webnovel

Karang Yang Terkikis

Ceara malvina seorang siswa berusia 18 tahun dan seorang anak tunggal di keluarganya sejak dia kehilangan sang adik saat masih berada di dalam kandungan mamanya, ara adalah panggilan sehari-harinya. Dia bersekolah di SMK swasta jurusan sekretaris sekaligus atlet voli junior yang karir nya mulai melonjak naik, ara seorang gadis yang periang dan baik hati sehingga dia mempunyai banyak teman selain banyak teman ara juga punya kekasih seorang mahasiswa di universitas ternama dan sang papa pun sangat menyayanginya namun berbeda dengan sang mama yang matrealistis, egois, keras kepala dan terkadang suka merendahkan orang. Setelah kelulusan ara sang mama langsung menjodohkan ara dan memaksanya menikah dengan pria misterius pilihan mamanya yang tidak ara kenal sama sekali, namun apa daya Ara yang tidak bisa menolak atau pun melawan mamanya dengan berat hati ara terpaksa harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, melupakan dan mengubur semua cita-cita yang ingin menjadi pramugari dan atlet voli profesional, lalu menikah dengan pria tersebut. Namun pernikahannya tidaklah berjalan bagus, setiap hari ara harus menghadapi hinaan dan kekerasan dari suaminya bahkan kehidupan pernikahannya lebih mirip neraka, bahkan setelah menjalani 3 bulan menjalani kehidupan pernikahannya, ara harus menerima kenyataan bahwa suaminya adalah anggota pemberontak pemerintah dengan nama organisasi A.C.M lalu dapatkah ara keluar dari siksaan batin suaminya?? dan dapatkan ara lepas dan bebas dari pernikahannya?? atau malah terjebak seumur hidup di pernikahannya??

Black_Rose_6050 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
51 Chs

Perasaan aneh ara

Semenjak kedatangan dewi tadi siang ara berubah menjadi murung bahkan makan siang pun tidak dia seperti kehilangan separuh jiwanya, dinda yang bertugas merawat ara terlihat cemas dengan kondisinya saat ini dia berinisiatif mengajak ara jalan-jalan. Dinda masuk ke ruangan ara sambil membawa kursi roda "Ara..kok melamun, kita jalan-jalan yuukk mungkin ke cafe di bawah.. siapa tau dengan aku bawa kamu kesana nafsu makan kamu muncul." Sambil tersenyum hangat dan membantu ara ke kursi rodanya "ya kak mungkin ini yang ara butuhkan jalan-jalan..hehehhehe." sambil memaksakan senyumannya.

Setibanya di cafe dinda dan ara memilih menu lalu duduk di meja yang bertema garden tetapi tetap di dalam cafe, seketika wajah ara kembali ceria "ara maafin aku tadi tidak sengaja aku mendengar perdebatan antara kamu dan mama kamu." "Ya kak, gak apa-apa justru ara yang harus minta maaf karena udah buat keributan." Ara lalu menunduk sambil menangis "Heeyyy..jangan menangis donk adik cantik, nanti dokter alex jadi sedih..hahahahaha." goda dinda dan membuat wajah ara Semerah tomat.

Makanan pun datang dan mereka makan dengan lahap sambil bercanda karena Dinda tipikal wanita yang periang dan ceria sangat cocok dengan ara dia juga adik sepupu dari alex, sambil menunggu ara selesai makan tidak lupa dinda mengirim pesan ke alex terkait dengan ara dan menanyakan jam berapa datang ke rumah sakit. Setelah selesai makan dinda berusaha melakukan pendekatan untuk mengetahui apa yang terjadi "ara coba cerita ke kakak apa yang terjadi." Sambil meminum cappucinonya ara lalu menceritakan tanpa segan "kak..mama masih saja bertekad untuk menikahkan aku dengan kenalannya itu, padahal masih ada impian yang harus aku raih." Wajah ara berubah sendu "lalu apa kamu sudah menolak??" "Pasti kakak sudah lihat kemarin, semakin aku menolak..mama semakin memaksaku bahkan mengancamku." "Ya ampun benar-benar keterlaluan ya mama kamu itu." Sahut dinda dengan emosi "ya kak..mama terlalu gila harta kak, mama berpikir aku akan bahagia jika hidupku berkecukupan." "Harta dan materi yang berlimpah tidak akan menjamin kebahagiaan seseorang." "Kakak pasti lihat kemarin..bahkan bang wandi bersujud di kaki mama..tetap tidak menggoyahkan pendirian mama." "Terus apa yang akan kamu lakukan sekarang??" "Aku terpaksa menerima apa yang mama mau kak, mungkin saat ini hidupku akan hancur karena impianku menjadi pramugari dan atlet voli profesional kandas..hikss..hikss.." Ara kembali menangis.

