"Ah Romo, aku kan seorang laki-laki. Rasanya ndhak pantas sekali kalau aku menuliskan hal-hal seperti itu ke dalam sebuah buku. Tampak melankolis, bukanlah gayaku, Romo."
"Coba saja, ndhak ada salahnya," Romo bilang lagi.
Aku tersenym saja mendengar Romo mengatakan hal itu. Benar-benar sangat lucu. Ah, apa aku bisa? Apa nanti aku bisa barangkali menulis sebuah cerita tentang hidupku sendiri? Gusti, ini benar-benar sangat lucu.
"Ya sudah, kalau begitu Romo tak antar ke kamar, ya? Duduk seperti ini tubuh Romo pasti ndhak akan nyaman. Aku akan memijit Romo di kamar. Dan menyuruh Bulik Sari membawakan bubur untuk Romo,"
Romo pun mengangguk, kemudian dia kubantu untuk berdiri. Kupapah Romo yang jalannya benar-benar seperti terseok itu, kemudian aku masuk ke dalam kamar. Ndhak ada Biung di sana, mungkin Biung masih sibuk dengan para abdi dalem lainnya. Setelah kubaringkan Romo, aku kembali duduk di sampingnya, kemudian memijitnya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com