webnovel

Alasan Sederhana

Saat itu dimasa lalu. 

Rio melambaikan tangannya sesaat setelah Naomi keluar dari kantornya. Perempuan itu berlari kearah Rio dan menyambutnya dengan senyum.

"Udah lama ?" Tanya Naomi.

"Daritadi" Jawab Rio sembari mencubit hidung Naomi.

"Awwwww" Teriak Naomi. 

Hari ini, minggu ketiga dibulan Desember. Tepat tanggal dimana mereka merayakan hari jadi mereka ditahun kelima. Ada banyak kebetulan diantara mereka, seperti tanggal lahir yang sama, dan tanggal mereka bertemu untuk pertama kali sama dengan tanggal lahir mereka. Semuanya seperti kebetulan, namun hal ini diyakini oleh Naomi bahwa mereka memang berjodoh. 

"Simpel ajasih, mungkin kita emang jodoh" Ucap Naomi saat itu.

Tidak ada yang Naomi harapkan dihari jadi mereka yang kelima, seperti tahun tahun biasanya Rio takkan pernah melakukan apapun dihari jadi mereka. Hari jadi ya biarlah hari jadi, hanya sebatas penanda lamanya hubungan mereka. 

Mengharapkan Rio datang dengan sebuah bunga, atau menyanyikan sebuah nyanyian romantis di kafe hanya angan angan belaka. Imajinasi yang terlalu tinggi, dan harapan yang akan sangat sulit terwujud.

"Malu lah" ucap Rio setiap kali Naomi meminta sesuatu dari Rio.

Naomi selalu merasa kesal setiap kali Rio mengucapkan hal itu, bahkan saat pergi ke kasir untuk membayar makanan atau memesan makanan, Naomi harus sukarela melakukan itu karena Rio yang selalu merasa malu. 

Masalahnya bukan pada fisik Rio, tapi pada pikiran Rio sendiri yang selalu tak percaya diri dan tidak adanya keinginan untuk memperbaiki sikap itu. 

Rio selalu berpikir bahwa semua sikap buruk itu baik baik saja dan tidak mempengaruhi apapun dikehidupannya, namun laki laki itu tak pernah menyadari bahwa hal itu yang semakin membuatnya terlihat jauh dari laki laki lain yang ada disekitarnya. Jika dibandingkan dengan laki laki lain dikelas ketika sekolah dulu, Rio cukup tampan. Namun jika dibandingkan dengan mantan mantan Naomi, Rio memang akan selalu kalah saing. Maklum, Naomi memang berasal dari Kota, dan begitulah gaya gaya mantan Naomi. Mulai dari anak nakal pembalap, osis incaran seluruh siswa di SMP, ketua PMR, dan tak tanggung tanggung seorang anak konglomerat yang jadi idola seantero sekolah pernah mengincarnya. 

Jawaban yang paling logis saat ia harus menjawab alasannya memilih Rio hanya satu, hanya Rio yang mampu mengalahkan Naomi. Naomi bukan perempuan biasa, ia dikenal pintar disegala bidang saat sekolah. Hampir tiga tahun berturut turut ia juara kelas, namun semua itu tak berarti saat Rio menang hanya satu poin dari dirinya. Awalnya Naomi berpikir mungkin ini hanya sebatas hubungan SMA dan berpisah saat mereka sudah saling keluar dari ruang lingkup sekolah. Namun hubungan itu berlanjut meski telah pisah berkali kali. 

"Aku suka kamu" Bisik Naomi ditelinga Rio.

"Aku suka, suka suka suka suka suka suka sama kamu" Ulang Naomi. 

Rio masih diam dan fokus mengendarai motornya.

"Inget ngga ini tanggal berapa?" Tanya Naomi.

"Inget" Jawab Rio singkat. 

"Terus, mau kemana kita?" Tanya Naomi lagi.

"Nonton?" 

"Boleh"

Dan Naomi pun disana, duduk dengan tubuh yang menyender dikursi. Sembari tangan kirinya yang digenggam. 

"Nao, lagi apa?" Tanya Rio diujung telpon menyadarkan Naomi dari lamunannya.

Pertengkaran mereka sudah selesai sejak dua hari lalu saat Hana ikut campur dalam perbincangan mereka. Seperti biasanya, setelah bertengkar hubungannya dengan Naomi akan lebih erat.

"Aku baru selesai masak, sekarang lagi mau makan sambil nonton TV, kamu lagi apa?" Tanya Naomi balik.

Rio memandang sekeliling kamarnya, sudah dua jam ia terbaring diatas kasur dan merasa bosan karena tidak ada yang bisa ia kerjakan lagi. Semua pekerjaanya sudah ia habiskan sebelum waktu liburan. 

"Tiduran aja" Jawabnya singkat.

"Sini, peluk" Canda Naomi.

"Gabisa jauh, minggu depan aja. Kan deket" Jawa Rio lagi.

"Minggu depan?" 

"Iya"

"Minggu depan?"

Rio terdiam sejenak, ia baru menyadari bahwa ia belum memberitau hal penting ini pada Naomi.

