webnovel

Dibawah Cahaya Matahari Langsung

"Aku punya kenangan yang tak bisa kulupakan bersamanya. Dia pernah menangis saat melihat semua luka di tubuhku dan rela mehanan pukulan orang lain hanya untuk menyelamatkanku" Kenang Kubo.

Sepuluh tahun lalu, saat Kubo ikut dengan orang tuanya untuk urusan bisnis ia mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Selama seminggu ia diculik oleh seseorang dan disekap didalam ruangan kecil dan gelap. Beberapa kali ia dipukuli, ia tidak bisa melakukan apapun karena saat itu ia tidak bisa berbicara bahasa Indonesia dan tidak mengerti apapun. Sampai seorang perempuan datang menyelamatkannya. 

Kubo menutup matanya, mengenang lagi kejadian hari itu.

Ruangan itu kecil dan gelap, tak ada lampu. Hanya suara keran air yang menetes sesekali, yang menjadi sumber kehidupan Kubo. Ia tidak tau sudah berapa lama berada disana, tangan dan kakinya diikat. Dan tidak ada satupun cahaya yang masuk keruangan itu. Ia tidak tau jam berapa, yang ia tau hanya sebuah jendela kecil dan buram yang terletak tinggi hingga tak dapat ia gapai. Kubo hanya tau itu pagi atau siang jika jendela itu berwarna putih, dan malam jika jendela itu menyatu dengan gelapnya ruangan hingga tak terlihat. Beberapa kali ia tidur dan terbangun, namun tidak ada yang berubah. Sampai ia mulai kehilangan harapan.

Tak! Tak! Tak!

Kubo mendengar lagi suara itu, suara itu selalu terdengar dari jendela saat jendela itu berwarna putih. Sesekali ia menjerit, berharap bahwa ada seseorang disana. Namun tidak pernah ada respon lanjutan dari seseorang disana.

Brakkkk!

Pintu ruangan akhirnya terbuka, dilihatnya seorang laki laki tinggi dihadapannya. Dengan kondisi tubuhnya yang sudah lemah, ia tidak lagi mampu melihat jelas seseorang yang berdiri dihadapannya. Laki laki itu menyodorkan sepiring nasi dan lauh seperti biasanya. Hal ini aneh bagi Kubo, karena ia diculik. Ditempatkan diruangan gelap dan didiamkan didalam kamar mandi serta dibiarkan kedinginan. Namun laki laki itu tidak pernah lupa memberi Kubo makanan. Seolah olah, seperti ia tidak akan membiarkan Kubo mati kelaparan, tapi bagaimanapun dengan kondisi Kubo saat ini. Ia bahkan terlihat tidak mampu untuk bertahan lebih dari satu minggu lagi.

"Ahhh sial, kenapa orang orang asing itu tidak segera mengirimkan uang nya" Gerutu laki laki itu.

Kubo sama sekali tidak memahami apa yang laki laki itu ucapkan, dengan tangan dan kaki terikat ia coba merangkak kearah makanan yang baru saja diantar. Seperti biasa, Kubo memakan makanan itu hanya dengan mulutnya seperti seekor binatang.

Tak! Tak! Tak!

Suara itu terdengar lagi, biasanya hanya akan sekali dalam sehari. Namun hari ini suara itu terdengar dua kali. Kubo mencoba memandangi jendela itu, berharap bahwa mungkin ada seseorang akan melihatnya. Namun ternyata jendela itu sama sekali tak terbuka. Tubuhnya gemetar saat memikirkan kemungkinan ia tidak akan selamat. Ia kemudian meringkuk kembali setelah menghabiskan makanannya.

Brakkkkkk!

Laki laki itu masuk sembari melempar seorang perempuan kearah Kubo. Diikuti suara teriakan perempuan, yang tangan dan kakinya sudah diikat.

"Ahhh sial, satu saja sudah sulit. Kenapa harus ditambah lagi dengan si penguntit" Gerutu laki laki itu lagi.

Kubo melihat luka di wajah perempuan itu, ada darah di sudut bibirnya. Perempuan itu menggunakan celana panjang berwarna biru dan kaos putih polos, sedangkan Kubo memakai baju berwarna biru dan celana panjang putih.

