Putri terdiam menyesali dirinya yang begitu ceroboh menginjak botol itu, kini Fatimah dan Ali menoleh padanya dan menatapnya heran. Aziz juga hanya tersenyum miring melihat dirinya setelah keluar dari tempat persembunyiannya, benar-benar situasi yang tidak bagus.
Fatimah seketika sadar jika Putri pasti sudah mendengar semuanya, termasuk pernyataan cinta Ali padanya. Rasa takut dan cemas pun menguasai hati Fatimah, ia tidak bisa membayangkan jika Putri marah dan memutuskan hubungan mereka karna hal itu.
"Putri, aku bisa jelasin semuanya." Ucap Fatimah langsung dengan nada khawatirnya.
Seketika Putri beralih menatap Fatimah dengan alis terangkat, namun bibirnya tetap terlihat datar.
"Apa lagi yang mau kamu jelaskan? Aku sudah mendengar semuanya kok." Jawab Putri dengan biasa namun sangat menusuk untuk Fatimah.
"Tapi Ri, aku benar-benar tidak tau tentang ini. Kak Ali memberiku pesan untuk menemuinya, aku sama sekali tidak tau jika ia malah mengutarakan hal itu." Jelas Fatimah dengan pasrah.
"Lalu? Kau mau menunjukkannya padaku lagi? Tidak perlu, aku sudah melihat semuanya. Dan ya, mungkin saat ini aku baru paham kenapa kamu selalu melarangku untuk dekat dengan kak Ali. Kamu menyukainya juga kan? Benar-benar munafik ya, menyesal aku percaya sama kamu." Balas Putri dengan tajam.
Fatimah menggeleng pasti, dirinya tidak pernah berbuat seperti itu. Putri sudah salah paham padanya, rasanya hati Fatimah terluka melihat teman baiknya berbalik membencinya. Apa yang ia takutkan benar-benar terjadi, sekarang bagaimana dengan pertemanan mereka?
"Tidak Ri, tidak seperti itu. Kamu salah paham, tolong dengarkan aku dulu." Jawab Fatimah mencoba menjelaskan.
"Sudahlah, aku benar-benar muak berada di dekatmu. Mulai saat ini jangan pernah kamu dekat-dekat denganku lagi, aku tidak sudi memiliki teman pengkhianat seperti kamu." Balas Putri memutuskan.
Setelah mengatakan hal itu Putri pergi meninggalkan tempat itu, ia merasa jika perasaannya benar-benar hancur. Emosinya meledak dan akhirnya ia tumpahkan pada Fatimah, yang sebenarnya tidak bersalah di sana. Putri terlalu marah, ia menyukai Ali sejak lama tapi ternyata Ali malah menyukai temannya sendiri. Seharusnya Putri marah pada Ali, tapi entah kenapa ia malah menumpahkan semuanya pada Fatimah.
Sakit, sungguh sakit sekali hati Fatimah mendengar perkataan Putri. 3 tahun mereka bersama, 3 tahun juga mereka saling mengerti dan memahami, tapi kenapa semudah itu Putri memutus ikatan mereka. Bahkan kata-katanya sungguh kelewatan, tapi Fatimah tidak bisa menasehatinya lagi. Semua sudah hancur, benar-benar hancur. Pertemanan dan kepercayaan, kini menjadi rusak.
Air mata mulai mengalir deras dari mata Fatimah, ia berharap jika semua itu hanya mimpi buruknya saja. Hingga saat ia terbangun, semua masih baik-baik saja. Tapi nyatanya tidak, karna perasaan itu sungguh nyata.
Ali dan Aziz hanya bisa terdiam di sana, mereka tidak menyangka jika Putri akan berbuat sampai seperti itu. Mereka pikir Putri akan sadar diri, dan menyerah mendekati Ali mengingat hubungannya dengan Fatimah sangat erat. Tapi ternyata yang terjadi malah sebaliknya, dan kini hubungan kedua gadis itu menjadi hancur.
"Fatimah maaf, aku benar-benar tidak tau jika akan seperti ini akhirnya. Sungguh aku benar-benar minta maaf, karma aku hubungan kalian jadi rusak. Maafkan aku, maaafkan." Ucap Ali merasa menyesal.
