webnovel

Karang Yang Terkikis

Ceara malvina seorang siswa berusia 18 tahun dan seorang anak tunggal di keluarganya sejak dia kehilangan sang adik saat masih berada di dalam kandungan mamanya, ara adalah panggilan sehari-harinya. Dia bersekolah di SMK swasta jurusan sekretaris sekaligus atlet voli junior yang karir nya mulai melonjak naik, ara seorang gadis yang periang dan baik hati sehingga dia mempunyai banyak teman selain banyak teman ara juga punya kekasih seorang mahasiswa di universitas ternama dan sang papa pun sangat menyayanginya namun berbeda dengan sang mama yang matrealistis, egois, keras kepala dan terkadang suka merendahkan orang. Setelah kelulusan ara sang mama langsung menjodohkan ara dan memaksanya menikah dengan pria misterius pilihan mamanya yang tidak ara kenal sama sekali, namun apa daya Ara yang tidak bisa menolak atau pun melawan mamanya dengan berat hati ara terpaksa harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, melupakan dan mengubur semua cita-cita yang ingin menjadi pramugari dan atlet voli profesional, lalu menikah dengan pria tersebut. Namun pernikahannya tidaklah berjalan bagus, setiap hari ara harus menghadapi hinaan dan kekerasan dari suaminya bahkan kehidupan pernikahannya lebih mirip neraka, bahkan setelah menjalani 3 bulan menjalani kehidupan pernikahannya, ara harus menerima kenyataan bahwa suaminya adalah anggota pemberontak pemerintah dengan nama organisasi A.C.M lalu dapatkah ara keluar dari siksaan batin suaminya?? dan dapatkan ara lepas dan bebas dari pernikahannya?? atau malah terjebak seumur hidup di pernikahannya??

Black_Rose_6050 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
51 Chs

Menghilangnya ara

Semakin hari tingkah silvia makin menjadi bukan karena status ara sebagai istri muda suaminya tetapi karena ara lah yang saat ini mengisi hati alex sehingga membuat dia tersingkir dari hidup alex bahkan keberadaannya tidak dianggap olehnya, saat ara tengah bersiap untuk ke cafe silvia menghampirinya ke kamar lalu dari belakang silvia menarik rambutnya hingga dia terjatuh ke lantai "aakkhh..sakit mba." "Dasar perempuan j****g." "Apa salahku mba..hikss..hikss.." "Heh..kamu sudah merebut alex dariku, masih bertanya lagi!!!" Plaaaakkk..sebuah tamparan mendarat di pipi mulus ara hingga membuat tanda merah di pipinya, lalu dewi tiba di mansion ara dan dia tidak sengaja mendengar keributan di kamar anaknya lalu bi lela menghampirinya "Untung nyonya cepat datang." "Ada apa bi??" "Nyonya cepatke atas tolong nyonya muda, karena saat ini nyonya pertama sedang menyiksa nyonya muda." Dewi terkejut mendengar perkataan bi lela lalu dia segera berlari menuju kamar ara dengan amarah yang siap meledak dengan diikuti oleh bi lela di belakangnya.

Saat sudah di depan pintu dewi mendengar jeritan dan tangis putrinya lalu dia membuka pintu dengan kasar, apa yang dia lihat sangat mengiris hatinya saat ini karena di depan matanya ara putri semata wayangnya di pukul oleh istri tua menantunya "Apaaa yang kau lakukan pada anakku!!" Silvia yang kaget langsung menegang karena melihat sorot mata ibu mertua suaminya yang siap menerkamnya, dewi berjalan mendekati silvia yang tengah berdiri di depan ara lalu plaaaakkk..satu tamparan dia dapatkan dari dewi "Ini baru peringatan kecil untukmu!!! Jika aku tahu kau menyakiti putriku lagi maka aku tidak akan segan!! Ingat itu!!!" Ancaman dewi berhasil membuatnya pergi dari kamar ara, dan dia segera memeluk ara kemudian membawa ara keluar dari mansionnya.

"Hikss..hikss..mama..ara tidak kuat lagi." Dewi yang melihat anaknya seperti itu dia merasa tidak tega lalu dia segera memutar arah mobilnya menuju rumah alex untuk menitipkan anaknya karena tidak aman jika ara harus tinggal di rumahnya saat ini, ara kaget kenapa mamanya membawa ara ke mansion alex lalu saat di dalam mereka di sambut oleh dinda "Astaga tante..ada apa ini??" "Dinda..tolong bilang sama alex..tante titip ara selama beberapa hari." "Tapi tan..ini kenapa ara terluka." "Panjang ceritanya nanti malam tante ke sini lagi sambil bawa baju ara." "Baik lah tan..ara akan aman di sini." Setelah menitipkan di rumah alex Dewi pulang ke rumahnya untuk mengurus suaminya walaupun saat ini ada dira dan alex tetap saja ini sudah menjadi kewajibannya.

