Fatma hanya bengong, dia terdiam mematung sendirian sambil duduk di sebuah bangku dekat kolam renang. Matanya menatap lekat pada kolam yang terdapat di hadapannya, seakan terhipnotis oleh air yang begitu tenang meski tersapu oleh angin yang berhembus kencang.
Semuanya goyah hanya air itu yang keadaannya masih sangat tenang tidak seperti yang lainnya termasuk hati Fatma yang sedang gundah gulana akibat terlalu memikirkan tentang Kanaya.
Bukan hanya karena bersedih akibat Kanaya menjadi tahanan di kantor polisi, melainkan dia sedih karena Kanaya menjadi pesuruh seseorang untuk melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.
Apalagi setelah dia tahu kalau Kanaya benar-benar wanita bayaran orang untuk melakukan kejahatan, hati Fatma semakin hancur. Merasa tidak rela ketika putrinya dijadikan sarana bagi mereka untuk menghancurkan seseorang.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com