webnovel

Bertemu Lagi

Sudah seminggu sejak Naya pulang ke Indonesia, saat ini Naomi adalah orang yang paling banyak dicari. Dan kini Naomi tau maksud Naya dulu, tentang hidup yang kini bukan lagi miliknya. Agenda Naomi sudah penuh setiap hari, dari mulai ia masuk jam kerja sampai pulang larut malam. Ponsel kerjanya tak berhenti berdering, sampai terkadang ia repot sendiri.

Saat pagi hari, seluruh dokumen yang harus disetujui telah menumpuk dimejanya untuk disusun dan diberikan pada Kubo, saat siang hari ia harus mengikuti Kubo untuk rapat diberbagai divisi, belum lagi saat sore hari ia masih harus mengerjakan seluruh jadwal Kubo yang telah dipesan oleh orang orang seantero perusahaan, serta pekerjaan pekerjaan tambahan seperti menerjemahkan dokumen atau melayani keperluan pribadi Kubo. Bahkan terkadang perempuan itu sama sekali tak punya waktu untuk sekedar menikmati coklat yang disediakan secara gratis didapur. Baru saja ia beranjak pergi dari mejanya, ponselnya akan terus bergetar atau telpon mejanya akan terus berdering. Membuat Naomi mendengus kesal sesekali.

Satu satunya yang perlu Naomi syukuri adalah karena kubo selalu membantunya, bahkan ketika mereka pulang Kubo selalu menyempatkan diri untuk mampir ke apartemennya untuk membantu Naomi. Upah Kubo tidaklah mahal, hanya makanan rumah yang selalu Naomi masak. Naomi juga seringkali memasak makan siang untuk Kubo. Khawatir jika laki laki itu tak sempat datang ke kantin dan mereka akan menikmati makan siang bersama diruangan Kubo.

Ada banyak gosip tersebar di kantor, terlebih saat orang orang tau bahwa apartemen Naomi sama dengan apartemen yang Kubo tinggali. Namun mereka semua tetap dapat bersikap profesional dan mengerti keadaan bahwa Naomi adalah orang yang akan paling sering berhubungan dengan Kubo atau Kubo perlukan. Sikap Naomi yang supel membantunya untuk bertahan dari pandangan pandangan buruk semua orang. Tak lupa, iapun memajang foto dirinya dan Rio diatas meja. Untuk sekedar menekankan bahwa ia sudah memiliki kekasih dan tak mungkin baginya untuk menarik hati Kubo.

"Korea?" Gumam Naomi saat melihat sebuah email masuk dari Kubo.

"Ah, dia merubah lagi jadwalnnya" Gerutu Naomi.

"Kenapa!" Keluhnya lagi.

"Kesallllll" Teriaknya.

Perempuan itu bangkit dari duduknya, ia mencetak tiket pesawat yang baru saja dikirimkan Kubo tanpa penjelasan lalu membawanya keruangan Kubo.

"Ini apa?" Tanya Naomi tegas.

"Besok kita akan berangkat ke Korea, ada hal penting yang tiba tiba harus dilakukan" Jawab Kubo santai.

"Besok jadwal kita sudah padat, dan tidak bisa dibatalkan. Ada satu rapat yang sudah ditunda selama dua minggu" Jelas Naomi.

"Batalkan semuanya" Singkat Kubo.

Naomi mendengus kesal, ia tidak suka dengan sikap Kubo yang semena mena dalam memasukkan jadwal. Padahal Naomi sudah menyusun jadwalnya jauh jauh hari. Mengatur ulang jadwal Kubo bukanlah hal yang mudah. Membutuhkan energi yang lebih untuk mengatur jadwal pertemuan dengan orang orang penting. Tapi Kubo malah mengabaikannya.

"Sudah kubilang ada satu pertemuan yang tidak bisa kita batalkan.. dia" ucap Naomi terpotong.

"Batalkan!" Potong Kubo tegas.