Dinda mengajak ara menuju kamar tamu yang berada di ruang bawah sebelah perpustakaan, lalu dinda mengobati lukanya dengan penuh kelembutan tanpa disadari air mata dinda menetes di pipinya hatinya merasa sakit melihat ara yang dia sudah anggap seperti adiknya sendiri "Sakit dek??" "Sedikit kak..kenapa kak dinda menangis??" "Gak apa-apa ra." "Ya udah aku ke dapur dulu ya..kamu istirahat aja." Dinda di bantu bi inah membuat makanan, kemudian alex kembali dengan wajah khawatir karena dia sudah bertemu dewi dirumahnya dan dia sudah menceritakan semua yang terjadi pada ara pagi ini. Semua orang yang berada di mansion tampak takut untuk menyapa alex dengan wajah yang penuh dengan amarah dia menuju ke kamarnya, dia melempar tasnya ke sofa kemudian menghubungi anak buahnya untuk mengurus silvia.

Sore hari ara bangun dari tidurnya lalu dia melihat ponselnya ternyata suaminya dan silvia menghubunginya beberapa kali ara mencoba untuk mengabaikannya tetapi tidak lama kemudian ponselnya berdering dan dia lihat rahman menghubunginya tapi dia tolak panggilannya "Silvia pastisudah bicara yang macam-macam padanya." Gumamnya dalam hati lalu ara mematikan ponselnya, terdengar pintu terbuka ternyata alex yang datang sambil tersenyum dia berjalan menghampiri ara di tempat tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur "Maafin aku ra..karena gak bisa melindungi kamu hari ini." "Kak..tidak perlu seperti itu ya, ini bukan salah kak alex." Lalu ara memeluk pria itu dan alex melonggarkan pelukannya kemudian membelai pipi ara, mereka saling menatap satu sama lain tanpa sadar alex mencium bibir merah ara dengan lembut tapi dalam ara tekejut dan dia bingung harus berbuat apa lalu alex menghentikan kegiatannya itu sambil tersenyum "Ini first kiss kamu ya sayang." "Ya kak..hehehehe." seketika wajah ara merah merona bagaikan tomat dan alex pun tertawa melihat tingkah kekasihnya itu.

Rahman  marah besar karena ara tiba-tiba tidak bisa di hubungi lalu saat dia ke rumah mertuanya yang dia dapat hanyalah jawaban tidak tahu dari mereka, tentu saja itu membuat rahman frustasi karena ulah ara sedangkan silvia saat ini dia berpura-pura menjadi istri yang baik di depan rahman bahkan dia berusaha menenangkan suaminya itu "Sayang tenanglah..ara pasti pulang kok, mungkin dia butuh waktu untuk menerima kenyataan ini." "Kamu benar juga." Akhirnya rahman menuruti perkataan istrinya itu dan kembali tenang.

Arifin terlihat gusar karena memikirkan putri semata wayangnya itu tapi disisi lain dia sedikit tenang karena ara berada di tempat dan di oramg yang tepat, dewi berusaha menghibur suaminya itu agar tidak kepikiran tentang kondisi ara "Pa jangan khawatir ya, saat ini ara berada di tempat alex..dan banyak yang menjaganya." "Iya ma..aku percaya tapi tetap saja khawatir." Dewi mengerti dengan rasa khawatir suaminya itu namun dia berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ara baik-baik saja. Beberapa baju ara sudah selesai dewi rapikandan masukan ke dalam tas dan dia meminta tolong kepada dira untuk mengantarkan tas tersebut ke rumah sakit untuk di titipkan ke dinda karena sangat beresiko jika dia sendiri yang antar hanya untuk berjaga saja takutnya anak buah rahman mengikuti, jadi untuk mengecoh mereka dira yang mengantarkannya sesuai dengan instruksi dari alex dan steven.

Apa yang di rencanakan alex dan steven berhasil mengecoh anak buah rahman, bahkan sampai membuat mereka memberikan informasi yang salah sehingga membuat rahman berang karena keb*****n mereka lalu di telepon rahman pun membentak mereka sambil menahan emosi "Bagaimana kalian bisa seb***h itu sampai salah memberikan informasi!!" "Ma..maaf tuan kami pikir temannya itu akan bertemu nyonya muda." "Aaarrgghhh..cepat kalian cari tahu dimana istriku saat ini tinggal dan jangan menghubungiku jika belum mendapat hasil!!" Rahman sangat marah hingga dia melempar ponselnya ke tempat tidur dan membuat silvia bergidik takut melihat wajah suaminya yang penuh amarah bahkan dia sampai bingung harus melakukan apa karena dia juga takut terkena imbas dari amarah suaminya itu.