Paginya, aku pun membuka mata. Dan di ranjang Manis ndhak ada di sana. Saat mataku kutebarkan ke seluruh ruangan, aku menangkap sosok yang begitu aku cintai sedang meringkuk tepat di bawah ranjang kami. Dia meringkuk dengan begitu kecil, dan tidur beralaskan tikar. Hatiku ngilu tatkala melihat pemandangan ini, hatiku sakit tatkala aku menyaksikan semua ini.
Pelan, aku turun dari ranjang. Kemudian, kuangkat tubuhnya. Aku langsung mengerutkan kening, tatkala kulitku menyentuh kulitnya. Suhu tubuhnya benar-benar sangat tinggi. Dia sedang demam parah sekarang. Apa mungkin karena masuk angin? Atau karena semalaman menangis karenaku? Gusti, maafkan aku.
"Kangmas...," lirih Manis. Matanya masih terpejam dengan sangat kuat tapi dia terus-terusan memanggil namaku. Apa dia sedang ngelindur, sekarang? Apa yang harus aku lakukan. "Kangmas... maafkan aku," kata-kata itu yang terus diulang-ulang Manis. Sementara suhu tubuhnya semakin panas.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com