Jessi dan Papa Damian sudah sampai di Ausi. Papa menyarankan Jessi untuk beristirahat dulu di hotel. Sedang Papa meeting kembali bersama rekan bisnisnya. Jessi merebahkan tubuh langsingnya di kasur yang begitu empuk dan nyaman. Dia sungguh senang dan bahagia bisa ikut Papa walau hanya perjalanan bisnis.
Walau tadi sempat di warnai dengan drama cemburu. Tetapi kini hati Jessi sedikit tenang. Sepertinya dia harus mandi untuk menyegarkan badan setelah beberapa jam terperangkap di dalam pesawat. Jessi sudah membuka seluruh pakaian yang dia kenakan. Lalu dia segera berjalan santai masuk ke dalam kamar mandi. Jessi mengisi bathup dengan air sabun yang penuh dengan gelembung dan busa.
Lalu Jessi masuk ke dalam bathup itu. Jessi merasakan. Tubuh tegangnya melentur. Rasa ringan dan kantuk menjalar ke seluruh tubuh dan hinggap di matanya. Sayup-sayup Jessi mulai memejamkan matanya. Sampai akhirnya gadis remaja itu terlelap tanpa dia sadari.
Sang Papa masih sibuk dengan rekan bisninya. Setelah setengah jam Jessi berendam sambil tertidur kini Jessi di kejutkan oleh bungi ponselnya yang berdering begitu keras. Mata Jessi masih rapat. Sulit sekali untuk terbuka. Jessi meraba nakas di pinggir bathup. Dan akhirnya menekan tombol hijau. Tanpa Jessi sadari bahwa itu adalah vidio call . Bukanlah telepon biasa.
"Hallo sayang." Ucap Sean. Ternyata Sean yang melakukan panggilan vidio. Jessi masih belum menyadari vidio call itu. Jessi melaude speker.
"Ah aku ngantuk kak!" Jessi masih menutup matanya. Jessi menyimpan ponselnya di pinggir nakas. Sehingga Sean bisa melihat dengan jelas Jessika yang sedang berendam.
"Hmm seksi sekali, aku jadi tidak tahan ingin memelukmu!" Ucap Sean tersenyum nakal.
"Seksi apaan, aku mau tidur." Ucap Jessi.
"Oh begitu ya!"
"Iya aku ngantuk." Jessi lalu terlelap kembali.
"Bangun dong sayang, tidurnya di kamar saja!" Ucap Sean. Namun Jessi malah terlelap.
Sean tidak mematikan vidio call tersebut. Sean malah asik melihat Jessi yang sedang berendam. Dada Jessi terlihat begitu Sintal. Membuat Sean menelan Saliva. Jessi belum menyadari tentang Vidio call tersebut. Sehingga dia malah anteng dibuai oleh mimpi. Entahlah itu mimpi apa. Sean masih menatap tubuh Jessi yang seksi dan seputih susu. Tiba-tiba saja suara bell berdering.
Ting tong, Ting tong.
Jessi membuka kedua matanya perlahan. Jessi berharap itu adalah papa. Jessi ingin sekali bermanja-manja dengan sang Papa. Jessi mencoba berdiri. Sean menelan saliva ketika Jessi berdiri dan memperlihatkan tubuh telanjangnya yang seksi. Sean memperhatikan tubuh gadis itu. Mulai dari wajah, leher, dada, payudara, perut sampai ke daerah sensitifnya Jessi.
Sean menelan saliva. Betapa memikatnya tubuh sang kekasih. Seluruh tubuhnya sangat putih dan bersih. Berbalut sedikit busa sabun yang membuatnya tampil lebih seksi. Sean bahkan memperhatikan daerah selangkangan Jessi. Itu adalah surga yang telah berhasil Sean dapatkan beberapa saat lalu.
Jessi masih belum menyadari kalo Sean masih menatapnya. Sean sendiri hanya terdiam. Dengan pantulan mata nakalnya. Sean terpikat dan dia menegang dengan seketika. Sean menjadi sangat panas dan tegang. Tubub Jessi begitu memikat. Tidak ada seorang pria pun yang bisa bertahan ketika melihat tubuh seindah milik Jessi.
Gadis enam belas tahun itu bahkan sudah memiliki payudara yang lebih besar dari teman sebayanya. Membuat laki-laki akan terjatuh dan tunduk dengan seketika. Jessi kini sedang membilas seluruh tubuhnya dengan air hangat. Agar busa sabunnya segera menghilang. Bel kembali berbunyi.