Naomi mengangguk, sembari merasa kesal didalam hati. Ia kemudian kembali ke kursinya. Mencoba menarik nafas dan mengatur emosi. Tak lama setelah mengatur ulang jadwal Kubo di esok hari, perempuan itu bergegas pergi kedapur dan membuat coklat hangat untuk dirinya sendiri.

"Naomi san, besok Kubo akan ke Korea ya?" Tanya seorang staf keuangan padanya.

"Iya, aku baru saja mendapat tiketnya" Jawab Naomi cemberut.

"Kamu pasti akan mengalami banyak hal sulit disana" Gumam perempuan itu.

"Kenapa?" Naomi penasaran.

"Cerita yang kudengar dari Naya, Kubo punya kebiasaan buruk yang tidak bisa dihilangkan. Ia tidak akan tidur, ataupun punya selera makan saat ada diluar negeri. Akan ada banyak pengawal yang mendampingi. Kabarnya, saat kecil Kubo pernah diculik saat berkunjung ke suatu negara. Dan itu membuat Kubo takut saat berkunjung ke negara lain" Jelas perempuan itu.

Naomi hanya mengangguk, ia kemudian kembali ke kursinya. Hari itu Naomi pulang malam karena banyak hal yang harus ia siapkan untuk esok. Belum lagi menghubungi klien yang sudah membuat janji esok hari. Ia batalkan semuanya.

"Sesuai perintah!" Gumamnya.

Saat ia pulang ke apartemen, ia hanya bisa mengutuki Kubo sampai merasa lelah. Sesekali ia masih meraung raung kesal karena kelakuan Kubo hari ini. Tapi tiba tiba ia beranjak dari kasurnya, mengambil sebuah sweater dan memencet bel apartemen kamar Kubo beberapa kali.

"Tunggu tunggu" Teriak Kubo dari dalam.

Naomi tersenyum lebar saat melihat Kubo cemberut karena kelakuannya. Akibat ulah usilnya, Kubo membuka pintu dengan rambut yang belum selesai disisir. Bahkan sebuah sisir masih menempel di kepalanya. Menyangkut dirambut Kubo yang kusut.

"Ayo makan, aku lapar" Ucap Naomi sembari menarik paksa Kubo dari kamarnya.

Kubo mengikuti Naomi dari belakang, sembari merapikan rambutnya yang kusut. Lengkap dengan kaos dan celana pendek. Malam hari, menuju musim dingin dipinggir jalanan kota. Beberapa orang yang lewat bahkan menatap kasihan pada Kubo karena laki laki itu kedinginan. Tapi Naomi suka melihatnya, hal ini adalah bentuk balas dendamnya atas kelakuan Kubo yang mengesalkan baginya.

"Nih pakai untuk menutup kaki kamu" Ucap Naomi saat mereka duduk.

"Dari tadi dong, dingin" Gerutu Kubo sembari meraih sweater milik Naomi.

"Kenapa harus pergi tiba tiba besok?" Tanya Naomi kesal.

"Baru dikasih tau tadi bahwa acaranya lusa. Jadi kita harus berangkat besok" Jawab Kubo.

"Acara apa?" Tanyanya lagi.

"Keluarga kami punya sebuah perusahaan di Korea, seluruh karyawan disana adalah mantan narapidana, setiap tahun dari anggota keluargaku pasti berkunjung kesana untuk mewakili pemilik perusahaan, dan tahun ini ternyata giliranku" Jelas Kubo.

"Jadi lusa itu acara amal?"

Kubo mengangguk, "Dulu, aku pernah diculik. Oleh seorang mantan narapidana, ia menculik untuk mendapatkan uang karena tidak memiliki pekerjaan setelah keluar dari penjara. Bertahun tahun mendekam dipenjara membuatnya buta akan dunia luar, bahkan dia berpikir bahwa lebih baik untuknya ada disana"

"Dipenjara dan menjadi buta akan dunia selamanya karena takut tak diterima dimasyarakat"

"Setelah kejadian itu, ayah banyak mengunjungi berbagai negara dan memutuskan untuk membuat perusahaan disetiap negara yang seluruh karyawannya adalah mantan narapidana. Untuk membantu mereka melanjutkan hidup dan kembali ke masyarakat. Itu kenapa acara ini sangat penting bagiku, aku ingin memberikan mereka padangan baru bahwa berada dipenjara seumur hidup mereka bukanlah jalan keluar yang baik" Jelas Kubo.

