webnovel

Karang Yang Terkikis

Ceara malvina seorang siswa berusia 18 tahun dan seorang anak tunggal di keluarganya sejak dia kehilangan sang adik saat masih berada di dalam kandungan mamanya, ara adalah panggilan sehari-harinya. Dia bersekolah di SMK swasta jurusan sekretaris sekaligus atlet voli junior yang karir nya mulai melonjak naik, ara seorang gadis yang periang dan baik hati sehingga dia mempunyai banyak teman selain banyak teman ara juga punya kekasih seorang mahasiswa di universitas ternama dan sang papa pun sangat menyayanginya namun berbeda dengan sang mama yang matrealistis, egois, keras kepala dan terkadang suka merendahkan orang. Setelah kelulusan ara sang mama langsung menjodohkan ara dan memaksanya menikah dengan pria misterius pilihan mamanya yang tidak ara kenal sama sekali, namun apa daya Ara yang tidak bisa menolak atau pun melawan mamanya dengan berat hati ara terpaksa harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih, melupakan dan mengubur semua cita-cita yang ingin menjadi pramugari dan atlet voli profesional, lalu menikah dengan pria tersebut. Namun pernikahannya tidaklah berjalan bagus, setiap hari ara harus menghadapi hinaan dan kekerasan dari suaminya bahkan kehidupan pernikahannya lebih mirip neraka, bahkan setelah menjalani 3 bulan menjalani kehidupan pernikahannya, ara harus menerima kenyataan bahwa suaminya adalah anggota pemberontak pemerintah dengan nama organisasi A.C.M lalu dapatkah ara keluar dari siksaan batin suaminya?? dan dapatkan ara lepas dan bebas dari pernikahannya?? atau malah terjebak seumur hidup di pernikahannya??

Black_Rose_6050 · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
51 Chs

Diawasi mata-mata part 1

Setibanya dira di rumah dia langsung ke kamar untuk segera membersihkan diri dan tiba-tiba handphone nya berbunyi namun tidak sempat kemudian dira secepatnya menyelesaikan aktifitasnya di kamar mandi, keluar dari kamar mandi dengan handuk masih membelit tubuhnya dira mengecek siapa yang barusan menghubunginya dengan nomer yang tidak dia kenal dan melihat isi pesan masuk "ini dira ya?? Bisa saya bicara denganmu sebentar??" "Ini siapa ya, apa sepenting itu hingga berkali-kali menghubungiku." Gumam dira dalam hati sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Setelah berpakaian dira kembali mengambil telponnya dan menghubungi balik nomer tersebut sambil duduk di sofa kamarnya "halo ini siapa ya?? Dan ada apa menghubungi saya." "Ini aku wandi pacar dira, ada yang mau aku bicarakan." "Ya bang mau bicara di telpon atau bertemu??" "Mungkin lebih enak ketemu ya, kamu ada waktu sore ini??" Dira tampak berpikir apa ini masalah antara dia, ara, dan calon suaminya "ok bang jam berapa?? Dan dimana??" Wandi pun melihat jamnya yang menunjukkan sudah jam 2 siang "ok kita ketemu 1 jam lagi tepatnya jam 3 sore di cafe" "ok bang..see u." Dira pun bergegas untuk pergi dan tidak lupa membawa tas kecilnya sambil memasukan hp dan mengambil kunci motor.

Wandi sedang menunggu deri datang karena mereka akan pergi bersama untuk menemui dira, tiba-tiba ponsel wandi berdering dan melihat nama deri menghubunginya "Wandi loe udah siapkan, nich gue udah Deket loe nunggu depan pagar ya." Deri memutuskan sambungan telponnya sepihak dan tidak lama kemudian deri sudah melihat Wandi tengah berdiri menunggunya, wandi membuka pintu mobil dan duduk di samping deri "lokasinya dimana wandi." "di cafe tempat biasa kita nongkrong kebetulan tadi dira bilang cafenya gak jauh dari rumahnya." "Oh ok deh." Deri pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena jarak cafe dari tempat tinggal mereka hanya 30 menit.

Setibanya di cafe mereka sudah melihat dira duduk di meja tengah dan kebetulan suasan cafe tidak terlalu ramai, wandi juga sudah mengenal dira dari ara "bang sini." Panggil dira ke mereka berdua sambil melambaikan tangan, wandi dan deri segera menghampiri dira "dek maaf ya sudah merepotkan kamu." "Ya bang santai aja..hehehhe." Dira tersenyum dan terlihat sangat cantik hingga membuat deri yang memperhatikannya jadi terkagum-kagum "ini deri teman abang." "Hai dira..salam kenal." "Salam kenal juga bang." Lalu mereka pun segera ambil buku menu dan memesan makanan beserta minuman.

Sambil menunggu pesanan mereka wandi tampak gelisah karena ancaman rahman masih tertanam di pikirannya dan rasa khawatir itu muncul lagi, dia takut pria tersebut menyakiti ara. Di tempat lain tepatnya di cafe seberang tempat wandi, deri, dan dira bertemu ternyata ada rahman yang mengawasi mereka melalui orang suruhannya dan dia segera meraih ponselnya menghubungi seseorang "gimana dengan pertemuan mereka??" "Bos mereka bertiga dengan satu gadis seusia ara." "Baiklah tetap awasi mereka dan segera laporkan padaku jika mereka sudah selesai." "Baik bos." Sambungan telpon terputus "kau tidak akan bisa menggagalkan rencanaku Wandi, kita lihat saja nanti." Rahman tersenyum licik.

