"Apa rasanya tidur dengan lelaki yang berbeda setiap malam, hm?" Eldo mempermainkan helaian rambut Zka di antara jemarinya.
Zka mencoba menjauhkan wajahnya dari Eldo, namun posisinya yang sudah terdesak di sudut ruangan membuatnya tidak bisa berbuat banyak. "Aku rasa itu bukan urusanmu."
"Kau menyukainya?" Eldo tersenyum mengejek. Tangan kanannya terangkat untuk mencengkeram dagu Zka. "Dasar, Pelacur Kecil! Kau memang tidak ada bedanya dengan ibumu. Kalian berdua sama-sama perempuan jalang!"
Zka membuang pandangannya, tidak ingin melihat sorot mengerikan yang terpancar dari mata Eldo. "Biarkan aku pergi. Masih banyak tamu yang menungguku," ujarnya berusaha terdengar tenang.
"Kau lupa kalau tempat ini milikku? Artinya kau dan seisi tempat ini ada dalam kuasaku. Kalau kukatakan aku menginginkanmu malam ini, maka kau harus di sini melayaniku sampai aku yang mengusirmu keluar." Eldo semakin mendekatkan wajahnya, mengunci tubuh Zka dengan kedua lengannya.
"Apa yang kau inginkan?" ujar Zka gemetar. Kini dia tidak bisa lagi menyembunyikan ketakutannya.
"Masih kurang jelaskah perkataanku?" Tangan kiri Eldo meraih pinggang Zka, sementara tangan kanannya membelai tengkuk gadis itu. "Aku menginginkanmu malam ini, untuk menghangatkan tempat tidurku. Membuka kakimu di bawahku."
Zka mencoba menepis tangan Eldo dengan kasar. "Aku tidak mau melakukannya. Aku sudah memilih untuk melayani pria-pria lain di luar sana, bukan melayanimu!"
Eldo mendengus bosan. "Kau lupa? Jika kau memilih menjadi wanitaku, maka kau tidak perlu melayani mereka semua. Tapi kau memilih sebaliknya. Maka kau tidak berhak memilih dengan siapa kau mau tidur atau tidak."
Zka mencoba meronta dan keluar dari kungkungan Eldo, tanpa diduga pria itu membiarkannya saja. Namun sebelum Zka mencapai pintu dan meninggalkan ruangan Eldo, pria itu berujar dengan tenang, "apa kau lebih memilih melihat ibumu melayani para lelaki hidung belang di depan matamu? Akan kukabulkan keinginanmu. Malam ini juga. Di sini. Tepat di depan matamu. Ibumu akan merintih dan mendesah bersama mereka."
Langkah Zka terhenti seketika. Tubuhnya menegang menunggu apa yang selanjutnya akan Eldo lakukan.
"Jav, bawa wanita itu kemari. Sekarang!" Eldo memerintahkan tangan kanannya melalui interkom.
Zka membalik tubuhnya dengan cepat. "Hentikan! Jangan sentuh ibuku! Kau sudah berjanji untuk melepaskannya."
"Aku berjanji untuk melepaskannya kalau kau menuruti semua perintahku," ujar Eldo dingin.
"Baik. Aku akan melakukannya." Zka menyerah. Dia tidak sanggup melihat mereka menghancurkan ibunya.
"Bagus. Seharusnya kau membuat semuanya menjadi mudah, bukan malah mempersulit dirimu sendiri. Sekarang mendekatlah!" Eldo berdiri bersandar di depan meja kerjanya, menatap tajam ke arah Zka yang berjalan lambat ke arahnya.
Meski enggan, Zka terus mendekat ke arah Eldo. Ketika jarak di antara mereka hanya tersisa beberapa langkah lagi, suara Eldo menghentikannya. "Buka bajumu!"
"Apa?!" Zka terkesiap.
"Apa kau tuli? Aku bilang buka bajumu. Sekarang!"
"Kau gila!" Zka tercekat.
"Jangan berlagak naif, Pelacur Kecil!" Eldo mendengus penuh penghinaan. "Jangan bertingkah seolah kau tidak pernah memperlihatkan tubuhmu di hadapan laki-laki."
"..." Zka memandang Eldo penuh kebencian.
