yang sepenuhnya benar. Ia sudah tertarik pada Rio sejak laki laki itu berkenalan dengannya di bandara, dan terkesima padanya saat mereka semakin dekat. Namun, ia perlahan mundur saat Iksan memperingatinya berkali kali, dan memutuskan untuk mundur lebih jauh saat mengetahui bahwa Naomi adalah kekasih Rio. Rasanya melihat Naomi dan Rio berdua, membuat kepercayaan diri Naya jatuh bahkan hilang. Ia seperti merasa bahwa ia tidak akan menang, bahkan sebelum ia mencoba.