Naomi mengangguk angguk saat mendengar penjelasan Kubo. Ia mulai mengerti kenapa acara esok lusa di Korea menjadi sangat penting bagi laki laki itu. Pengalaman buruk selalu menjadi hal yang ditakuti oleh setiap orang. Tapi kali ini ia melihat sesuatu yang berbeda dari Kubo, laki laki itu lebih memilih untuk tidak menakuti pengalaman buruknya dan mengambil hal positif dari pengalaman buruk yang ia miliki. Naomi menjadi ingat soal seseorang, seseorang yang pernah ia temui dimasa lalu. Yang memiliki pengalaman yang sama dengan Kubo.

"Akankah dia juga bersikap seperti Kubo? aku berharap dia akan menjadi orang yang baik" pikir Naomi.

Diam diam, Kubo memperhatikan ekspresi wajah Naomi. Berharap perempuan itu akan menyadari siapa dirinya. Kubo berharap bahwa Naomi akan tau, bahwa laki laki yang dulu pernah dibantu oleh Naomi adalah dirinya. Namun harapan itu musnah setelah Naomi mengalihkan pembicaraan lalu kembali ke apartemen tanpa melanjutkan pembicaraan apapun.

*****

Apa yang dikatakan oleh orang orang di kantor benar, ada sekitar enam orang yang sudah menunggu Naomi dan Kubo dibandara saat mereka tiba. Enam orang, dengan pakaian serba hitam, tak lupa kacamata hitam dan tubuh yang tegap tinggi. Naomi tau, itu adalah penjaga khusus yang diminta oleh Kubo sehari sebelum keberangkatan.

"Harus sebanyak ini?" ucap Naomi saat melihat semua laki laki itu berjejer menjaga Kubo. Bahkan orang orang disana akan salah kira saat melihat penjagaan Kubo yang ketat. Mungkin mereka akan mengira bahwa Kubo adalah artis, atau orang penting.

Naomi yang tingginya sepadan dengan Kubo menjadi terkesan pendek saat harus dikawal oleh orang orang itu. Beberapa kali kakinya tersenggol oleh koper miliknya sendiri karena merasa risih dan terburu buru. Diseretnya dua koper, satu milik Kubo dan satu lagi miliknya. Sebenarnya itu tidaklah benar benar koper miliknya karena hampir semua barang barang didalam kopernya adalah milik Kubo.

Ia tersenyum kesal saat masuk kedalam mobil, "Ini harus banget sebanyak ini?" Tanya Naomi setibanya di Korea.

"Itu penjagaan wajib" Tegas Kubo.

"Diluar sana tadi, orang orang aneh ngeliatin kamu. Mereka pikir mungkin kamu artis atau apa"

"Sepertinya penampilanku hari ini juga ga buruk buruk banget. Aku cukup layak untuk dianggap artis"

"Males, artis aja ga seheboh kamu dikawal gitu"

"Biar, yang penting aku aman"

"Ga akan ada yang nyulik kamu disini, kamu bukan artis soalnya"

Perjalanan menuju hotel cukup jauh, rupanya perusahaan yang Kubo jelaskan ada di pinggir kota. Tidak terlalu besar, namun cukup luas untuk ukuran sebuah perusahaan yang dibuat atas dasar amal. Naomi bisa tau bahwa orang tua Kubo tidak hanya asal membuat sebuah perusahaan. Tapi mereka memikirkan dengan matang, tujuan dan hasil dari perusahaan tersebut. Amal yang kemudian membawa keuntungan lebih untuk mereka.

