Hari ini rasanya aku benar-benar tegang, bagaimana endhak toh. Air ketuban istriku pecah, dan saat Paklik Junet memanggil dukun beranak dia bilang kalau sebenarnya ini belum waktunya untuk bayiku lahir. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu? Jelas-jelas ketubannya pecah. Jika dibiarkan saja bisa-bisa istri dan bayiku ada dalam bahaya. Hanya karena dia bilang posisi kepala si jabang bayi belum berada di jalan lahirnya. Dasar, ndhak waras itu dukun bayi, ingin sekali kubunuh saja saat ini juga.
"Terus bagaimana ini, Romo. Bagaimana?" tanya Ningrum yang agaknya bingung. Dia sama sepertiku, sedari tadi mondar-mandir ndhak jelas bahkan rasanya ingin kencing dan berak di tempat karena saking tegangnya merasakan istri mau melahirkan.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com