Di cafe wandi terlihat frustasi karena penghinaan yang dia dapat dari dewi karena itu sangat menyakitinya bahkan wandi bertekad untuk membalas penghinaan dewi, pintu ruangan kerja terbuka dan dia melihat deri datang "sorry bro gue telat..tadi gue harus mengantar dira dulu ke mall beli baju karena dia masih takut pergi sendiri." "Ya gak apa-apa..gue juga baru nyampe." "Gue turut prihatin dengan apa yang menimpa loe saat ini, tapi ini udah kelewatan..sumpah ini di luar ekspektasi gue, bagaimana bisa orang tua apa lagi dengan status seorang ibu punya sifat yang seperti itu." "Gue juga shock dan saat ini gue sakit hati banget sama mamanya ara." "Tapi kok ara kuat ya dengan sifat mamanya, padahal ayahnya ara itu orang baik lho." "Gue bertekad akan membalas semua rasa sakit yang gue dapat hari ini, suatu saat nanti." "Ya bro bagus..loe buktiikan ke mamanya ara kalau loe bisa sukses, gue dukung loe." Ujar deri dengan semangat lalu memesan minuman untuk mereka berdua.

Tidak terasa sore menjelang tanpa ara dan Dinda sadari ada yang mengawasi mereka dari jauh, tiba-tiba alex datang ke cafe dan langsung duduk di samping ara "lho mas alex kok datang lebih awal?? Bukan nya mas shift malam untuk seminggu ke depan ya." "Ya terserah aku lah din." Sambil meminum es dinda "ya deh yang punya rumah sakit, tapi jangan minum es aku juga lah..pesen sendiri mas." Sahut dinda sambil memasang muka masam "hahahhahahahaaa..kak alex sama kak dinda kalau berantem lucu kaya anak kecil." Ara tertawa renyah melihat kelakuan alex dan dinda yang membuat alex bengong melihatnya "kamu kalau tertawa makin cantik ra..hehehee." goda alex dan sontak membuat wajah ara memerah "duuhh.. perasaan apa ini kok aku jadi deg..deg kan saat kak alex tersenyum padaku." Batin ara sambil salah tingkah.

Alex kemudian memesan minuman lagi dan sekalian mengajak kedua wanita tersebut makan malam, dan di sela obrolan renyah mereka bertiga alex mengetahui ada yang mengawasi mereka lalu alex segera menghubungi orang kepercayaannya dengan mengirim pesan "segera ke posisi berjaga karena aku melihat mata-mata sedang mengawasi kami." Lalu alex pergi ke luar sebentar untuk menghubungi wandi "halo wandi saya dokter alex, tolong kalian di sana berhati-hati karena calonnya ara semakin gencar menyerang." "Baik dok..terima kasih untuk informasinya kami akan lebih berhati-hati." Lalu alex memutuskan sambungan telponnya dan masuk lagi ke dalam.

Makanan pun tiba lalu mereka bertiga makan malam bersama tidak lupa alex menunjukan perhatiannya ke ara, dinda pun tersenyum sambil menggoda alex "mas masa ara aja yang di perhatikan, berasa jadi nyamuk deh." "Ara ini kan pasiennya mas wajar mas perhatian, emang kamu pasien??" "Pasien spesial ya mas..hehehehehe.." goda dinda dan membuat wajah ara serta alex merah seperti tomat sehingga membuat mereka berdua salah tingkah.

Setelah menyelesaikan makan malam mereka bertiga kembali tidak lupa dinda melanjutkan tugasnya yang ambil long shift karena temannya sedang cuti 3 hari dan akan selesai jam 9 malam sedangkan alex bertugas untuk shift malam, kemudia alex mengambil alih kursi roda ara dan mendorongnya ke lantai atas lalu mereka bertiga jalan bersama. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan mereka sudah tiba di lantai atas dan membantu ara untuk naik ke tempat tidurnya l, lalu secara bersamaan terdengar notifikasi pesan dari ponsel ara dan alex "selamat malam dokter alex, gimana dengan kondisi ara?? Tanya Arifin "Ara lebih baik om tadi udah mau makan." "Dok jangan lupa dengan rencana kita ya, karena Minggu depan pernikahan akan dilaksanakan." "Baik om kita akan lakukan setelah pernikahan selesai, karena orang suruhan saya mesih berusaha mencari identitas dari pria itu..mohon bersabar om." "Baiklah nak alex..tolong jaga Ara..terima kasih untuk bantuannya." Setelah selesai membalas pesan arifin, lalu alex melihat ara yang menangis dalam diam dan membuat alex khawatir "ara ada apa?? Kenapa menangis??" Seketika ara memeluk alex "bang wandi memutuskan hubungan dengan ara kak..hiks..hikss..tolong biarkan ara memeluk kakak." Ara menangis sejadinya, alex memeluknya dengan hangat dan mencium puncak kepala ara "kenapa wandi tega sekali menyakiti ara." Batin Alex.

Di saat alex memeluk ara dengan erat di dalam hati ara merasakan perasaan aneh, perasaan nyaman dan tenang bahkan ara sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Di tempat lain pria asing itu mengambil gambar mereka berdua sedang berpelukan dan mengirimnya ke rahman, dan segera menghubungi anak buahnya itu "halo bos..sudah lihat gambar yang saya kirim??" "Dokter itu sudah mulai berani ya mendekati calon istriku, beri dia pelajaran kecil dan ingat lakukan saat jam kosong." "Baik bos." Lalu sambungan telpon terputus.