webnovel

karena sebuah mimpi

amira dan adi dipertemukan karena sebuah perbedaan yang saling melengkapi, dan harus berpisah karena sebuah mimpi. setelah mengukir begitu banyak cerita indah bersama selama 3 tahun lamanya mereka harus mengakhirinya demi masa depan yang lebih baik.

Vera_wayong · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
9 Chs

kedua

"wahhhh kok keren banget sih jam tangan kamu ra. beli dimana?kayaknya aku ngga pernah liat deh yang kayak gini.modelnya kayak antik gitu."

ujar clara setelah melihat jam tangan yang kukenakan. gadis blasteran ini memang suka sekali mengoleksi jam tangan. itulah sebabnya ia sangat antusias melihat jam tangan baruku.

oh ya, sekedar informasi. clara adalah sahabat kecil aku. kita udah sama sama dari umur 5 tahun. rumah kita juga bersebelahan. jadi kita sering menghabiskan waktu bersama.

"ini hadiah dari om andra,sahabat papa aku. mereka baru pindah dari bandung.orangnya baik banget loh clar."

seruku antusias.

"ia sih keliatan banget.soalnya banyak banget hadiah buat kamu nih.kayaknya harganya ngga murah deh ra."

"emmm.aku juga mikir gitu sih.semuanya limited edition."

seruku sembari merapikan kembali barang barang pemberian om andra ke dalam lemari.

ada baju,tas,sepatu,topi dan masih banyak lagi.

"eh anaknya om Andra tuh cewe apa cowo?"

tanya clara penasaran.

"cowo."

"cakep ngga?"

"biasa aja sih."

"yayaya, seharusnya aku ngga nanya. jawaban kamu pasti sama. mau cogan atau engga sama aja di mata kamu. heran deh."

ujar clara sembari bangkit dari sofa dan berjalan menuju tempat tidur.

"eh iya.kemarin tuh ada yang aneh tau ngga clar."

bisa kulihat clara tidak berminat mendengarkan ocehanku.dia tidak merespon tetapi lebih memilih memainkan ponsel pandanya sambil berbaring.

"kamu denger ngga sih clar?"

tanyaku kesal.

"hmmm.lanjutin aja, aku denger kok."

"kemarin tuh aku ketemu sama anaknya om Andra kan, terus mukanya tuh ngga asing banget."

kali ini ia mulai mendengarkanku.ia meletakkan ponselnya di atas nakas, kemudian tidur menyamping dengan tangan kiri menopang kepalanya.

"ngga asing?emang udah pernah ketemu sebelumnya?"

"engga secara langsung."

"maksudnya lewat mimpi?"

"iya".

"masa?"

"serius"

"bodo"

kali ini aku ingin sekali menjambak rambut panjang berwarna hitam gelap, milik gadis blasteran belanda itu.sungguh menyebalkan.

"bisa serius ngga sih clar?aku udah semangat mau cerita nih."

"iaia sorry.ayo lanjutin aku penasaran banget sama pertemuan dramatis lewat mimpi itu."

ujarnya sembari menahan tawa.

"jadi, kemarin aku tuh mimpi ketemu sama cowo di koridor sekolah.tapi kondisinya memprihatinkan banget.mukanya penuh luka.terus darahnya ngga berhenti mengalir dari luka lukanya.seragamnya berantakan banget."

jelas ku panjang dan berhasil membuat clara mengerutkan kening bingung.

"terus?"

"mukanya tuh persis kayak muka adi. awalnya aku ngga nyadar gitu pas ketemu sama dia kemarin.tapi ngga tau kenapa tiba tiba aku keinget gitu loh sama mimpinya."

"kalau mimpinya udah berkali kali dan..."

"emang berkali kali."

potongku cepat.

"mimpi yang sama?ketemu adi dengan kondisi yang sama?"

aku mengangguk lagi.

"kalau gitu sih namanya bukan kebetulan lagi ra.itu sih udah takdir."

"maksud kamu jodoh?"

kali ini ia yang mengangguk.

"kemungkinan kamu ditakdirkan buat dia deh.karena kamu selalu nemuin dia dalam kondisi yang sama.mungkin kamu yang bakal jadi guardian angel gitu buat dia"

lanjutnya sembari tersenyum.antara meledek dan memuji.

"kok lebay?aku sih ngga percaya sama yang gituan.masih mikir kebetulan aja."

"ya ampun nih anak. karung mana karung?nyebelin banget deh.kalau yakin cuma kebetulan ngapain nanya nanya?imajinasi hebat aku kebuang percuma, kebiasaan banget."

aku sedikit terkekeh melihat raut wajah clara yang sudah berubah kesal itu.ia seperti ingin menerkam ku saat itu juga, tapi menahannya karena aku satu satunya sahabat yang ia punya.

"eh btw endingnya aku mati ketusuk pisau pria misterius."

tambahku, membuat clara mau tidak mau kembali berimajinasi untuk membuatku puas karena sudah mau didengarkan.

"kayaknya kalian bakal pisah karena sebuah alasan yang mengerikan."

"ngasal aja kalau ngomong"

balasku sembari terkekeh.