"Jadi, bagaimana? Ini sudah satu minggu lewat, dan tidak ada kabar darimu juga orangtuamu sama sekali. Apa kamu benar-benar kawanku?" tanyaku. Saat pagi-pagi sekalu Setya hendak pergi, tapi aku sudah menghadangnya di depan pintu. Dia ini memang paling pandai, untuk menyelinap seperti ini. Bahkan sekarang dia keluar rumah sebelum aku bangun, dan pulang sangat larut setelah aku tertidur. Mentang-mentang aku diam, ndhak memberitahu kepada siapa pun. Lantas dia bisa seenaknya seperti ini? Ndhak pernah akan bisa!
Setya diam, dia hendak memaksa keluar. Tapi, kerah baju bagian belakangnya langsung kutarik, kemudian kuajak dia masuk ke ruang kerjaku. Ndhak peduli kalau dia adalah seorang dokter. Sebab di mataku, yang salah akan tatap salah ndhak peduli siapa pun itu.
"Tunggu-tunggu!" kata Setya, kemudian kutarik kerah bajunya dan kudorong dia untuk duduk. Aku sudah benar-benar hilang sabar untuk sekadar bertoleransi dengan manusia bernama Setya ini.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com