"Ternyata kamu masih hidup" Ucap Naomi menggunakan bahasa Jepang saat ia sudah sadar.

"Kamu bisa berbicara bahasa Jepang?" Tanya Kubo keheranan.

"Sedikit" Jawab Perempuan itu.

"Kamu cukup kuat untuk seseorang yang disekap selama hampir satu minggu" Jelas perempuan itu.

"Jadi kamu tau sejak awal?" Tanya Kubo lagi.

Perempuan itu mengangguk, "Aku melempari tiga batu setiap pagi untuk memastikan kamu masih hidup"

"Aku melihat laki laki gila itu membawamu pada malam hari, saat pertama kali aku melempar batu aku mendengar suaramu dan aku yakin kamu disekap disini" Jelasnya.

"Laki laki gila itu baru saja keluar dari penjara sebulan yang lalu, tapi sepertinya dia masih gila dan tidak juga jera. Sebelumnya, dia pernah menculik seorang perempuan dan tertangkap" Tambahnya.

Perempuan itu melepas ikatan tanganya dengan sebuah silet yang ia simpan dibalik jam tangannya. Tak lama ia mengeluarkan ponsel dari stocking yang ia gunakan, dan berbicara di telpon setelah menghubungi seseorang.

Bugggggg !

Kepala perempuan itu dipukul dengan sebuah kayu sebelum ia menyelesaikan panggilannya dan membuat perempuan itu harus jatuh tersungkur ke lantai. Laki laki gila itu tau bahwa ada yang menghubungi seseorang, dan ia mendengarnya. Ia memeriksa tubuh perempuan itu, dan merampas ponsel serta silet yang digunakan perempuan itu untuk melepaskan ikatan tangannya.

"Jangan coba coba menghubungi siapapun, atau akan kubunuh kalian" Ancamnya.

Laki laki itu melayangkan kakinya pada Kubo, namun dengan cepat perempuan itu bangkit dan memeluk Kubo sehingga tendangan itu mendarat dipunggung perempuan itu.

"Kalau kamu terus menyiksanya, dia akan mati. dan kamu tidak akan mendapatkan apapun. Termasuk uang yang kamu minta dari orang tuanya"

Tak lama laki laki itu pergi setelah memberi empat tendangan keras. Kubo memeluk perempuan itu dengan lemah karena bahkan ia sendiri sudah tidak lagi mampu untuk berdiri ataupun menahan seseorang. Perempuan itu menatap mata Kubo, ia lalu tersenyum.

"Akan ada yang datang. Pasti" Lirihnya yakin.

Tak lama, terdengar keributan dari luar ruangan. Dan beberapa orang masuk kemudian menolong mereka.

"Naomi, namaku Naomi" Ingat Kubo.

Setelah hari itu, Kubo langsung dibawa pulang ke Jepang dengan keadaan darurat. Yang ia ingat hanya wajah dan nama perempuan itu, saat untuk pertama kalinya Kubo melihat wajah perempuan itu dibawah cahaya matahari sesaat setelah keluar ruangan. Tempat Kubo diculik tak jauh dari tempat dimana sehari sebelumnya mereka meninjau area pabrik baru yang akan dibangun oleh orang tuanya. Rupanya ia menculik Kubo secara acak dan ia tidak berniat untuk mencelakai Kubo.

Laki laki itu hanya berharap akan mendapat uang tebusan karena ia tidak tau harus mendapat uang dari mana setelah bebas dari penjara. Namun kali ini, laki laki itu harus kembali mendekam dipenjara untuk waktu yang lebih lama. Dan hal terakhir yang Kubo tau adalah bahwa keluarganya memberi beberapa uang untuk keluarga perempuan itu karena dengan berani telah menyelamatkannya.

"Tak lama lagi aku akan bertemu dengan dia" Gumam Kubo.

Sudah sejak sebulan yang lalu tanpa sengaja Kubo menemukan Naomi didaftar calon sekretaris barunya. Tanpa bertanya apapun, Kubo langsung menyetujui untuk mempekerjakan Naomi dan meminta Naya untuk menyiapkan segalanya.

"Bagaimana kalau dia tidak ingat padamu" tanya Naya.

"Tidak perlu mengingat masa buruk itu Nay, aku hanya ingin membalas segala yang dia pernah lakukan untukku" Jawabnya.

