webnovel

Dekat Denganmu

Gemericik air dari kolam buatan yang berada disamping rumah Takai begitu terasa menenangkan. Sembari memejamkan matanya, ia duduk menyenderkan tubuh disofa. Ada sebuah pendopo diatas kolam, disertai satu sofa, sebuah meja besar dan televisi yang menyala. Itu ruangan keluarga, tempat seharusnya orang orang rumah berkumpul. Namun kenyataannya, hanya Takai yang selalu berada disana setiap malam.

Ikan ikan yang Takai import langsung dari Cina itu sudah mulai besar, ada sembilan ikan koi yang berbeda warna. Berenang kesana kemari mengikuti pola gemericik air yang memberikan oksigen. Lantai pendopo itu bukan kayu atau keramik, namun kaca tebal yang membuat Takai bisa melihat langsung gerak gerik ikan dibawahnya.

Matanya mulai terbuka saat mendengar berita menyebut nama Kubo. Laki laki itu sudah mulai terkenal dan mulai banyak muncul diberita berita. Tak jarang nama Takai juga mulai terseret karena berita pertunangan mereka mulai menyebar luas. Foto foto mereka terpajang dimedia, yang tidak lain adalah ulah ibunya sendiri. Takai kesal, tapi tak bisa berbuat apapun. Disana, dilayar dengan ukuran lebih dari enam puluh inci ada wajah Kubo terpampang sedang tersenyum melambaikan tangan, diikuti seorang perempuan yang baru pertama kali dilihatnya. Dan beberapa penjaga milik Kubo.

"Mungkin dia" Pikir Takai.

Sekilas Takai memperhatikan perempuan yang ada dibelakang Kubo, dengan rambut berwarna hitam terkuncir satu. Itu Naomi. Meski wajahnya tertutup oleh buku yang dibawanya. Tak lama, setelah Kubo melambaikan tangan. Laki laki itu merangkul tubuh Naomi untuk memastikan perempuan itu tidak tertinggal oleh langkah Kubo yang besar. Dan kemudian masuk kedalam gedung.

"Aku mau sedekat itu" Gumam Takai merasa iri.

Pikiran Takai melayang layang, membawanya pada angan angan yang sulit diwujudkan. Takai menyukai Kubo, sejak dulu. Tapi laki laki itu tidak pernah peka sampai akhirnya Takai merasa malu saat beranjak dewasa. Perempuan itu mulai menjaga jarak dan mulai meninggikan egonya. Ia terus berpura pura bahwa ia tidak menyukai Kubo lalu berusaha untuk menutupi semua perasannya didepan kedua orang tuanya. Bahkan saat tau ia akan dijodohkan dengan Kubo, ia hanya bisa bersikap datar didepan orang orang dan berusaha menjaga ekspresinya, namun Ia bertekad bahwa tidak akan ada satupun usahanya untuk membuat perjodohan itu gagal.

Takai ingat, malam itu. Malam dimana Kubo membawanya kedalam kamar. Menciumnya dengan hangat, lalu mulai mengusap punggungnya dan melempar tubuhnya keatas kasur. Takai ingat tatapan dalam itu, dengan segaris senyuman diujung bibir. Meski Kubo dalam keadaan tak sadar, Takai masih sepenuhnya sadar. Ia bahkan merasakan dengan sangat jelas saat Kubo menyentuh tubuhnya. Dengan perlahan dan lembut.

"Maaf, sepertinya aku membuat kesalahan"

Kalimat itu terus terngiang ditelinga Takai, melukai perasannya. Hanya kalimat itu yang pertama kali terdengar saat Kubo sadarkan diri setelah menyentuh tubuhnya. Saat itu Takai hanya bisa pergi dari kamar setelah memakai seluruh pakaiannya. Ia ingin menangis, tapi baginya menangis dalam keadaan seperti itu hanya akan membuatnya semakin terlihat buruk dihadapan Kubo. Sejak itu, ia selalu bertekad bahwa suatu saat ia akan bisa bersanding dengan laki laki itu dalam sebuah pernikahan.

*****

Naomi duduk, diam tak berkutik saat Kubo memaksa masuk kedalam apartemennya dengan dua kotak berisi makanan. Ia heran saat melihat laki laki itu datang dengan wajah sumringah.

"Sudah sembuh? apa kata dokter?" Tanya Kubo.

"Tidak ada yang buruk" Jawab Naomi asal.