"Kau buka sendiri bajumu atau aku yang melakukannya. Tapi kalau kau biarkan aku yang melakukannya, maka kupastikan kau akan meninggalkan ruangan ini dalam keadaan telanjang." Eldo mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan memutar-mutarnya di tangannya.
Zka memandang nanar. Dikuatkannya hatinya untuk melakukan perintah Eldo. Perlahan Zka mulai menanggalkan pakaiannya, pakaian minim yang ketika awal mengenakannya pun sudah hampir membuatnya menangis. Tapi kini pakaian itu pun harus ditanggalkannya. Ketika pakaian itu meluncur dari tubuhnya, Zka harus sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak menangis. Jangan menangis! Jangan pernah menangis di hadapan orang ini!
Eldo memandangi tubuh Zka yang hanya tinggal tersisa pakaian dalam saja. Eldo berjalan mendekat, mengamati tubuh Zka dari atas hingga ke bawah. Diamatinya tubuh gadis itu dan ditelitinya setiap jengkalnya. Sebagai pemilik bisnis dunia malam, menilai tubuh wanita yang akan menjadi pekerja di tempatnya memang bukanlah hal baru. "Tidak buruk."
Zka mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat di sisi tubuhnya. Dia menunduk dalam. Merasa sangat terhina diperlakukan seperti ini. Dinilai seperti barang untuk ditentukan harganya.
Harus Eldo akui, tubuh Zka memang tidak buruk. Kulitnya putih bersih, mulus tanpa bekas luka sama sekali. Tubuhnya kencang tanpa timbunan lemak yang mengganggu. Bentuk payudara dan bokongnya indah, dengan ukuran yang pas dan kencang. Eldo yakin jika Zka akan digilai banyak pelanggannya. Ditambah wajah lugu dan senyum yang manis. Kombinasi sempurna untuk membuat lelaki hidung belang merogoh koceknya dalam-dalam.
Meski Eldo membenci gadis di hadapannya itu, ia begitu penasaran untuk mencicipi tubuhnya. Dengan kasar diraihnya pinggang Zka dan membuat tubuh mereka menempel erat. Dilumatnya bibir Zka dengan cepat dan kasar. Gadis itu tidak berusaha menghindar, namun dikatupkannya bibirnya rapat-rapat.
Eldo memutuskan untuk meninggalkan bibir Zka, dan beralih mengecup leher gadis itu. Turun dan semakin turun. Dibukanya kaitan bra yang masih melekat di tubuh gadis itu. Untuk sesaat Eldo mengagumi bentuknya yang indah, kemudian dengan tidak sabar langsung meremasnya. Ia mengecup puncaknya, menjilati dan mengulumnya.
Zka memejamkan matanya rapat-rapat. Tidak ingin menyaksikan hal yang dilakukan Eldo terhadapnya. Ingin menjerit dan meronta, namun ia tahu itu sia-sia. Ia ingin menangis, namun ia tidak mau membuat pria di hadapannya ini semakin menikmati permainannya. Penolakan, ketakutan, dan kesedihannya hanya akan semakin membuat Eldo bahagia.
Ketika Eldo menyadari tidak ada perlawanan berarti dari Zka, maka ia memutuskan untuk menuntaskan saja permainan ini secepatnya. Tidak ada yang menarik dalam permainan semacam ini ketika korbanmu begitu penurut dan tidak melawan. Permainan ini jadi membosankan.
Eldo mendorong tubuh Zka dan membaringkannya di atas sofa miliknya. Menindih tubuh Zka dan langsung memasuki tubuh gadis itu. Sedikit sulit karena gadis itu sama sekali tidak dalam keadaan terangsang, namun Eldo tidak peduli. Dihentaknya dengan kasar miliknya, dipaksakannya untuk masuk sepenuhnya ke dalam Zka.
Ketika tubuhnya dimasuki oleh Eldo, Zka menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah. Dia tidak sudi menitikkan air matanya, namun hatinya menangis. Dia merasa hancur.
"Berhenti menggigit bibirmu," ujar Eldo di sela-sela gerakannya. "Dan buka matamu."
Perlahan Zka membuka matanya. Sekuat tenaga Zka menahan agar air matanya tidak mengalir, namun ia gagal.
"Ternyata kau tidak sejalang ibumu," bisik Eldo di telinga Zka.