Naya hanya mengangguk, "Bagaimana jika dia tinggal disebelahmu?" Tanya Naya.

Kubo tersenyum, ia tau Naya memang orang yang selalu mengerti apa yang ada dipikirannya.

"Tentu, aku suka idemu" Tegas Kubo.

Ia kemudian mengambil kunci mobilnya, dan segera meninggalkan ruangan.

"Urus Naomi, aku ada acara penting malam ini" Pesan Kubo.

*****

Sepuluh tahun yang lalu.

Malam itu, Naomi sedang iseng mencari udara segar. Ia terlalu penat seharian sekolah, hingga membuatnya harus memaksa membeli sebuah mie dimalam hari. Saat melewat gang sempit, Naomi melihat seorang laki laki sedang menyeret sesuatu. Saat memperhatikan laki laki itu, Naomi ingat bahwa laki laki itu adalah orang yang baru saja keluar dari penjara beberapa minggu yang lalu. Naomi memicingkan matanya, untuk memastikan bahwa yang diseret oleh laki laki itu adalah manusia. Namun laki laki itu segera hilang kedalam kegelapan sebelum Naomi yakin bahwa itu adalah manusia, hingga ia memutuskan untuk pulang.

Dua hari setelah itu, Naomi mendengar sebuah kabar bahwa ada anak laki laki dari Jepang yang hilang dari gosip tetangganya. Naomi sedikit teringat akan sesuatu yang ia lihat malam dua hari yang lalu. Namun ia tidak yakin, hingga saat berangkat sekolah melewati gang sempit tempat ia melihat laki laki itu ia berinisiatif untuk memastikan apa yang dia lihat.

Naomi memandangi jendela kecil yang jauh diatas kepalanya, ia mengambil langkah sedikit dan mencoba melempar beberapa batu, sampai setelah tiga kali ia melempar batu, ia tidak mendengar suara apapun dari sana.

"Help"

Samar samar terdengar suara dari jendela, hingga akhirnya Naomi yakin bahwa ada seseorang yang disekap didalam sana. Dan ia semakin yakin bahwa seseorang yang disekap disana adalah anak laki laki yang dimaksud oleh tetangganya. Setelah beberapa hari Naomi mencoba untuk memastikan bahwa anak laki laki itu masih hidup, Naomi mencoba untuk menghubungi seseorang. Namun sebelum Naomi berhasil menghubungi orang itu, tiba tiba ia dipukul tepat dibagian wajahnya hingga ia tersungkur dan tak sadarkan diri. Saat sadar, Naomi sudah dipaksa masuk kedalam ruangan gelap dan melihat seorang laki laki dihadapannya. Sedang diikat dan terlihat lemah. Wajahnya memar dan bengkak, seperti habis dipukuli.

Naomi ingat, ia menyimpan sebuah silet dibalik jam tanganya dan ponsel kecil dibalik stoking yang ia pakai untuk jaga jaga jika hal buruk terjadi. Dan dugaan Naomi benar. Ia mencoba untuk menghubungi seseorang melalui ponselnya.

"Ya, datanglah ke tempat yang sudah aku bicarakan. Dia ada didalam kamar mandi dengan tangan dan kaki terikat" Ucap Naomi di telpon.

Sebelum ia berhasil untuk menutup telponnya, tiba tiba ia merasa sakit karena kepalanya dipukul. Saat mencoba menyadarkan dirinya, ia melihat laki laki itu sedang melayangkan tendangan.

Naomi dengan cepat memeluk anak laki laki itu dan mendapat tendangan dipunggungnya sebanyak empat kali. Membuatnya merasa lemah tak berdaya.

"Akan ada yang datang. Pasti" Lirih Naomi lalu tak sadarkan diri.

"Naomi, namaku Naomi" Gumam Naomi saat matanya terasa silau karena sinar matahari menimpa tubuhnya saat digotong keluar ruangan.

Setelah hari itu Naomi tidak pernah mendengar kabar tentang mereka, ia hanya tau bahwa keluarga itu telah pulang ke negara asalnya. Dan beruntungnya, karena kejadian itu mereka mendapat uang dengan jumlah banyak sebagai imbalan.