Ting tong. Ting tong.
Jessi selesai membilas tubuhnya dan mengeringkan tubuhnya dengan segera. Lalu Jessi mengenakan pakaiannya kembali. Sebuah rok pendek dan kaos ketat kini membungkus badan yang indah itu. Sean masih terdiam. Dan bahkan saat Jessi keluar dari kamar mandi. Sean tidak menutup vidio callnya. Sean ingin tau Jessi sedang berada di mana.
Pasalnya Sean baru menyadari. Bahwa itu bukanlah kamar mandi yang ada di kamarnya Jessi. Sean masih menunggu Jessi untuk mengambil ponselnya. Ternyata samar-samar terdengar suara seorang laki-laki. Jelas Sean sangat kenal dengan suara itu. Sean menjadi sangat cemburu ketika tau bahwa itu adalah suaranya Selo.
Jessi berlari ke dalam kamar mandi dan mengambil ponselnya. Jessi masih tidak menyadari bahwa vidio call itu masih tersambung. Dan bahkan Jessi tidak tau bahwa panggilan tadi merupakan sebuah panggilan vidio.
"Jam berapa kamu datang yang?" Tanya Selo.
"Sekitar satu jam yang lalu sel, eh kamu tau dari mana aku ada di Ausi?" Jessi mulai menyandarkan kepalanya di pundak Selo.
"Papa Damian menelepon, memberitahu aku bahwa kamu ada di sini." Ucap Selo membelai lembut rambut sang kekasih.
"Ia, aku tidak mau sendirian di rumah, aku sakit perut semlam!" Ucap Jessi manja.
"Pasti datang bulan lagi kan?" Selo sudah bisa menebak. Penyakit yang selalu menjadi langganan Jessi dalam setiap bulannya.
"Iya, tapi semalam sakit sekali." Jessi berkata pelan dan manja.
Seam masih mendengarkan percakapan Selo dan Jessi. Rasa cemburu Sean begitu menggebu. Sean baru tau kalau ternyata kini Jessi sudah ada bersama dengan Selo di Ausi. Gigi Sean mengeretak. Wajahnya merah menahan semua kecemburuan dan amarah. Sean mengepalkan tangannya.
"Sayang." Ucap Selo.
"Hmm." Jawab Jessi.
"Kita jalan-jalan yuk!" Ucap Selo mengajak sang kekasih.
"Kemana?"
"Kesini!" Selo memperlihatkan sebuah poto dalam ponselnya. Sebuah tempat yang begitu romantis.
"Apa itu sel?" Jessi begitu takjup.
"Itu Sidney Opera house, cantik bukan." Ucap Selo.
"Cantik sekali, itu tempat apa Sel, aku kan baru pertama kali ke Sidney." Ucap Jessi manja.
"Itu tempatnya beberapa pertunjukan opera, musik klasik , menari balet, teater dan berbagai pertunjukan seni lainya, gimana apa kamu tertarik yang?" Ucap Selo sambil mengelus lembut tangan rambut Jessi.
"Mau banget Sel, ayo kita berangkat sekarang!" Ajak Jessi. Dan Selo mengangguk. Jessi lalu mengambil ponselnya hendak mengirim pesan kepada Papa Damian. Bahwa dirinya akan pergi bersama Selo. Namun alangkah terkejutnya Jessi ketika melihat bahwa ada sebuah vidio call tersambung.
Jessi melihat wajah Sean yang sudah merah menahan amarah dan rasa cemburu. Apalagi Jessi berangkat ke Ausi tanpa memberi tahu Sean terlabih dahulu. Jessi menelan Saliva. Lalu mematikan sambungan Vidio call tersebut.
"Ada apa?" Tanya Selo.
"Tidak ada." Jessi menggelengkan kepalanya.
Dan mereka pun langsung meninggalkan hotel menuju ke sidney opera house. Dalam perjalanan Jessi terus terdiam memikirkan bagaimana caranya Sean bisa vidio call dengannya.
"Ada apa, ko hanya diam dari tadi?" Selo bertanya untuk ke dua kalinya.
"Tidak apa-apa aku hanya gugup saja, ini kan yang pertama kalinya buat aku datang ke sini, jadi aku beneran gugup." Ucap Jessi berbohongm padahal Jessi sebenarnya masih memikirkan Sean. "Vidio call tadi itu bagaimana bisa tersambung?" Ucap Jessi dalam hatinya.
Bersambung