"Eh aku belum ngomong ya?" Tanya Rio sigap.

"Belum" Jawab Naomi sembari menggelengkan kepalanya.

"Minggu depan kan kita ada rapat lagi, kali ini Iksan, aku, sama Naya yang akan ke Jepang" Jelas Rio. 

"Serius?" Tanya Naomi semangat. Senyuman mengembang diwajahnya kali ini. 

"Beneran" Jawab Rio meyakinkan. 

"Yeayyyyyy" Teriak Naomi. 

"Kamu udah baikan?" Tanya Rio tiba tiba.

"Udah Ri, kata dokter aku ga apa apa. Tapi aku ngerasa badanku nggak banyak berenergi sekarang. Kaya gampang cape dan lemes aja gitu" Jelas Naomi.

"Kamu udah tes?" Tanya Rio lagi.

"Tes apa ?" Naomi kebingungan dengan pertanyaan Rio.

"Test kehamilan Nao" Jelas Rio.

"Ihh enggaklah, ga mungkin juga. Itukan udah setaun yang lalu. Kalaupun iya, mungkin aku udah melahirkan sekarang" Gerutu Naomi.

"Hahahah iya juga yah" Rio tertawa.

"Ri" Gumam Naomi pelan.

"Hhhhm, kenapa?"

"Kamu kenapa si suka sama aku?" Tanya Naomi. 

"Hmmmmmmmmmm" Nada panjang itu terdengar dari Rio. Ia sedang berpikir alasan kenapa ia menyukai Naomi. 

"Kenapa ya, menurut kamu kenapa?" Tanya Rio kembali.

"Ya kamu, kenapa. Pasti karena aku cantik kan?" Goda Naomi.

"Kamu cantik ya? ya deh iya udah, karena kamu cantik" Ucap Rio. 

"Ihh beneran" Omel Naomi.

"Hmmmmmmmmmm" Kali ini Rio memutar mutar matanya. Ia benar benar berpikir keras. 

"Emang kalau suka harus ada alesan kenapa ya?" Tanya Rio lagi.

"Ihhh males, lama banget jawabnya. Udah ditanya malah nanya balik. Udah ah, aku mau makan dulu" Gerutu Naomi.

"Iya yaudah, nanti telpon lagi ya"

"Iya"

Setelah panggilan itu terputus, Rio masih tetap berbaring diatas kasurnya. Ia memandangi langit langit kamar. Mengingat kembali masa masa ketika ia pertama kali bertemu Naomi. 

Sejujurnya, sejak pertama kali melihat Naomi Rio tak langsung suka pada perempuan itu. Baginya, perempuan itu terlihat aneh. Naomi selalu membawa tas besar, dengan jalan yang menunduk kebawah seolah sedang mencari sesuatu. Iapun jarang tersenyum, bahkan beberapa kalipun ia melihat kearah perempuan ini, belum sekalipun dalam enam bulan ia melihat perempuan ini tersenyum. 

Meski Naomi terkenal karena datang dari kota, Rio malah melihat Naomi sebagai perempuan yang sombong. Karena ia tak banyak menyapa orang lain. Bahkan Rio yakin, mungkin Naomi sama sekali tak menyadari bahwa Rio satu kelas dengannya. Sampai suatu hari, Rio mulai sering memperhatikan Naomi. 

Setelah lama memperhatikan Naomi, Rio justru menjadi semakin tertarik pada Naomi. Perempuan yang terlihat aneh itu sebenarnya unik, senyumnya pun ternyata lebih terlihat ramah pada siapapun yang berpapasan dengannya, mungkin tak terlihat karena ia lebih sering menunduk saat jalan dan menulis saat dikelas. Dan, kesan sombong karena tak menyapa sebenarnya adalah rasa malu dan canggung karena tak faih berbahasa daerah. 

Tapi untuk hal ini, Rio tak salah. Pikirannya benar. Baru setelah lebih dari satu semester Naomi menyadari bahwa Rio satu kelas dengannya. Itu karena Rio seperti tak terlihat dikelas. Ia bergabung dengan kelompok perempuan dan laki laki yang ada diujung kanan belakang kelas. Dan sifatnya yang pendiam juga membuat 

Naomi tak tau siapa Rio. Mungkin mereka sama sama menunduk saat seringkali berpapasan. Rio mulai menyukai Naomi tak lama setelah mereka berkenalan, bagi Rio ternyata Naomi adalah perempuan yang ramah. Tak jarang Naomi menyapa setelah mereka kenalan. Awalnya Rio hanya iseng mengirim pesan pesan broadcast dari temannya. Namun pesan itu direspon oleh Naomi. Dan begitu hubungan mereka dimulai. 

Bahkan sampai saat ini, jika Rio harus menjawab alasan kenapa ia menyukai Naomi. Mungkin ia perlu waktu lama agar dapat menjawabnya. Karena ia sendiri tak tau, untuk alasan apa ia terus menyukai Naomi, terus ingin menemuinya setiap saat, dan ingin mempertahankannya. Yang ia tau adalah, bahwa ia suka. Ia suka, meski bahkan hanya mengingatnya saja.