"Ga mungkin" Singkat Kubo sembari duduk dilantai, Kubo mulai menata piring piring kecil dan menyiapkan makanan untuk Naomi.

"Biasanya kamu yang siapin makanan, sekarang aku. Karena kamu lagi sakit" Jelas Kubo disambut dengan senyuman keberatan.

Mereka menghabiskan seluruh makanan yang ada dan sama sekali tak tersisa, sisa waktu yang mereka punya dihabiskan dengan menonton film bersama. Sembari sesekali Naomi mengajak Kubo bercerita, mengaitkan pengalamannya dengan adegan adegan film.

"Jadi kamu juga sedekat ini dengan Naya?" Tanya Naomi.

"Sedekat ini?" Tanya Kubo memastikan maksud kata kata Naomi.

"Ya gini, datang bawa makanan. Nonton film bareng" Ucap Naomi sedikit gugup.

Kubo menggelengkan kepalanya, "Enggak, apartemen Naya jauh dari sini" Jelasnya.

"Terus?" Tanya Naomi lagi.

"Ya menurutku itu ga efisien, kalau aku punya sekretaris yang tinggal diapartemen yang sama akan lebih mudah. Jadi Naya juga menyarankan kamu untuk disewakan apartemen disini. Selain itu, Naya juga lebih kaku, jadi aneh rasanya kalau harus sedekat ini" Cerita Kubo.

"Selain itu?" Lagi lagi Naomi bertanya.

"Supaya bisa dekat sama kamu" Ucap Kubo pelan.

Naomi tidak bisa lagi merespon, ia tidak tau harus merespon apa saat Kubo mulai berbicara melantur seperti kali ini. Perempuan itu hanya bisa mengangguk, berpura pura tak begitu memikirkan. Sama seperti saat pertama kali Kubo mengucapkan selamat malam untuknya. Ia hanya ingin menghindari kecanggungan diantara mereka. Lagipula Naomi suka, ia suka sedekat itu dengan Kubo saat tidak berada didalam perusahaan. Itu membantunya mengenal Kubo. Dan membantunya mengeraskan hati, khawatir lain kali ia akan merasa sakit hati lagi saat Kubo memarahinya habis habisan.

Setelah Kubo pulang dari apartemen, ia berlari ke kamar untuk melihat ponselnya yang sedari tadi berbunyi namun diabaikan. Ada banyak panggilan tak terjawab, dan sebuah pesan masuk. Dari Rio.

"Telpon aku kalau kamu sudah ga sibuk" Bacanya.

*****

Rio tak bisa santai hari ini, ada banyak hal yang harus ia kerjakan. Namun malam ini, ia harus terpaksa meninggalkan semua pekerjaannya karena diusir oleh Iksan tepat jam lima sore. Laki laki itu terpaksa mematikan semua koneksi internet dikantor hanya untuk memastikan Rio pulang tepat waktu. Akibatnya, Rio harus mendengus kesal saat file yang belum disimpannya hilang begitu saja.

Sembari terus mengayuh sepeda melewati ramainya jalanan Bandung di Jumat sore, Rio terus memikirkan Naomi. Seperti bertanya tanya tentang hari hari Naomi. Semenjak perempuan itu bercerita soal bosnya dikantor, ia tidak lagi banyak mendengar kabar Naomi. Bahkan beberapa kali, ia hanya bisa mendapat ucapan selamat tidur tanpa ada bahasan lanjutan.

Dilewatinya sepasang kekasih yang sedang berjalan bergandengan tangan, membuatnya menjadi iri. Ia sudah banyak menahan rindu pada Naomi. Diperhatikannya sepasang kekasih itu dari spion sepeda, mereka membuat Rio tersenyum kecil. Rio tau, perempuan itu tak jauh beda dengan Naomi.

Sesampainya dirumah, Rio berusaha menghubungi ponsel Naomi namun tak diangkat. Berkali kali. Ia hanya bisa mengirimkan sebuah pesan singkat saat telponnya tak kunjung diangkat. Laki laki itu kemudian tertidur setelah dua jam menunggu.

Drrrtttt! Drrrrttttt!

Dimeja kerja milik Rio, ponselnya terus bergetar. Ada nama Naomi disana, sedang berusaha menghubunginya. Diam diam, didalam hati Rio terselubung perasaan rindu. Rindu pada Naomi, pada kedekatannya dahulu dengan Naomi.