webnovel

A Cheng, Tentu Saja Aku Mencintaimu

Traductor: Wave Literature Editor: Wave Literature

Aroma dingin yang samar melingkupi bagian dalam mobil Maybach milik Bo Yucheng.

Bo Yucheng memegang setir kemudi sambil menggosok ujung jarinya dengan ringan. Dari sudut matanya, dia melirik gadis yang duduk di kursi penumpang. "Apa kamu merasa kasihan?"

Pipinya tampak sedikit pucat dan dingin.

Mungkin rasa sakit di punggungnya ketika dia baru saja memukul Shao Mingzhe yang membuatnya terlihat kurang tajam saat ini.

"Iya."

Mendengar jawaban yang sudah dia duga, Bo Yucheng pun menggenggam kemudi dengan erat untuk menahan kecemburuan yang membara di hatinya.

Dari awal, seharusnya dia sudah menduga bahwa bagaimanapun juga, Shi Qinglan tidak akan pernah membiarkan dirinya menyentuh Shao Mingzhe, apalagi memukulnya hingga babak belur.

Shi Qinglan menggembungkan pipinya. Dia menoleh pada pria berwajah kaku di sebelahnya. Bibir merahnya sedikit melengkung membentuk senyuman kecil. "Tentu saja aku merasa kasihan padamu."

Sorot mata Bo Yucheng seketika membeku mendengar kata-kata Shi Qinglan.

Dia mengangkat pandangannya dan menatap Shi Qinglan melalui kaca spion. Gadis itu tersenyum manis dan tampak begitu mempesona, tetapi kemudian senyumnya tampak tertahan.

"Apa ada yang salah dengan lukamu?"

Setelah mendengar pertanyaan gadis itu, hati Bo Yucheng langsung merasa melembut. Shi Qinglan memegang tangannya yang berada di atas setir. "Tanganmu sangat dingin. Apa lukanya terbuka lagi?"

Shi Qinglan sedikit mengernyitkan alisnya. Tatapan matanya penuh kekhawatiran, dan samar-samar dapat terlihat ketegangan dari raut mukanya.

Hati Bo Yucheng dipenuhi dengan semangat yang menggebu-gebu dan kegembiraan yang luar biasa!

Bahkan rasa sakit akibat luka di punggungnya yang terbuka itu hampir sepenuhnya tergantikan oleh kekhawatiran Shi Qinglan.

Dia segera menggenggam tangan Shi Qinglan. Jari-jarinya yang ramping menyelinap ke celah di antara jari-jari Shi Qinglan, yang juga membalas genggamannya. "Tidak."

Dia lebih memilih untuk berbohong karena tidak ingin membuat istrinya mengkhawatirkannya.

Ujung bibirnya sedikit melengkung. Dia mengemudi dengan satu tangan memegang setir kemudi. "Kalau sampai aku melihat dia berani mengganggu Lan Lan lagi, aku akan langsung menghajarnya tanpa ampun."

"Baik." jawab Shi Qinglan sambil tersenyum. Kini senyumannya tampak semakin membingungkan.

 ...

Paviliun Air Qinglan.

Sebuah vila berdiri sendiri di atas lapangan hijau yang sangat luas. Bo Yucheng meraih bahu gadis itu, memeluknya dengan lembut dan berjalan bersama ke area villa. Samar-samar, tampak bayangan membentang yang sangat panjang oleh cahaya senja.

"Jika kamu butuh bantuan untuk masalah Shen Ruxue, katakan saja padaku."

Setelah mendengar ini, bibir merah Shi Qinglan sedikit melengkung, dan senyuman licik muncul di matanya yang cerah.

"Mengapa repot-repot menghabiskan begitu banyak tenaga untuk melakukan hal-hal tak berguna seperti itu? Aku dapat menyelesaikan semuanya." Shi Qinglan sedikit mengangkat dagunya, terlihat angkuh dan percaya diri.

Bo Yucheng menatapnya dengan mata yang dalam, lalu dia menghentikan langkahnya.

Dia semakin serakah atas bakat luar biasa yang dimiliki Shi Qinglan. Saat yang paling indah dalam hidupnya adalah ketika mereka bertemu sebagai kekasih masa kecil.

Namun, gadis itu terlalu dalam menyembunyikan dirinya yang sebenarnya.

Dia sudah tidak melihatnya pemandangan ini untuk waktu yang lama. Mata yang jernih dan mempesona itu bersinar terang lagi, serta seluruh tubuhnya mengeluarkan ketajaman alami.

"Lan Lan…"

Bo Yucheng mengangkat pipi gadis itu dengan telapak tangan yang besar. Matanya berangsur-angsur terasa panas. Ujung suaranya terdengar penuh kasih sayang dan perasaan tersentuh.

Shi Qinglan memandangi Bo Yucheng. Bayangan di bawah lampu berangsur-angsur tumpang tindih dan mencerminkan pemandangan paling indah di depan vila.

 "..."

Gadis itu perlahan menutup matanya. Dia reflek mengangkat tangannya dan menyentuh punggung pria itu, tetapi tiba-tiba tangannya terasa sedikit hangat dan lengket. Shi Qinglan pun segera menarik diri dari pelukannya.

"Bo Yucheng!" teriak Shi Qinglan dengan kesal.

Dia mengerutkan kening, lalu berjalan ke belakang pria itu. Dia melihat kemeja putih itu sudah merah berlumuran darah.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau lukanya sudah robek!" Alis gadis itu mengernyit, dan mulutnya terus menggerutu.

Alis Bo Yucheng juga berkerut tanpa jejak.

Mungkin karena merasa terlalu senang, Bo Yucheng sampai melupakan lukanya. Sialnya, kini dia malah ketahuan oleh Shi Qinglan