Hari ini aku sudah bisa duduk di belakang rumah, sekadar makan mangga yang baru saja dipetikkan oleh Bulik Sari. Kata Bulik mangga di kebun belakang rumahku adalah yang terbaik. Itu sebabnya beberapa warga kampung berusaha mengambilnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan kurasa letaknya di sini adalah bukan perkara rasanya, tapi perkara siapa pemiliknya. Kalian juga pasti pernah, toh, waktu dulu berusaha mengambil buah di pekarangan rumah orang-orang kaya, karena setelah mendapatkan itu, ada rasa puas luar biasa. Bahkan kalian akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan buah tersebut. Mulai dari melemparnya dengan sendal, batu, atau memakai kayu untuk mengambilnya. Bahkan, ada yang nekat, mengendap-endap sekadar naik ke atas pohon untuk mengambil buahnya. Atau bahkan ndhak pernah? Ah, aku ndhak terlalu peduli tentang itu.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com