Pagi ini aku dikagetkan oleh panggilan dari Paklik Sobirin, sebab katanya ada orangtua dari Setya yang bertandang. Syukur Gusti Pengeran, karena Setya bisa dipercaya. Jika seperti ini kan semuanya akan berjalan dengan sangat lancar. Aku akan menyuruh Suwoto untuk mengatakan warta (berita) ini. Aku segera bersiap, kemudian aku keluar. Melihat mereka dengan gaya menterengnya itu. Seolah-olah enggan untuk duduk di kursi kayu rumahku.
"Lho ada tamu, toh?" sapaku. Orangtua Setya tampak melihatku, dengan mimik wajah anehnya itu.
"Ini lho orangtua kawanmu, dia pikir kursi mahal Romo itu kotor atau bagaimana, toh, kok ya berdiri saja. Apa kakinya ndhak ada dengkulnya? Sampai ndhak bisa ditekuk?" kata Romo yang agaknya tersinggung.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com