Orang suruhan rahman mengenakan topi, kaca mata, jaket sport warna hijau, jeans warna navy, sepatu skate, headset bluetooth, dengan gaya casual dan sedang mengawasi mereka duduk tepat di belakang dira dengan jarak dua baris jadi dia tidak ketahuan dan orang tersebut menghadap ke arah kaca. Makanan datang dan sebelum berbicara mereka segera menghabiskan makanan tersebut agar lebih leluasa untuk bicara, setelah selesai makan Wandi pun angkat bicara "Dira maaf jika aku menyuruh kamu datang karen ini menyangkut ara." "Ya bang gak apa-apa." Ucap dira sambil meminum moccacinonya "Dira sebenarnya kemarin aku dan wandi bertemu dengan calon suami ara, dia menyuruh wandi untuk menjauhi ara dan jangan pernah muncul lagi dihadapan ara." "Oh pantesan kemarin bang wandi gak datang." "Dira tolong jangan kasih tau ara dulu ya, aku percaya kamu." Ujar wandi dengan wajah putus asanya "ya bang tenang aja, sebenarnya tadi ara kasih tau aku bahwa hari ini mamanya datang bersama dengan pria tersebut dan mengancam ara." "Apaaa..dia mengancam ara??" Wandi terkejut dengan laporan Dira "kok bisa itu cowok mengancam ara, gila itu cowok ya wandi" "Deri gue gak akan biarin itu cowok merebut ara dari gue, apapun yang terjadi gue tetap akan mempertahankan ara jika perlu gue akan bawa ara kabur." "Bagus bro..nanti gue bantu loe." " Ya bang itu ide bagus nanti aku juga akan ikut bantu." Tanpa mereka sadari orang suruhan tersebut menghubungi rahman melalui panggilan ponselnya dan segera melaporkan apa yang dia dengar tentang rencana membawa ara pergi "Bos..ada kabar gak bagus, mereka bertiga merencanakan untuk membawa calon istri bos kabur." "Ternyata mereka sudah berani bermain-main padaku, tetap awasi mereka terutama yang namannya wandi dan awasi dia kemanapun pergi." Rahman segera membuat rencana licik untuk segera memisahkan wandi dan ara.

Setelah membuat rencana walaupun belum pasti karena mereka memikirkan resikonya tentang siapa sebenarnya rahman, seketika deri merasa aneh dengan sikap pria asing yang duduk di belakang dira dan deri merasa curiga dengan pria tersebut "Wandi, dira..aku merasa kita sedang diawasi oleh seseorang entah dengan tujuan apa jadi kita harus hati-hati." Wandi dan dira melihat ke arah pria tersebut "ya bang sepertinya kita harus hati-hati." Ucap dira dengan wajah penuh tanda tanya.

Setelah mendapat laporan dari anak buahnya rahman segera kembali ke rumahnya yang ada di daerah Jakarta selatan, juga punya rumah dijakarta karena dia ada usaha warung makan dan cafe. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan dira harus segera pamit pulang karena dia takut orang tuanya mencarinya "bang wandi,bang deri..aku pamit pulang ya, nanti kalau ada apa-apa kabari." "Ya dira..terima kasih untuk waktunya" ucap wandi, lalu mereka bertiga segera meninggalkan cafe dan pria asing tersebut juga pergi sambil mengikuti mobil deri dan wandi.

Dari kejauhan memperhatikan pria asing tersebut dan segera mengirim pesan ke wandi jika ada yang mengikuti mereka "Deri.. sepertinya kita harus hati-hati, dira baru saja memberi tahu jika ada seseorang yang mengikuti kita berdua." Setelah mendengar laporan tersebut deri segera mengubah rutenya menuju komplek perumahan angkatan darat dan seketika orang tersebut berhenti dan memutar balikan mobilnya karena dia tidak mau berurusan dengan aparat.

Alasan deri masuk ke komplek perumahan tersebut karena pamannya deri adalah seorang tentara, dan dia berniat untuk menginap disana. Setelah selesai membersihkan diri rahman mengambil ponselnya dan menghubungi orang tua ara "halo ma..udah tidur belum??" "Oh nak rahman..ya mama belum tidur lagi nunggu papa pulang karena malam ini papa lembur, ada apa??" "Ma..besok rahman aja yang jagain ara, jadi mama gak usah repot mondar mandir ya." "Baiklah rahman asalkan tidak merepotkan kamu." "Tidak merepotkan sama sekali kok, mama tenang aja." "Ya udah." "Ok ma selamat malam." Setelah itu rahman mulai menyusun rencana gimana menyingkirkan wandi jika dia tidak mau melepaskan ara dan ponselnya berbunyi "bos target masuk ke komplek tentara dan sepertinya teman wandi sudah menyadari keberadaan saya." "Hmmmm..pintar juga temannya si wandi ini karena dengan cepat menyadari keberadaan dirimu." "Ya bos jadi apa yang harus saya lakukan sekarang??" "Kita ganti target, dirimu mengawasi teman ara dan aku akan mencari orang baru yang akan aku masukin ke kost mereka sebagai penghuni baru." "Baik bos" "ok segera lakukan tugasmu." Setelah mendapat perintah pria asing tesebut melajukan mobilnya ke alamat yang dikirim rahman, ke tempat dira tinggal.