Fatimah masih menangis sambil menunduk, ia tidak tau harus bagaimana menanggapi semua itu. Kejadian yang sangat mendadak, dan dalam sekejap merubah semua alur kehidupannya. Apa yang bisa Fatimah katakan sekarang? Semuanya sudah terjadi, jadi percuma saja jika ia marah-marah dan emosi. Fatimah menghapus air matanya, lalu ia menatap Ali dengan mara berkaca-kaca.
"Aku tau maksud kakak baik, dan aku mengerti itu. Terima kasih untuk perasaan kakak padaku, tapi maaf aku tidak bisa menerimanya. Kakak lihat sendiri kan, siapa yang lebih menyukai kakak daripada aku? Aku tidak tau kenapa kakak bisa suka padaku, padahal yang sering mendekati kakak itu bukan aku. Aku benar-benar tidak mengerti semuanya, tapi satu hal yang aku tau. Perasaan itu nyata dan tidak bisa di paksakan, jadi aku tidak akan menyalahkan kakak untuk itu. Sekali lagi terima kasih untuk perasaan kakak padaku, tapi maaf aku tidak bisa menerimanya. Assalamualaikum." Ungkap Fatimah dengan senyumannya, lalu ia melangkah meninggalkan halaman belakang sekolah.
Ali terpaku mendengar perkataan Fatimah, rasanya seperti ada angin segar yang muncul di hatinya juga duri-duri tajam yang menusuk perasaannya secara bersamaan. Apa yang ia pikirkan sebelumnya jauh berbeda dari kenyataan yang ada, hal ini memperjelas jika apa yang kita rencanakan belum tentu sama dengan yang takdir gariskan. Ali pun memejamkan matanya untuk menenangkan diri, lalu ia kembali membuka mata dan duduk di kursi.
Aziz yang memperhatikan semua itu langsung menghampiri Ali, ia mencoba untuk menghibur temannya itu. Walaupun semua tidak sesuai rencana, setidaknya Ali sudah melegakan diri dengan mengungkapkan apa yang ia rasakan saat ini.
"Bagaimana? Sudah puas?" Tanya Aziz pada Ali dengan nada bercanda.
Ali menoleh pada Aziz, lalu ia terkekeh pelan mendengar perkataan temannya itu.
"Ya cukup melegakan, walaupun nyatanya tetap saja di tolak itu sakit." Jawab Ali dengan nada candaan juga.
"Benar-benar sejarah baru ya? Seorang Ali di tolak perempuan, padahal biasanya dia yang di kejar-kejar." Ejek Aziz pada Ali.
"Ya namanya juga takdir, siapa yang tau kan?" Balas Ali dengan nada sendunya.
"Sudah, semua ini bukan salah kamu. Perasaan memang tidak bisa di paksakan, sekeras apapun kita mencoba untuk merubahnya hal itu hanya sia-sia." Ungkap Aziz mengingatkan.
"Tapi hubungan mereka hancur karna aku, dan Fatimah terlihat sangat sedih akan hal itu." Balas Ali dengan rasa sesalnya.
"Jangan menyesal, jika bukan hari ini kapan lagi? Kamu akan segera lulus, dan waktu kita bertemu mereka hanya beberapa hari lagi. Tidak ada salahnya mengutarakan perasaanmu yang sebenarnya, setidaknya kini mereka tau siapa yang Ali suka itu. Walaupun menyakitkan, tapi aku yakin jika Putri akan memahami semuanya. Cepat atau lambat hubungan Putri dan Fatimah pasti akan kembali membaik, karna mereka sudah cukup lama bersama. Tentu pemahaman akan karakter masing-masing tidak lagi di ragukan, jadi percaya saja jika mereka pasti akan baik-baik saja." Tekan Aziz sambil menenangkan Ali.
Ali tersenyum mendengar penjelasan Aziz, setidaknya sekarang ia bisa berpikir positif tentang kedua gadis itu. Dan semoga saja apa yang Aziz katakan itu benar-benar terjadi, tentu Ali berharap mereka bisa kembali berbaikan.
"Terima kasih Ziz, kamu memang teman baik yang bisa di andalkan." Ucap Ali pada Aziz.
"Iya sama-sama, sudah jangan sedih lagi. Mending sekarang kita pulang, hari juga sudah sore. Kampus pasti sepi, ayo." Balas Aziz dengan santai.