Perusahaan itu bergerak dibidang konveksi, jauh sekali dari bidang perusahaan yang Kubo kelola saat ini. Seluruh keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan dapat diakses oleh seluruh pegawai untuk membuat sistem yang transparan. Terlebih mereka juga akan menjelaskan berapa banyak keuntungan yang jatuh ketangan pemilik, keuntungan yang digunakan untuk memperbesar perusahaan dan keuntungan yang dibagikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk bonus setiap satu tahun sekali. Total ada sekitar dua ribu pegawai disana, dan semua adalah mantan narapidana. Terkecuali petinggi petinggi disana, karena mereka semua haruslah orang orang berpengalaman.

Karena perusahaan ini memang perusahaan yang diperhitungkan sebagai perusahaan amal, mereka mendapat perhatian lebih dari pemerintah Korea. Dan menerima beberapa sumbangan dari pemerintah Korea. Karyawan disanapun bisa dibilang tidak banyak menuntut, karena mereka sadar bahwa hanya perusahaan ini yang akan menerima mereka dan membantu mereka untuk menemukan tempat setelah bertahun tahun mendekam dipenjara.

Naomi menjadi penerjemah disana, mengikuti setiap langkah Kubo. Delapan jam setelah mereka tiba dan baru bisa beristirahat diruang tunggu.

Ssssppppppp!

Tiba tiba seluruh ruangan menjadi gelap, lampu lampu mati. Suara ramai orang orang berlarian kesana kemari untuk mencari tau penyebab dari mati listrik. Naomi berusaha pergi keluar ruangan untuk mencari tau dan meninggalkan Kubo yang sedang didalam kamar mandi. Baru beberapa menit kemudian, ia sadar bahwa Kubo tak kunjung keluar. Perempuan itu segera berlari keruangan tempat ia meninggalkan Kubo. Ia berteriak memanggil nama Kubo dan mencoba membuka pintu. Namun tak ada jawaban. Naomi menjadi semakin khawatir, ia memanggil beberapa pengawal dan meminta mereka untuk mendobrak pintu kamar mandi.

BRAKKKKK !

Setelah dua kali para pengawal berusaha mendobrak pintu kamar mandi, mereka akhirnya berhasil. Bersamaan dengan lampu yang menyala. Disana, disudut ruangan Naomi melihat Kubo sedang memeluk kedua kakinya dengan tangan. Kepalanya menunduk, bisa dilihatnya bahwa tangannya mengepal dan gemetar. Berada dikamar mandi, dengan keadaan gelap tanpa cahaya sekilas mengingatkan Naomi pada laki laki yang pernah ditolongnya ketika dulu. Ia segera membopong Kubo untuk berdiri, namun saat perempuan itu mencoba membantu Kubo memeluknya secara tiba tiba. Dengan tubuh yang basah, dan masih gemetar. Tiba tiba Naomi teringat dan tersadarkan. Bahwa Kubo adalah laki laki yang pernah ditemuinya dulu. Ia diam, membiarkan Kubo memeluknya erat karena ketakutan.

"Terima Kasih"

Hanya itu suara yang Naomi dengar dari suara Kubo yang payau. Setelah kejadian itu, Kubo dan Naomi kembali ke hotel. Naomi diam, tak berbicara sepanjang jalan. Sedangkan Kubo tidur terlelap dipangkuannya. Kubo sama sekali tak melepaskan genggaman tangannya. Setelah Kubo tertidur pulas, Naomi baru bisa memindahkan kepala Kubo pada bantal. Sebelum ia pergi ke kamar hotelnya, ia memandangi wajah laki laki itu.

Segaris senyuman muncul diujung bibirnya. Ia tidak menyangka bahwa takdir akan membawanya pada seseorang yang dulu pernah betemu dengannya. Seseorang yang Naomi pikir tidak akan pernah lagi ia temui.

"Kita ketemu lagi" Gumam Naomi.